Nevan
Sudut bibirnya sedikit tertarik karena sikap Raya yang gugup, bahkan Raya sampai tergagap saat ia menanyai wanita itu dalam jarak dekat.
Lagi-lagi jiwa ke-iseng-an-nya muncul, apabila melihat wajah Raya yang tak berani beradu mata dengannya.
"Bantu aku mandi, Raya." ia sengaja mengucapkan itu, walaupun sebenarnya ia bisa melakukannya sendiri. Kondisinya sebenarnya tidak separah yang terlihat oleh orang lain.
Raya bergeming dalam posisi tetap membelakangi tubuhnya.
"Raya, kau mendengarku 'kan?" ucapnya lagi karena Raya terlihat diam saja.
Raya membalikkan badan dan menatapnya, entah kenapa ia justru melihat wajah Raya yang memerah dan membuatnya tersenyum sekilas.
"Tuan, apakah bisa urusan mandi dibantu oleh Mang Deden atau Pak Karno saja?" tawar Raya.
Ia hanya tertawa sumbang mendengar pertanyaan konyol itu.
"Mereka punya tugas masing-masing. Kau lupa siapa pengasuhku disini?" tanyanya dengan nada mencibir.
Raya tertunduk. "I-iya saya-saya tahu." jawab Raya.
"Memangnya siapa pengasuhku?" tanyanya lagi, sengaja membuat Raya semakin terintimidasi.
"Pengasuh Anda itu saya, Tuan." jawab Raya takzim.
"Itu tahu..." katanya cuek, ia pun membuka kemeja yang masih dikenakan, tanpa peduli dengan wajah Raya yang semakin memerah diseberang sana.
Raya meremass jemarinya sendiri, lalu sepersekian detik berikutnya Raya ikut masuk ke dalam kamar mandi dan membantunya untuk kembali melakukan hal itu (lagi).
Rasanya ia ingin tertawa karena berhasil mengerjai Raya dengan sikap jahilnya yang sudah lama terpendam dan tak tersalurkan.
Raya membantunya memasuki bathub, setelah ia melepas celana bahannya dan hanya menyisakan boxer pendek.
Wajah Raya semakin memerah dan membuatnya sulit menahan tawanya sendiri. Akhirnya ia terkekeh pelan demi melihat wajah Raya yang tampak tak ikhlas itu.
"Saya akan menunggu diluar, Tuan," ucap Raya dan ia tahu jika Raya benar-benar mencoba bersabar menghadapinya saat ini.
"Ya, ya... pergilah." ucapnya datar.
Seperginya Raya dari kamar mandi, ia tak kuasa menahan tawa dan akhirnya ia terbahak sendiri karena sikap jahilnya pada wanita itu.
"Ini seru, aku bisa melakukannya setiap hari." ucapnya menyeringai. Ia senang sekarang ada Raya yang bisa menjadi hiburan tersendiri untuk jiwanya yang kesepian.
Ia segera melanjutkan aktifitas mandinya dengan cepat, kemudian seperti biasa dia akan meneriaki nama Raya dari dalam kamar mandi.
Seperti dugaannya, Raya masuk kedalam kamar mandi dengan terburu-buru.
"Astaga ..." Raya menutup wajah dengan telapak tangan karena mendapatinya tengah membuka boxer didalam bathub yang sebelumnya sudah ia buang airnya terlebih dahulu.
"Sorry, aku tidak tahu kau masuk dengan sangat tergesa-gesa." ucapnya, tentu saja itu adalah sebuah kebohongan-- karena ia sudah menebak sikap Raya yang selalu tergopoh-gopoh saat ia menjeriti nama wanita itu.
"Tuan, seharusnya Anda memanggil saya jika sudah memakai handuk. 'Kan handuknya sudah saya siapkan disebelah bathub." jawab Raya sambil tetap membungkam seluruh sisi wajah dengan kedua telapak tangan.
Ia hanya terkekeh mendengar gerutuan Raya itu, lalu ia mengambil handuk dengan santai kemudian melilitkan handuk ke pinggangnya sendiri.
"Sudah," ucapnya tenang.
Dan Raya membuka telapak tangan yang menutupi wajah.
"Kenapa?" tanyanya demi mendapat jawaban Raya lagi.
Raya tidak menjawab, hanya saja wajahnya kembali memerah seperti saat ia menatapi wanita itu saat dikamar tadi.
Raya membantunya menaiki kursi roda kembali. Mengambilkan pakaian gantinya di walk in closet seperti biasanya.
"Kau sudah tidak malu memegang dan memilihkan underwear-ku?" tanyanya ketika melihat baju gantinya sudah lengkap disusun Raya disisi meja.
Raya tidak menjawab pertanyaan bodohnya itu, wanita itu justru pamit untuk keluar ruangan.
"Maaf Tuan, saya harus keluar. Silahkan pakai pakaian Anda, saya sudah berjanji akan bicara berdua dengan Feli." ucap Raya sopan.
Tapi ucapan Raya justru membuatnya berdecak dan kecewa? Benarkah ia kecewa melihat Raya meninggalkannya sendiri diruang ganti? Oh God...
Ia tidak menjawab Raya, karena Raya langsung pergi begitu saja sebelum ia menjawab ucapan itu. Ia hanya mendengkus sebal karena kesenangannya menjahili Raya harus terhenti sampai disini.
Tapi, masih ada malam hari, besok serta besoknya lagi-- untuk melanjutkan aksi ke-iseng-an-nya pada Raya. Ia kembali tersenyum senang dan mengenakan ppakaiannya sendiri.
-
Raya menuruni tangga untuk menemui Feli, ia hanya menggunakan Lift rumah jika bersama Nev untuk mendorong kursi roda pria itu.
Begitu Raya turun dari tangga, ia langsung disambut dengan wajah Feli yang tak bersahabat. Feli tampak bersedekap dada dihadapannya.
"Kamu mau bicara apa, Fel?" tanya Raya pada Feli.
Feli tersenyum miring dan menyerahkan secarik kertas yang tadinya disembunyikan di balik tubuhnya.
"Ini, kamu baca ini baik-baik. Di resapi ya Ray, biar kamu tahu dan ingat posisi kamu disini sebagai apa." ucap Feli dengan senyum sinisnya.
Raya menerima kertas itu, melihat dan membaca poin-poin yang tertera disana.
Ternyata Feli benar-benar membuatkannya semacam surat kontrak yang cukup membuatnya tertawa.
"Ini...gak salah?" tanya Raya setengah terkekeh.
"Apanya yang salah? Ada yang lucu?" Feli justru balik bertanya.
Raya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu membaca poin-poin itu dengan seksama dihadapan Feli.
"Aku cuma kerja jadi pengasuh loh, bukan kerja kantoran yang harus tanda-tangani kontrak segala." kata Raya mencoba protes masih dengan tawanya yang renyah.
"Ya, itu supaya kamu gak seenaknya minta berhenti seperti pagi tadi." ucap Feli cuek.
"Oke-oke, tapi ini apa-an nih?" Raya membaca serius salah satu poin dalam surat kontrak itu. "Pihak kedua tidak boleh menjalin hubungan spesial dengan pihak ketiga yang adalah suami pihak pertama. Maksudnya apa?" tanya Raya sembari mengernyit.
"Ya siapa tahu aja kamu tertarik sama Nev, terus kalian jalin hubungan dibelakangku." jawab Feli.
Pfffffhhh... Raya tertawa keras mendengar ucapan Feli itu.
"Gak ada yang lucu, Ray." tegas Feli.
Kemudian Feli berjalan mendekat kesamping Raya dan berbisik ditelinganya. "Walaupun Nev itu lumpuh, tapi tetap aja dia tampan. Bisa aja kan, kamu tertarik sama dia!" bisiknya tegas.
Raya langsung terdiam dan menghentikan tawanya.
Feli beringsut dan menatap lekat-lekat ke mata Raya, dia kembali tersenyum kecil. "Dan...Nev itu juga sangat kaya, aku pikir gak ada salahnya kan, aku beri peringatan di poin itu untuk kamu." ucap Feli.
"Apa Tuan Nev udah tahu mengenai ini?" tanya Raya.
"Buat apa? Dia gak perlu tahu lah!" tegas Feli.
"Ya, ku pikir dia kan pihak ketiga yang dimaksud dalam surat ini, itu berarti dia juga harus menyetujui sebagai pihak ketiga." terang Raya.
Feli mengetuk-ngetuk jari di dagunya sendiri, tampak berpikir, kemudian dia tersenyum miring.
"Udahlah, nanti aku bakal suruh Nev tanda-tangani ini juga sebagai pihak ketiga. Yang penting, kamu aja dulu yang tanda tangani ini." kata Feli.
Raya menarik nafas dalam, semua isi surat kontrak itu memang tidak ada yang merugikannya, dia juga tahu Feli melakukan ini agar dia tidak lari dari tanggung jawab dan sadar dengan posisinya dirumah ini.
"Oke, aku akan tanda tangani ini. Dan aku akan bekerja disini selama enam bulan kedepan." kata Raya menyetujui.
"Bagus," kata Feli seraya menyerahkan pena pada Raya-- agar wanita itu segera membubuhkan tanda tangan persetujuan diatas kertas itu.
Raya kembali menghela nafasnya, menguatkan diri untuk terikat pekerjaan sebagai pengasuh Nev, ia memikirkan juga tentang poin yang sempat ia tanyakan pada Feli tadi, tapi ia meyakinkan diri--tidak mungkin akan memiliki hubungan lain dengan Nev, ia harus profesional bekerja dan hanya menganggap Nev adalah majikannya.
Hanya enam bulan, Raya. Dari enam bulan dengan gaji empat kali lipat disetiap bulannya, pasti bisa membayar pengacara yang kompeten untuk Papa dan memenuhi kebutuhan Mama. Setelah Papa terbukti bukan koruptor seperti yang dituduhkan, pasti ijazah S2 nya bisa digunakan untuk mencari pekerjaan lain.
Begitulah pemikiran Raya, dia tidak mau memikirkan perasaannya sendiri, apalagi memikirkan hubungan yang tidak mungkin terjadi antara dia dan Nev.
Dia lebih memilih memikirkan kedua orangtuanya yang saat ini hanya bergantung pada dirinya saja.
Raya pun menandatangani surat kontrak itu setelah menyakinkan dirinya sendiri.
...Bersambung .......
Jangan lupa Favorit, like, komentar, vote dan hadiah ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
Sang
Thor, kenapa saya kehilangan cerita ini pada list bacaan saya ?
2023-01-06
1
???
mungkin yg membuat berat Raya kerja disini bukan krn si Feli tp justru dari Nev. terutama dr sikap Nev yg slu minta diperhatikan dn niat banget ngerjain Raya😂🤭
2022-10-09
0
pena_sf:)
si feli gk tau diri ya dulu pernah di baikin sama raya bukan balas kebaikan saat si raya sulit ini malah jahat ih nenek lampir luh feli
2022-05-19
1