11 - Kebiasaan tidur yang buruk

Raya benar-benar menunggui Nev disofa tanpa banyak bertanya dan hanya uring-uringan sembari memainkan ponselnya. Tanpa sengaja, Raya tertidur pulas di sofa yang ada di ruangan Nev.

Raya tertidur dalam posisi badan yang terduduk, badannya bersandar disandaran sofa dengan kepala yang tertadah ke atas. Tangannya bahkan masih memegang ponsel yang sejak tadi ia mainkan.

"Raya ..." Nev memanggil dari kursi kebesarannya, karena pekerjaannya akhirnya telah selesai dirampungkan.

Tidak ada jawaban dari Raya membuat Nev kembali memanggil nama wanita itu. Namun tetap sama, Nev tak mendapat sahutan dari sang pemilik nama.

Jika saja Nev sudah lancar berjalan, dia pasti sudah menghampiri Raya di sisi Sofa. Sayangnya itu belum bisa Nev lakukan sekarang, karena dia belum percaya dengan kemampuan kakinya sendiri.

"Raya," kembali Nev memanggil nama Raya untuk yang ketiga kalinya, kali ini sedikit menaikkan intonasi suaranya. Namun, nampaknya Raya tidak bergeming sama sekali.

Nev tidak bisa melihat aktifitas Raya, karena sekarang posisi Raya berpindah menjadi duduk di sofa yang membelakanginya.

Nev menggeleng pelan dan mendorong kursi rodanya dengan bantuan kedua tangannya sendiri.

Sesampainya disisi sofa, ia sedikit terkekeh sembari menggeleng pelan karena mendapati Raya yang telah nyenyak dengan mulut terbuka.

Ingin membangunkan tapi merasa tak tega.

Akhirnya, Nev hanya diam sembari memandangi wajah pulas Raya yang ternganga.

Pemandangan tidur yang natural.

Tanpa Nev sadari, ia terus memperhatikan Raya secara lekat. Senyum yang tersungging dari sudut bibirnya tidak surut sedikitpun, justru terkadang disertai tawa kecil yang masih ditahannya agar tak mengeluarkan suara.

Raya yang larut dalam tidurnya itu, sesekali menggaruk pipinya sendiri dan itu tak luput dari pantauan Nev yang tidak mau mengalihkan atensinya dari sajian pemandangan dihadapannya.

Sampai suara ponsel Raya terdengar, dan itu membuat sang pemilik benda pipih itu terbangun seketika.

Raya bahkan sampai terkesiap kaget, karena merasakan getaran sekaligus mendengar dering ponselnya sendiri-- yang tiba-tiba membuyarkan mimpi indahnya.

Kenyataannya, keterkejutannya tak berhenti sampai disana, karena sekarang ada yang lebih membuatnya terkejut, yaitu mendapati seorang pria yang menatapinya dengan tatapan aneh dan pria itu adalah Nev.

Brak!!!

"Ya ampun!" suara ponsel yang terlempar dari tangan Raya, serentak dengan suara nyaringnya yang keluar begitu saja karena rasa terkejut.

Nev sendiri terperangah karena sikap refleks Raya itu. Sungguh sulit didefinisikan mengenai sikap terburu-buru wanita ini. Ponselnya bahkan sampai terlempar ke lantai hanya karena ke-kaget-an-nya melihat Nev.

"Tuan !!!" Intonasi suara Raya sedikit meninggi, membuat Nev hanya bisa mengusap tengkuknya sendiri.

"Sejak kapan Anda berada disana?" tanya Raya masih dengan suara yang berapi-api.

"Calm down, Raya. Aku baru beberapa menit disini." kata Nev pelan.

Raya menghela nafasnya sejenak demi menjawab lagi ucapan Nev itu. "Beberapa menit itu seperti apa, Tuan? 30 menit pun termasuk dalam hitungan menit juga, kan?" protes Raya.

Nev menggelengkan kepalanya tidak habis pikir--karena baru sekali ini dia melihat Raya memprotes sikapnya. Selama ini kan Raya hanya bisa 'iya Tuan, iya Tuan' saja.

"Raya, aku disini baru 5 menit. Tidak lama. Kenapa berlebihan sekali..." dengus Nev, tapi kemudian dia memalingkan wajah--agar Raya tak bisa melihatnya yang tersenyum penuh kemenangan.

"Bu-bukan begitu maksud saya, Tuan." Raya kembali melirih, sepertinya dia sudah sadar sepenuhnya sekarang.

Oke, protesnya tadi mungkin karena efek kesadaran yang belum 100% !

"Lalu kenapa protes? Bukankah itu berlebihan? Aku disini karena memanggilmu tapi tidak dijawab terus." kata Nev bersungut-sungut.

"Ma-maaf, Tuan." lirih Raya tertunduk. "Saya hanya refleks, karena saya punya kebiasaan tidur yang buruk." terangnya lagi.

Nev berdehem-dehem sekilas, karena mungkin yang dimaksud Raya tentang kebiasaan tidur yang buruk adalah tidur dengan mulut yang terbuka.

Oh Raya, aku sudah memergoki kebiasaan burukmu itu, bahkan aku sudah merekam wajahmu yang ternganga dikepalaku. Batin Nev tertawa senang.

"Kenapa senyum, Tuan? Ada yang lucu, ya?" tanya Raya dengan sikap polosnya.

"Hah? Tidak, siapa bilang aku tersenyum? Mungkin kamu salah melihat!" sanggah Nev, membuat Raya mengucek kedua matanya sendiri. Apa benar dia salah melihat tadi?

Nev mengulumm senyuman melihat tingkah Raya yang memang selalu menggemaskan didepan matanya.

Kan, benar saja... otaknya memang harus di perbarui.

"Memangnya kamu kalau tidur suka aneh?" selidik Nev, pura-pura ingin tahu lebih lanjut.

Raya terkekeh kecil. "Tuan Nev..kepo ya ..." ejek Raya.

Nev ingin terbahak juga tapi dia gengsi dan menahan tawanya--kemudian dia memandang langit-langit ruangan.

Raya terkikik sendiri melihat tingkah Nev itu, tapi sedetik kemudian tatapannya beralih ke lantai, dimana ponselnya yang telah terlempar secara refleks tadi sudah layaknya retak seribu.

"Ponselku...!!!" ucap Raya setengah memekik, membuat Nev ikut melihat ke lantai karena juga baru menyadari-- tentang nasib benda pipih milik Raya itu.

Raya sudah terduduk di lantai, memunguti puing-puing ponselnya yang ternyata memang terlempar cukup kuat dan jauh karena sikapnya yang tak sadar.

"Sudahlah..." kata Nev yang melihat Raya murung, Nev tak tega melihat wanitanya mengutipi barang yang sudah rusak.

Tapi... tunggu! Apa tadi? Wanitanya? Sepertinya sekarang bukan cuma otak Nev yang minta di perbarui, tapi perasaannya juga.

"Sudahlah, Raya. Nanti beli ponsel yang baru. Cepatlah...aku mau pulang, mau mandi. Aku lelah." kata Nev berusaha membujuk Raya, tapi justru ucapannya terdengar begitu egois, membuat Raya mencebikkan bibirnya.

"Tapi beli ponsel baru tidak ada dalam list pengeluaranku, Tuan." keluh Raya.

Nev memutar bola matanya. "Ya ampun, nanti ku belikan yang baru. Pakai uangku..." kata Nev sembari menghela nafas.

Raya langsung terkesiap dan menoleh ke arah Nev. "Serius, Tuan?" tanyanya semringah.

"Iya, iya..." jawab Nev malas.

"Tapi, itu tidak dipotong dari gajiku, kan?"

"Astaga Raya. Itu tidak mungkin!" tegas Nev.

"Yes..." Raya bersorak girang.

"Cepatlah, Raya. Aku sudah bosan disini." gerutu Nev lagi dan Raya segera berjalan menghampiri Nev dan meraih handle kursi rodanya.

"Okey, Tuan. Comeback home..." celoteh Raya senang.

Nev hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Raya yang baru sekali ini dilihatnya, ternyata Raya mempunyai sifat kekanakan juga. Tapi Raya pandai menampilkan sikap itu disaat-saat tertentu saja, tidak sering dan justru terlihat tidak membosankan.

Raya membawa Nev masuk ke lift, sesekali Nev mendengarnya bersenandung riang, membuat hati pria itu menghangat.

"Berapa umurmu, Raya?" tanya Nev.

"Hah? Kenapa Tuan menanyakan umurku?" Raya balik bertanya.

"Jawab sajalah..." sungut Nev.

Raya menyengir meski Nev tak akan bisa melihat reaksinya itu karena posisinya sekarang ada dibelakang punggung Nev yang terduduk di kursi roda.

"Saya 24 tahun, Tuan." jawabnya jujur.

"Benarkah?" tanya Nev setengah tak percaya.

"Iya," jawab Raya cepat.

"Ku pikir kamu lebih dewasa dari umurmu, tapi kadang terlihat kekanakan juga, seperti saat ini." kata Nev.

Raya membungkam mulutnya yang tertawa nyaring karena ucapan Nev itu.

"Saya dewasa karena keadaan, Tuan. Tidak semua orang dengan umur yang tua bisa bersikap dewasa. Begitupun sebaliknya, tidak semua orang yang muda harus bersikap kekanakan." terang Raya.

Nev tersenyum mendengarnya.

"Kalau kamu yang mana?" tanya Nev kemudian.

"Kalau saya, bisa dua-duanya." jawab Raya sembari terkikik.

Tanpa terasa, karena percakapan ringan diantara keduanya, mereka pun sudah tiba di basement kantor. Raya segera membukakan pintu mobil untuk Nev.

Security yang biasa membantu, tidak kelihatan batang hidungnya sehingga Raya lah yang mengambil alih tugas untuk membantu Nev memasuki mobil.

"Thanks, Raya." gumam Nev tapi Raya mendengarnya.

"Saya ini pengasuh Anda, Tuan. Jangan banyak mengucapkan terima kasih." sahut Raya cepat sembari memasangkan seatbelt pada tubuh Nev.

Nev menahan nafasnya jika berada sedekat ini dengan tubuh Raya, tapi ucapan Raya cukup mengganggunya. Apa salahnya mengucapkan terima kasih?

Raya melipat kursi roda Nev dan mengangkatnya untuk dimasukkan kedalam bagasi belakang mobil. Kemudian diapun memasuki mobil dan menstater mobil untuk menuju pulang.

Nev tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Raya, sikap dewasa Raya, dilengkapi pula dengan sikap kekanakannya yang kadang muncul, sungguh membuatnya bersenang hati. Terlebih Raya juga cekatan, pintar dan tidak mudah ditindas.

Lalu, kesempurnaan apa lagi yang dimiliki wanita ini?

Nev buru-buru membuyarkan pikirannya sendiri-- yang sudah jelas-jelas memuji dan mengagumi sosok Raya yang hadir dalam kehidupannya.

Mobil mulai berjalan perlahan, keluar dari basement. Tapi, celetukan Raya berikutnya berhasil membuat Nev menepuk jidatnya sendiri.

"Kira-kira handphone barunya kapan dibeli, ya, Tuan? Karena saya butuh itu segera. Jadi, kalau pihak Rumah sakit menelepon...untuk memberitahu keadaan Mama, saya bisa tahu dengan cepat. Kalau tidak ada handphone kan susah."

Demi apapun, ini adalah kalimat terpanjang Raya yang berceloteh polos dihadapan Nev, membuat pria itu benar-benar gemas dan ingin menyentil pelan dahi Raya sekarang juga.

Keinginan yang tidak bisa ditahannya dan...

Pletakk!!

"Aw...." Raya meringis sembari satu tangannya memegang dahinya sendiri.

"Apa-apaan! Kenapa Tuan main fisik, sih!" protes Raya yang membuat Nev terbengong seketika.

"Apa? Main fisik?" tanya Nev tak habis pikir.

"Iyalah," sahut Raya tak mau kalah.

Nev berdecak. "Itu bukan main fisik, main fisik itu bukan seperti itu!" kata Nev.

"Ya sama aja, lah..." kata Raya ngotot.

"Sudahlah," kata Nev kesal tapi dia terkekeh juga.

Raya mencebik sembari membelokkan kemudi saat berada diperempatan jalan.

"Jangan cemberut, kita beli handphone nya sekarang." kata Nev mengalah.

"Serius?" tanya Raya antusias.

"Iya, katanya perlu cepat." sahut Nev.

Raya pun mengerem mobil secara mendadak, membuat tubuh keduanya otomatis maju kedepan-- namun terselamatkan karena seatbelt yang terpasang.

Nev sebenarnya ingin protes karena perbuatan Raya. Tapi...

"Makasih ya, Tuan Nev... Tuan baik sekali, saya doakan Tuan selalu bahagia." Raya pun tersenyum girang-- saat posisi mobil memang benar-benar sudah berhenti.

Kemudian, secara refleks, Raya menepuk-nepuk pundak Nev secara berulang-- karena efek rasa bahagia yang melingkupinya.

...Bersambung ......

Jangan lupa Favorit, like, komentar, vote dan hadiah ❤️

Terpopuler

Comments

Sang

Sang

mending tf aja pak bos

2023-01-06

1

Sang

Sang

iya, mending banyakin tf bonus aja 🤫🤫🤫

2023-01-06

1

Sang

Sang

mau fold atau 14 nih 😁😁😁
ntar malah dibelikan siomay 😁😁🤣🤣🤣🤣

2023-01-06

1

lihat semua
Episodes
1 1 - Prolog
2 2 - Kau tahu namaku?
3 3 - Ingin mengundurkan diri
4 4 - Pekerjaan baru membuat canggung
5 5 - Mulai menanyakan kehidupan pribadi
6 6 - Bantu aku mandi!
7 7 - Kontrak
8 8 - Dikira istri
9 9 - Tidak berani menatap
10 10 - Jimmy yang tengil
11 11 - Kebiasaan tidur yang buruk
12 12 - Perkelahian
13 13 - Menghindar
14 14 - Meminta kesempatan
15 15 - Latar belakang sang pengasuh
16 16 - Sang Pengacara Muda
17 17 - Keadaan jantung
18 18 - Membangunkannya
19 19 - Menyelidiki kehidupanku?
20 20 - Kecemburuan Feli
21 21 - Perusak suasana
22 22 - Temani aku makan!
23 23 - Terkena radiasi
24 24 - Cemburu?
25 25 - Tak punya alasan
26 26 - Menemui Papa Adrian
27 27 - Memasak untukmu
28 28 - Si Tuan Manja
29 29 - Meratapi kesalahannya
30 30 - Ku pikir aku menyukaimu
31 31 - Nasehat Nenek
32 32 - Night market
33 33 - Keputusan Nenek
34 34 - Tidak memberi kesempatan lagi
35 35 - Perasaan yang tidak enak
36 36 - Pria yang menjadi gila
37 37 - Yang aku mau hanya Raya!
38 38 - Penyesalan yang terlambat
39 39 - Mencari keberadaanmu
40 40 - Mencari informasi
41 41 - Melamar pekerjaan baru
42 42 - Menjadi penguntit
43 43 - Gagal dan ditolak
44 44 - Siapa wanita itu?
45 45 - Persidangan
46 46 - Tidak bisa menolak
47 47 - Ada apa?
48 48 - Berhenti memanggilku 'Tuan'
49 49 - Lebih dari rasa suka
50 50 - Jangan meneruskan perasaan
51 51 - Persiapan
52 52 - Galau
53 53 - Ambisi Reka
54 54 - Menyusun Rencana
55 55 - Menolong
56 56 - Tukar cincin
57 57 - Kecupan pertama
58 58 - Ternyata
59 59 - Cocoknya jadi menantu
60 60 - Ikrar talak
61 61 - Sebuah Paket
62 62 - Tawaran yang tak diduga
63 63 - Sudah resmi
64 64 - Dan terjadilah
65 65 - Sakit di awal
66 66 - Hadiah
67 67 - In Bali
68 68 - Villa
69 69 - Petualangan hari ini
70 70 - Trekking
71 71 - Maladewa
72 72 - Saling bercerita
73 73 - Kembali
74 74 - Mengetahui alasan
75 75 - Menjalani kehidupan baru
76 76 - Prilaku aneh
77 77 - Terlalu egois
78 78 - Mengecek keadaan
79 79 - Hadirnya wanita bernama Luisa
80 80 - Ditinggal pergi
81 81 - Mengidam
82 82 - My beautiful wife
83 83 - Bertemu wanita aneh
84 84 - Siapa Luisa?
85 85 - Pria asing
86 86 - Rumah Sakit
87 87 - Tidak pernah menduga
88 88 - Tertipu dengan permintaan maaf
89 89 - Siapa yang terlibat?
90 90 - Meratapi
91 91 - Kedatangan Reka
92 92 - Terdoktrin?
93 93 - Menuntut hukuman yang pantas
94 94 - Khawatir
95 95 - Ketidaksempurnaan
96 96 - Menjadi lebih baik
97 97 - Menjadi saksi
98 98 - Hari bahagia sang Cassanova
99 99 - Hari peradilan
100 100 - Permintaan maaf
101 101 - Duka
102 102 - Datangnya Citra
103 103 - Percakapan dua wanita
104 104 - Tidak pernah menuntut
105 105 - London
106 106 - Berkeliling
107 107 - Ingin memiliki profesi
108 108 - Edisi jalan-jalan
109 109 - Manchester
110 110 - Menghancurkan ego
111 111 - Menemui Reka
112 112 - Merasakan perubahan
113 113 - Mencari info
114 114 - Rencana yang gagal
115 115 - Epilog
116 116 - Ekstra Part 1
117 117 - Ekstra Part 2
118 118 - Ekstra Part 3
119 119
120 120
121 SEASON II - Anak nakal
122 SEASON II - Sekolah
123 SEASON II - Pedekate
124 SEASON II - Mengantar
125 SEASON II - Lupa
126 SEASON II - Kabar Kepulangan
127 SEASON II - Dijemput
128 SEASON II - Bandara
129 SEASON II - Perasaan yang berubah
130 SEASON II - Bilang aja mau peluk!
131 SEASON II - Jadi pacar gue!
132 SEASON II - Cewek yang kamu suka
133 SEASON II - Pulang bersamamu
134 SEASON II - Berkemah
135 SEASON II - Berkemah 2
136 SEASON II - Ikut campur (lagi)
137 SEASON II - Merasa Kehilangan
138 SEASON II - Vonis
139 SEASON II - Menjenguk
140 SEASON II - Kepindahan
141 SEASON II - Kehidupan baru
142 SEASON II - Kelulusan
143 SEASON II - Membahas pertunangan
144 SEASON II - Sikap Dingin
145 SEASON II - Kecemburuan
146 SEASON II - Ingin Melepaskan
147 SEASON II - Apa kamu memiliki cinta?
148 SEASON II - Pikirkan secara matang
149 SEASON II - Merawat kamu
150 SEASON II - Sikap yang berbeda
151 SEASON II - Aku sudah bertunangan
152 SEASON II - Sebuah keputusan
153 SEASON II - Penawaran Zack
154 SEASON II - Nasehat Mama
155 SEASON II - Sebuah titipan
156 SEASON II - Hari Pernikahan
157 SEASON II - Belajar menjadi istri
158 SEASON II - Saling Jail
159 SEASON II - Status baru
160 SEASON II - Berlagak tak mengenal
161 SEASON II - Semuanya telah berubah
162 SEASON II - Masih sama
163 SEASON II - Sepenggal tentang Zio
164 SEASON II - Datang Menjemput
165 SEASON II - Kita
166 SEASON II - Tak romantis
167 SEASON II - Kunjungan
168 SEASON II - Berpacaran
169 SEASON II - Hari Terakhir
170 SEASON II - Menghabiskan Waktu
171 SEASON II - Mengantar kepulangan
172 SEASON II - Kabar baik dan buruk
173 SEASON II - Arti mencintai
174 SEASON II - Merindumu
175 SEASON II - Terpesona
176 SEASON II - Mulai terbuka
177 SEASON II - Bertemu lagi
178 SEASON II - Menjebak
179 SEASON II - Ketakutan
180 SEASON II - Berita terbaru
181 SEASON II - Pertemuan keluarga
182 SEASON II - Sebuah kejutan
183 SEASON II - Antara Ayah dan putrinya
184 SEASON II - Hari Bahagia yang telah tiba
185 SEASON II - Selepas kata SAH
186 SEASON II - Setelah kamu menjadi milik saya
187 SEASON II - Setelah bersama
188 SEASON II - Hadiah pernikahan
189 SEASON II - Part Ending
190 BLURB ABRINE
191 PROMO
Episodes

Updated 191 Episodes

1
1 - Prolog
2
2 - Kau tahu namaku?
3
3 - Ingin mengundurkan diri
4
4 - Pekerjaan baru membuat canggung
5
5 - Mulai menanyakan kehidupan pribadi
6
6 - Bantu aku mandi!
7
7 - Kontrak
8
8 - Dikira istri
9
9 - Tidak berani menatap
10
10 - Jimmy yang tengil
11
11 - Kebiasaan tidur yang buruk
12
12 - Perkelahian
13
13 - Menghindar
14
14 - Meminta kesempatan
15
15 - Latar belakang sang pengasuh
16
16 - Sang Pengacara Muda
17
17 - Keadaan jantung
18
18 - Membangunkannya
19
19 - Menyelidiki kehidupanku?
20
20 - Kecemburuan Feli
21
21 - Perusak suasana
22
22 - Temani aku makan!
23
23 - Terkena radiasi
24
24 - Cemburu?
25
25 - Tak punya alasan
26
26 - Menemui Papa Adrian
27
27 - Memasak untukmu
28
28 - Si Tuan Manja
29
29 - Meratapi kesalahannya
30
30 - Ku pikir aku menyukaimu
31
31 - Nasehat Nenek
32
32 - Night market
33
33 - Keputusan Nenek
34
34 - Tidak memberi kesempatan lagi
35
35 - Perasaan yang tidak enak
36
36 - Pria yang menjadi gila
37
37 - Yang aku mau hanya Raya!
38
38 - Penyesalan yang terlambat
39
39 - Mencari keberadaanmu
40
40 - Mencari informasi
41
41 - Melamar pekerjaan baru
42
42 - Menjadi penguntit
43
43 - Gagal dan ditolak
44
44 - Siapa wanita itu?
45
45 - Persidangan
46
46 - Tidak bisa menolak
47
47 - Ada apa?
48
48 - Berhenti memanggilku 'Tuan'
49
49 - Lebih dari rasa suka
50
50 - Jangan meneruskan perasaan
51
51 - Persiapan
52
52 - Galau
53
53 - Ambisi Reka
54
54 - Menyusun Rencana
55
55 - Menolong
56
56 - Tukar cincin
57
57 - Kecupan pertama
58
58 - Ternyata
59
59 - Cocoknya jadi menantu
60
60 - Ikrar talak
61
61 - Sebuah Paket
62
62 - Tawaran yang tak diduga
63
63 - Sudah resmi
64
64 - Dan terjadilah
65
65 - Sakit di awal
66
66 - Hadiah
67
67 - In Bali
68
68 - Villa
69
69 - Petualangan hari ini
70
70 - Trekking
71
71 - Maladewa
72
72 - Saling bercerita
73
73 - Kembali
74
74 - Mengetahui alasan
75
75 - Menjalani kehidupan baru
76
76 - Prilaku aneh
77
77 - Terlalu egois
78
78 - Mengecek keadaan
79
79 - Hadirnya wanita bernama Luisa
80
80 - Ditinggal pergi
81
81 - Mengidam
82
82 - My beautiful wife
83
83 - Bertemu wanita aneh
84
84 - Siapa Luisa?
85
85 - Pria asing
86
86 - Rumah Sakit
87
87 - Tidak pernah menduga
88
88 - Tertipu dengan permintaan maaf
89
89 - Siapa yang terlibat?
90
90 - Meratapi
91
91 - Kedatangan Reka
92
92 - Terdoktrin?
93
93 - Menuntut hukuman yang pantas
94
94 - Khawatir
95
95 - Ketidaksempurnaan
96
96 - Menjadi lebih baik
97
97 - Menjadi saksi
98
98 - Hari bahagia sang Cassanova
99
99 - Hari peradilan
100
100 - Permintaan maaf
101
101 - Duka
102
102 - Datangnya Citra
103
103 - Percakapan dua wanita
104
104 - Tidak pernah menuntut
105
105 - London
106
106 - Berkeliling
107
107 - Ingin memiliki profesi
108
108 - Edisi jalan-jalan
109
109 - Manchester
110
110 - Menghancurkan ego
111
111 - Menemui Reka
112
112 - Merasakan perubahan
113
113 - Mencari info
114
114 - Rencana yang gagal
115
115 - Epilog
116
116 - Ekstra Part 1
117
117 - Ekstra Part 2
118
118 - Ekstra Part 3
119
119
120
120
121
SEASON II - Anak nakal
122
SEASON II - Sekolah
123
SEASON II - Pedekate
124
SEASON II - Mengantar
125
SEASON II - Lupa
126
SEASON II - Kabar Kepulangan
127
SEASON II - Dijemput
128
SEASON II - Bandara
129
SEASON II - Perasaan yang berubah
130
SEASON II - Bilang aja mau peluk!
131
SEASON II - Jadi pacar gue!
132
SEASON II - Cewek yang kamu suka
133
SEASON II - Pulang bersamamu
134
SEASON II - Berkemah
135
SEASON II - Berkemah 2
136
SEASON II - Ikut campur (lagi)
137
SEASON II - Merasa Kehilangan
138
SEASON II - Vonis
139
SEASON II - Menjenguk
140
SEASON II - Kepindahan
141
SEASON II - Kehidupan baru
142
SEASON II - Kelulusan
143
SEASON II - Membahas pertunangan
144
SEASON II - Sikap Dingin
145
SEASON II - Kecemburuan
146
SEASON II - Ingin Melepaskan
147
SEASON II - Apa kamu memiliki cinta?
148
SEASON II - Pikirkan secara matang
149
SEASON II - Merawat kamu
150
SEASON II - Sikap yang berbeda
151
SEASON II - Aku sudah bertunangan
152
SEASON II - Sebuah keputusan
153
SEASON II - Penawaran Zack
154
SEASON II - Nasehat Mama
155
SEASON II - Sebuah titipan
156
SEASON II - Hari Pernikahan
157
SEASON II - Belajar menjadi istri
158
SEASON II - Saling Jail
159
SEASON II - Status baru
160
SEASON II - Berlagak tak mengenal
161
SEASON II - Semuanya telah berubah
162
SEASON II - Masih sama
163
SEASON II - Sepenggal tentang Zio
164
SEASON II - Datang Menjemput
165
SEASON II - Kita
166
SEASON II - Tak romantis
167
SEASON II - Kunjungan
168
SEASON II - Berpacaran
169
SEASON II - Hari Terakhir
170
SEASON II - Menghabiskan Waktu
171
SEASON II - Mengantar kepulangan
172
SEASON II - Kabar baik dan buruk
173
SEASON II - Arti mencintai
174
SEASON II - Merindumu
175
SEASON II - Terpesona
176
SEASON II - Mulai terbuka
177
SEASON II - Bertemu lagi
178
SEASON II - Menjebak
179
SEASON II - Ketakutan
180
SEASON II - Berita terbaru
181
SEASON II - Pertemuan keluarga
182
SEASON II - Sebuah kejutan
183
SEASON II - Antara Ayah dan putrinya
184
SEASON II - Hari Bahagia yang telah tiba
185
SEASON II - Selepas kata SAH
186
SEASON II - Setelah kamu menjadi milik saya
187
SEASON II - Setelah bersama
188
SEASON II - Hadiah pernikahan
189
SEASON II - Part Ending
190
BLURB ABRINE
191
PROMO

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!