Melihat tatapan mengerikan dari Magela, membuat John sedikit takut akan penyihir itu. Tidak semua penyihir itu jahat, contohnya Magela, dia seorang penyihir tua yang masih memiliki hati yang baik, tidak seperti penyihir pada umumnya.
Magela yang masih menggunakan wajah wanita muda itu, kembali menatap keempat orang yang masih setia berdiri didepannya saat ini. Sambil saling tatap, mereka tak sabar mendapatkan sesuatu yang menarik, mungkin.
“Sebelum kalian pergi, ada baiknya jika kalian mendengarkan sesuatu dulu!” ujar Magela.
“Kalau begitu katakanlah!” balas John tidak sabaran.
“Baiklah!” Magela mengangguk dengan senyuman.
“ABBUKALLA KALLAKABUH SAMSAMPANNA NISSAMPUUUUUNIIIIII– BLLUUUSSS!” mantra yang diucapkan oleh Magela membuat keempat wajah dihadapan itu menatap dengan sangat heran dan wajah yang sangat konyol. Aplagi John yang kini mulutnya menganga dengan kedua alis terangkat dan kedua mata sendu.
“Mantra apa yang dia ucap?” tanya John dengan suara sedikit cempreng. Namun seketika, Magela menjentikkan jarinya dan BRRUKK, membuat empat orang tadi pingsan dan tertidur pulas di atas lantai yang terbuat dari kayu.
Entah kenapa penyihir itu melakukan hal tersebut, tapi kini yang pasti mereka sudah tertidur pulas sekali layaknya seorang bayi.
“Tidurlah yang puas! Hahaha!!!” ucap Magela tertawa kecil, tidak lama dia juga ikut pingsan dan tidur dengan keadaan mengambang di atas meja.
***
Istana Fredenslige.
Pesta sudah usai, karena hari sudah sangat gelap, bahkan tak lama lagi matahari akan segera terbit kembali. Seorang wanita dengan jubah hitam dan mahkota yang masih melekat di atas kepalanya, kini tengah duduk di singgasana yang agung, hening tanpa cahaya terang, dia duduk sendiri sambil menghembuskan nafas panjang.
TAP. TAP. TAP.
Suara langkah kaki memebuatnya membuka mata dan melihat orang yang kini sudah berdiri dihadapannya. Seorang mata-mata yang kini berjongkok dengan menahan satu kaki untuk memberi hormat kepada ratunya.
“Ratu! Saat ini Panglima tengah menjalani misinya. Dia mengatakan bahwa ada sesuatu yang penting untuk ratu.” Ujar sang mata-mata yang kini kembali berdiri tegak dengan kepala mendongak tegas.
“Sesuatu yang penting? Katakan padanya bahwa Ratu Revana memanggilnya.” Perintah Ratu Revana, sang penyihir dan pemilik Darkness Element. Kekuatannya tidak diragukan lagi pastinya.
“Tapi ratu, bukankah kita terlalu percaya dengan Panglima? Karena saat ini dia selalu keluar diam-diam tanpa memberitahu sesuatu, mungkinkah dia saat ini bersengkongkol dengan salah satu musuhmu...” Ucap sang mata-mata yang belum sempat selesai, namun seketika sebuah tangan keluar dari cahaya hitam dan gelap. Dicengkeram leher sang mata-mata itu dengan sangat kuat tanpa ampun.
“Arrrkkkk.” Rasa kesakitan yang kini dirasakan oleh mata-mata tadi. Ratu Revana masih mencengkeram leher tersebut, lewat cahaya hitam yang ada disampingnya saat ini, dan tembus tepat di depan pria mata-mata tadi.
“Beraninya kau mengatakan itu. Apakah saat ini waktunya aku memenggal kepalamu?” ucap Ratu Revana dengan amarahnya.
“Ma– af 'kan s– sa– yaaa.” Ucap pria yang saat ini benar-benar kehabisan nafas dengan melihat wajahnya yang sudah mulai merah hingga membiru dan kedua mata yang melotot.
Namun seketika, perlahan dari mulai leher yang dicengkeram, merambat menjadi sebuah batu. Dalam sekejam Ratu Revana mengubahnya menjadi batu, lalu ia melemparnya dengan kekuatan penuh hingga batu itu hancur berkeping-keping.
“Tak satupun yang berani denganku. Tidak satupun.” Gumam Ratu Revana yang ditambah dengan suara tawa yang keras dan mengerikan, hingga para burung gagak berterbangan menjauh dari istana.
Dari arah lain, Putri Brillyana baru saja datang dan menemui ibunya yang masih puas akan kekuatannya sendiri.
“Ibu. Ada yang ingin kutanyakan padamu!” ucap Putri Brillyana menghadapi ibunya.
“Kemarilah putriku! Apa yang ingin kau tanyakan?” tanya ratu Revana tersenyum.
“Di ruang bawah tanah, aku melihat sebuah lukisan seorang wanita yang memakai mahkota milik ibu. Siapa dia?” tanya Putri Brillyana yang kini sangat penasaran.
“Apa yang kau lakukan di bawah tanah? Bukankah ibu sudah melarangmu pergi kesana?” tanya balik Ratu Revana sedikit keras.
“Emm, aku– aku hanya tersesat. Dan bisakah ibu katakan, siapa wanita didalam lukisan itu?” tanya Putri Brillyana lagi dan berharap mendapatkan jawaban dari ibunya. Memang selama ini, Putri Brillyana tidak tahu bahwa Ratu Revana memiliki lima saudari lainnya, yang dia tahu. Ibunya adalah putri satu-satunya yang mewarisi tahta kerajaan Peaceland. Bahkan kedua orang itu sama-sama memiliki sifat yang angkuh dan kasar.
“Katakan Bu?” tanya Putri Brillyana.
“Bukan siapa-siapa.” Jawab Ratu Revana yang masih menutupi dari anaknya.
“Bagaimana mungkin, aku melihat jelas lukisan itu. Apakah itu nenek?” ucap Putri Brillyana yang membuat ibunya sedikit menahan amarahnya.
“Not.” Jawab sang ratu.
“Atau... Itu adalah saudari ibu?” tanya Putri lagi.
“I told you not.” Sentak Ratu Revana keras yang berbalik kearah Putri Brillyana sambil mengibaskan jubah hitamnya, sehingga membuat angin dan sihirnya ikut terguncang dan suara yang menggema hingga membuat Putri Brillyana terkejut, akan sikap ibunya yang saat ini sangat marah.
Seketika Putri Brillyana berjalan pergi meninggalkan tempat itu. Melihat sang putri pergi, kedua pelayan yang sedari tadi menunggunya dari kejauhan juga ikut pergi mendampingi Putri Brillyana.
Di dalam kamar yang terlihat besar khas kerajaan, Putri Brillyana melempar semua barang-barang yang ada dihadapannya dengan amarah yang sangat-sangat tidak terkendali. Bahkan dia tidak segan-segan menampar para pelayan yang masih ada dihadapannya, sungguh kejam.
Tidak berselang lama, Ratu Revana datang menghampiri Putri Brillyana yang masih terduduk di atas ranjang sambil tertunduk geram tanpa adanya air mata.
“Maafkan ibu sayang! Ibu hilang kendali.” Ucap Ratu Revana seraya memegang pundak putrinya.
“Aku hanya ingin mengatakan kepada ibu, bahwa aku melihat seseorang yang mirip didalam lukisan itu. Mereka menyusup kedalam Istana.” Ucap Putri Brillyana yang sontak membuat Ratu Revana terkejut, hingga berdiri dari duduknya saat itu juga.
“Kau melihat seseorang didalam lukisan itu?” tanya Ratu Revana untuk memastikan lagi. Putri Brillyana mengangguk pelan. Melihat tingkah ibunya, membuat Putri Brillyana ikut bingung dan masih ingin tahu.
“Memang siapa wanita itu?” tanyanya lagi, namun tidak ada jawaban dari mulut ibunya.
Melihat itu, Putri Brillyana hanya berpaling dan tidak memperdulikan ibunya yang masih diam tanpa menjawab pertanyaan. Entah apa yang mungkin akan terjadi.
“Apa dia sudah kembali?” gumam Ratu Revana yang kini wajahnya berubah menjadi kejam, menakutkan dan dingin layaknya penyihir jahat pada umunya.
***
Di rumah tua, Rose dan yang lain masih tertidur sangat pulas, hingga matahari mulai terbit kembali. Perlahan kedua bola mata Rose terbuka dan melihat bahwa Emily dan John juga baru bangun dari tidur mereka semalam, minat sekeliling, bahwa ia masih berada didalam rumah penyihir.
Rose berdiri dan menatap Magela masih tertidur dengan terapung, bahkan gaya tidur penyihir itu sangatlah nyaman, dengan menggunakan guling yang terbuat dari asap hitam miliknya.
“Kemana Robin pergi?” tanya John yang bangun tidak melihat akan keberadaan pria kekar itu. Rose dan Emily baru sadar ketika John mengatakan itu, mereka benar-benar tidak tahu kemana Robin pergi sendiri, bahkan saat semuanya pingsan.
“Haa, dia enak sekali tidur dengan terapung!” sindir Emily menatap kearah Magela yang masih tidur dengan dengkuran keras.
“Aku rasa penyihir ini yang membuat kita pingsan semalam. Apa dia ingin menghindar dari kita?” tanya John penuh tanya.
BERSAMBUNG......
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
|ROSELLYNA : IN FANTASY WORLD |
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
HAI KAKAK² YANG MAMPIR DI CERITAKU, TERIMA KASIH BANYAK KARENA SUDAH MAMPIR. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN SETELAH MEMBACA YAAA, PENULIS SANGAT BERHARAP ATAS DUKUNGAN DARI KALIAN SEMUA🙏❤️
THANK YOU AND SEE YOU...🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments