Rose beserta ketiga orang temannya itu, masih bingung menatap kearah Ratu Revana, Putri Brillyana dan Pangeran Justine. Apakah ucapan Rose benar-benar, karena ini sudah ketiga kalinya wanita cantik itu bertemu dengan orang-orang yang sama seperti di Las Vegas.
Saat melihat Pangeran Justine, Rose ingat akan pertemuan mereka setelah latihan Ballet, namun Rose malah terjebak di sini.
“Tapi, kenapa wajah Robin asing bagimu?” tanya Emily heran.
“Entah, akupun tak mengerti?” jawab Rose yang masih memandang ketiga wajah orang bangsawan tersebut.
Sementara John sedikit sakit hati, karena dia harus mendengar soal kedekatan Putri Brillyana dan Pangeran Justine. Dengan wajah cemberut dia memperlihatkannya kepada Emily yang kini berdiri disampingnya.
“Kau sakit hati? Putri secantik dirinya tidak akan mau menikahi rakyat jelata seperti kita!” ucap Emily sedikit mengejek.
“Kau benar sekali. Aku akan mencoba Move on dari Sang Putri.. Tapi aku tidak tahu apakahhhh yang ada disitu...? Benar-benar sangat lezat!! Hahaha!!” ucap John yang tak karuan, yang tadinya sedih kini tersenyum dan berlari begitu saja kearah kue kecil yang ada di meja panjang sedikit jauh dari arah mereka berdiri.
“Johnnnn!” panggil Emily geregetan dan pamit menghampiri pria konyol itu. Sedangkan Rose dan Robin hanya tertawa kecil melihat tingkah konyol John.
Saat semuanya kembali normal, Rose lagi-lagi teringat akan tulisan yang ada dihalaman buku utamanya. Bahkan suara-suara misterius pun mulai terdengar pelan ditelinga Rose.
“Dua dunia yang berbeda dengan jiwa yang sama, dan satu peran sama dengan kisah yang sama.” Suara itu mengatkan hal yang sama didalam buku GISELLE tersebut, membuat Rose ingat akan teka-teki yang masih belum ia tahu.
Sampai ia mendapat tepukan pelan oleh Robin.
“Kau tetaplah bersama Emily dan John. Dan tetap waspada terhadap Ratu Revana!” jelas Robin yang mengingatkan akan ucapan Magela. Rose hanya diam tanpa menjawab, seakan pikirannya masih bingung akan teka-teki di bukunya.
“Aku akan segera kembali.” Lanjut pria tampan itu, lalu berjalan pergi dengan tergesa-gesa.
Emily dan John masih sibuk dengan urusan makan kue, sementara Robin entah sibuk kemana pria itu, dan Masih berdiam diri menatap kearah Ratu Revana dan Putri Brillyana. Dia tidak dapat menemukan keberadaan Pangeran Justine disana.
“Apa maksud dari tulisan itu?” gumam Rose kebingungan.
Dari arah yang berbeda, Pangeran Justine melihat keberadaan Rose yang sedikit jauh darinya. Pria itu tersenyum tipis ketika Rose merasa bingung hingga berbicara sendiri dengan peragaan tubuh yang seolah meminta bantuan dari langit. Sungguh dibanyaknya kerumunan disana, Pangeran Justine hanya melihat jelas kearah Rose, alhasil ia menghampiri wanita itu sendirian tanpa pengawal.
“Aku mohon, berikan aku satu petunjuk supaya aku bisa kembali ke Negaraku.” Ucap Rose masih bicara sendiri.
“Tidak akan ada jawaban, jika kau tidak berusah dan mencoba sesuatu!” ucap Pangeran Justine yang kini berdiri disamping Rose. Rose tertegun mendengar suara tersebut, saat menoleh pun wanita itu tersenyum malu. Mungkin karena wajahnya yang sama dengan Max, membuatnya akan jatuh cinta dengan si Pangeran.
“Emm.. Bukankah kau Pangeran Justine? Kenapa ada disini?” tanya Rose.
“Aku hanya bosan saja! Kau sendiri kenapa bicara sendiri, apa kau tidak punya teman?” tanya Pangeran Justine yang masih tersenyum ramah. Rose tak menyangka, meski seorang Pangeran, tapi pria itu masih saja ramah dengan orang kalangan biasa.
“Aku bersama temanku! Tapi mereka masih sibuk dengan urusan perut!” jawab Rose dengan senyuman.
Seketika Pangeran itu mengulurkan tangannya dihadapan Rose, dan mengajaknya berkenalan satu sama lain.
“Siapa namamu?” tanya nya kepada wanita didepannya saat ini. Rose meraih tangan tersebut dengan malu tapi mau.
“Rose!” jawab Rose tersenyum.
“Namamu sungguh cantik, sama seperti orangnya!” seketika Pangeran Justine mencium punggung tangan Rose dan membuat wanita itu seketika terpesona hingga pipi meronanya keluar.
“Senang bertemu denganmu! Lain kali, aku harap kita bertemu lagi!” ucap Sang Pangeran dengan senyum lebar yang tampan, lalu berjalan pergi meninggalkan Rose yang masih diam terpesona. Namun entah kenapa, dari arah lain, Robin tidak sengaja melihat kedekatan dua orang tadi. Dengan tatapan yang aneh, Robin seolah seperti pria yang sedang merasakan api di hatinya.
Apakah itu? ( JAWABLAH KALIAN PARA PEMBACA)🤔
Setelah kepergian Pangeran Justine, Robin menghampiri Rose dan segera mengajaknya ke Emily dan John.
“Ayo, kita harus pergi dari sini. Karena masih ada misi lain yang harus ditangani!” jelas Robin kepada tiga orang itu.
“Iya, kau benar! Kalau tidak segera kembali, si penyihir itu akan mulai menutup perjanjian nya.” Balas Emily yang peka akan misi tersebut.
Mereka berjalan pergi, namun John masih menikmati kue-kue lezat disana. Melihat itu, Emily langsung menarik baju belakang John dengan sekuat tenaga.
“Cepatlah!” ucap Emily.
“Sebentar, aku akan membawa ini!” balas John meraih dua kue kecil itu lagi dan membawanya pergi bersama.
Di perjalan luar Istana. Emily masih menatap John sambil menggeleng kepala, ketika ia melihat temannya itu sibuk melahap kue tadi.
“Kau 'kan sudah makan, makanlah seperti orang normal. Kau terlihat sangat rakus.” Ejek Emily yang hanya membuat Rose dan Robin terkekeh lagi.
“Jarang-jarang kita dapat makan kue Istana seenak ini, kau tahu!” balas John yang mulutnya penuh akan kue. Emily hanya menghembuskan nafasnya saja.
“Apa kalian tahu? Aku juga pernah dengar bahwa Panglima kerajaan Peaceland sangatlah dipercaya oleh Ratu Revana! Yaa sama dengan sebutan tangan kanan Ratu Revana.” Jelas Emily.
“Iya, aku juga dengar. Jangan sampai kalian tertangkap juga olehnya, bahkan warga tidak ada yang tahu wajah Panglima itu, setiap keluar dia selalu memakai topeng yang sangat mengerikan! Aku jadi merinding.” Jelas John yang juga tahu soal panglima tersebut. Rose mengangguk sementara Robin hanya diam tanpa ekspresi sama sekali, seolah ia menghiraukan cerita itu.
“Jika benar begitu, kenapa dia tidak pernah menunjukan wajahnya?” tanya Rose penasaran.
“Mungkin dia jelek! Hahaha!” jawab John dengan mulut konyolnya itu.
“Mungkin saja!” Didukung oleh Emily dan juga Rose yang percaya-percaya saja.
Di perjalanan mereka kini sudah memasuki jalanan yang jauh dari Desa, hanya ada pohon di kanan kiri mereka. Rose berusaha mencari keberadaan akan rumah Magela yang misteri itu, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda.
“Bagaimana sekarang kita menemukan rumah penyihir itu?” tanya Robin kepada Rose.
“Aku tidak tahu. Terakhir kali, aku hanya melihat sebuah cahaya biru yang memandu ku di rumahnya.” Jelas Rose. Empat orang itu masih bingung harus bagaimana.
“Kalau begitu, kita tunggu di danau itu saja!” ucap Robin menunjuk tempat dimana Rose pertama kali datang ke tempat ini. Bagaimana lagi, wanita itu hanya pasrah dan mencari jalan keluarnya.
Memang sih, keberadaan tempat tinggal Emily dan John sudah dekat, setelah melewati danau itu mereka akan sampai. Namun mereka memilih tidur di dekat danau, karena mereka juga menunggu sebuah petunjuk akan kedatangan Magela.
“Haaa! Setelah makan banyak, perutku sangat kenyang dan ingin meletus. Kini aku sangat mengantuk!” ucap John mengelus perutnya dan sesekali menguap lebar, bertanda bahwa pria itu benar-benar mengantuk sekali.
“Aku yakin, dia tidak akan ikut berjaga.” Sindir Emily yang sangat yakin akan John.
“Biarkan saja dia! Mungkin saja lelah!” balas Rose tersenyum. Rose, Emily dan John duduk bersandar di batu besar dan panjang bak tembok. Sedangkan Robin memilih duduk di atas ranting pohon yang besar dan kokoh, sambil berjaga jika ada sesuatu yang mencurigakan datang.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
zoya
Wah misteri banget nihhhh🤔
2022-05-20
0