Robin yang awalnya berada di belakang Rose, kini berpindah maju, tepat disamping wanita berambut pirang itu.
“Jika tidak ingin memberitahu semuanya, setidaknya bantu dia dan apa yang harus kami lakukan?” Ucap Robin yang berusaha membantu Rose bicara pada penyihir bernama Magela itu.
“Ya! Kami akan siap membantu Rose, agar dia bisa pulang kembali ke dunianya.” Sambung Emily yang juga diikuti anggukan dari John.
Magela menatap keempat orang itu dengan teliti dan detail. Seketika ia tertawa terbahak-bahak, padahal tidak ada yang lucu disana, sedangkan empat orang yang masih setia berdiri disana, kini hanya menatap heran kearah penyihir itu.
“Baiklah! Baiklah! Kalian sangat bersemangat sekali. Aku akan membantu kalian, tapi jika kalian bisa memberiku sesuatu!” Ucap Magela tersenyum kearah mereka.
“Sesuatu? Seperti apa?” Tanya Rose yang kini lebih mendekat kearah Magela.
“Bawakan aku koin.” Jawabnya sembari sibuk akan sebuah buku hitam ditangannya saat ini.
“Ah, jika koin kami punya banyak!” Ucap Emily yang mengeluarkan koin di kantong coklat yang tergantung di samping celananya.
“Siapa yang bilang koin itu?” Balas Magela yang membuat empat orang itu bertambah heran dan penasaran.
“Lalu koin apa yang kau inginkan? Semua koin hanya memiliki satu bentuk, yaitu bulat.” Jelas John yang merasa aneh saja akan permintaan penyihir itu.
“Aku ingin koin perak dengan gambar Istana Fredenslige satu! Apa kalian bisa?” Jawab Magela tersenyum, seolah meremehkan mereka yang mungkin tidak bisa mengambilnya. Mendengar keinginan itu, membuat Emily dan John sedikit terkejut, tapi itu tidak berpengaruh pada Rose dan Robin.
“Koin perak? Maksudmu, koin perak yang hanya dimiliki kerajaan dan para bangsawan?” Tanya John yang ingin memastikan akan ucapan Magela tadi, dengan ekspresi kagetnya. Magela mengangguk dengan senyuman.
“Lalu, kau ingin kami mencuri satu koin perak milik salah satu orang bangsawan, begitu?” Sambung Emily.
“Em, em! Bukan mencuri, tapi mengambil!” Balas Magela seraya menggeleng.
“Kami harus mendapatkan koin itu dimana?” Tanya Rose merasa bingung, bahkan dia saja tidak kenal dengan orang-orang yang ada disini. Wanita cantik itu menghela nafas panjang, sambil memasang wajah yang masam.
“Ratu Revana!” Ucap Robin yang membuka omongan itu, dan membuat John lebih terkejut akan ucapan itu. Dengan gerakan cepat ditemani oleh asap hitam, Magela menghampiri Robin seraya tersenyum dan berucap.
“Very clever!” Ucapnya tersenyum lebar.
“Sangat beresiko, tapi tidak masalah. Bagaimana kita bisa masuk kedalam kerajaan?” Tanya Emily yang tanpa rasa takut, bahkan wanita berkulit coklat itu suka akan petualangan dan tantangan yang sangat menantang dirinya. Seperti menghadapi penyihir Ratu Revana.
“Apa tidak ada cara lain? Apa kau tidak bisa memakai koin ini saja?” Tanya Rose mencoba menawar ke penyihir itu, soal koin biasa yang ada di tangannya, dengan koin perak tersebut.
“Tidak bisa.” Jawab Magela yang kini serius tanpa senyuman.
Rose yang sangat ingin sekali pulang, kini dia merasa bingung. Disisi lain, ia juga tidak ingin membuat teman-temannya yang ada disini harus berhadapan dengan Ratu Revana yang terkenal kejam di dunia fantasi ini.
“Aku tidak ingin membahayakan teman-teman ku disini.” Ujar Rose yang masih bingung. Mendengar ucapan itu, Emily berjalan mendekat ke arah temannya itu, memegang pundak Rose dengan senyuman lebar dan tulus.
“Kami tidak akan dalam bahaya, jika kita berhati-hati dan tidak diketahui oleh Ratu Revana!” Jelas Emily yang sedikit memberikan kepastian dalam kebingungan yang dialami Rose saat ini.
“Dia benar!” Balas Robin yang memilih untuk ikut bersama mereka, entah kenapa dia memutuskan itu? Rose hanya membalas dalam bentuk senyuman. Sampai senyuman pudar saat mendengar suara tepuk tangan yang keras.
PLAKKK. PLAKKK. PLAKKK.
“Wah, luar biasa sekali! Jadi kita akan mengambil koin itu dan mempertaruhkan nyawa kita dihadapan Ratu Revana?” Ucap John yang masih merasa takut. Emily menghampiri nya dan berusaha memastikan temannya yang satu itu.
“Ayolah John! Kita semua akan baik-baik saja, dan berhati-hati.” Ucap Emily merangkul pundak John. John masih diam memikirkan hal itu.
••••••••••••••••••
Hingga lama berpikir dan menghabiskan waktu yang begitu banyak, sampai menjelang malam, teman-teman John yang kini duduk karena merasa lelah menunggu keputusan dari John. Bahkan penyihir Magela itu juga ikut duduk dengan wajah mengantuknya.
“Apa kau masih lama berpikirnya?” Tanya Emily lemas, sambil mendongak kearah John yang masih berdiri disampinya ia duduk.
“Baiklah! Aku akan ikut kalian!” Jawab John yang memilih setuju, sekian lama berpikir, akhirnya pria itu memutuskan untuk ikut bersama yang lain. Mendengar itu, Rose langsung berdiri dihadapan John.
“Terima kasih John!” Ucap Rose tersenyum lebar, dan dibalas oleh John.
Setelah tersenyum bersama, Rose kembali menghampiri sang penyihir yang saat ini tertidur nyenyak dengan posisi duduk di tanah. Rose membangunkannya, dengan menepuk pelan pundak Magela, sehingga membuatnya terbangun kaget.
“Kalian sudah putuskan?” Tanya Magela yang berusaha berdiri kembali dengan dibantu tongkat panjang terbuat dari kayu.
“Kami akan membawakan satu koin perak untukmu. Tapi setelah itu, kau harus membantuku, dan jangan ikar janji.” Ucap Rose tegas.
“Aku tidak akan ikar janji, i'm promise!” Balas Magela tersenyum. Rose mengangguk percaya dan berharap bahwa dia benar-benar tidak akan mengingkari janji mereka.
Saat berada diluar rumah penyihir Magela, Magela memanggil mereka berempat hingga menoleh dan melihat keberadaan Magela yang saat ini berdiri didepan pintu.
“Tapi. Ada satu yang kalian tidak boleh sampai lupa! Jangan biarkan Ratu Revana melihat wajah Rose.” Jelas Magela dengan wajah serius. Tanpa tanya jawab, penyihir itu langsung menutup pintunya dan hilang begitu saja dengan kabut putih yang tebal.
“Kenapa dia mengatakan itu?” tanya John.
“Kita turuti saja, jika ingin selamat!” balas Robin. Rose terdiam saat tahu kalau wajahnya mungkin bermasalah disana.
Mereka mulai berjalan keluar dari rumah tua tersebut, bersiap untuk memasuki kerajaan Peaceland dengan menyelinap. Tapi lagi-lagi yang membuat hambata ialah, bagaimana cara mereka menyelinap masuk kedalam Kerajaan? Bahkan keseluruhan Istana itu dijaga ketat oleh para prajurit Ratu Revana.
Sambil berjalan menuju Istana, Rose, Emily, John dan Robin juga berpikir cara menyelinap kedalam Istana dengan pemikiran dan rencana masing-masing.
“Ini benar-benar sulit, bahkan Istana Fredenslige berada di tengah-tengah laut.” Ujar John kehabisan rencana dan pemikiran. Kata LAUT, membuat Robin memiliki sebuah ide cemerlang.
“Aku tahu! Ikuti aku.” Pinta Robin mulai jalan bergegas, tanpa menerangkan lebih dulu kepada yang lainnya.
Mereka terus mengikuti langkah Robin yang mulai memasuki Desa kembali, berjalan terus.... Hingga menuju ke tepi sungai, Dimana hanya ada sedikit tiga orang pria paruh baya yang tengah duduk di dekat api unggun. Rose melihat disekitarnya lagi, sebuah perahu ukuran sedang, terparkir di tepian sungai.
Kini Robin dan yang lainnya tengah bersembunyi di sebuah tumpukan kayu besar yang tidak jauh dari arah perahu dan ketiga pria paruh baya tadi.
“Apa yang akan kau lakukan?” Tanya Rose kepada Robin yang masih mengintip dan memantau tiga orang itu. Pria tampan itu berbalik badan dan duduk berhadapan dengan Emily, John dan Rose.
“Kita akan masuk lewat saluran air, menuju penjara bawah tanah, yang ada dibelakang Istana! Kita akan memakai perahu itu untuk kesana.” Jelas Robin yang menjelaskan akan rencananya kepada Rose, Emily dan John yang saat ini mendengarkan dengan serius dan teliti, agar rencana mereka berhasil tanpa ketahuan oleh penjaga Istana maupun Ratu Revana.
BERSAMBUNG.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments