Masih ditempat yang sama, dengan tatapan yang masih bingung, Emily dan Rose sama-sama melamun hingga kedua orang pria mendekati mereka dan membuat mereka sadar.
“Apa ini? Kalian melamun tidak mengajakku?” Ucap John yang memulai kekonyolan nya lagi. Orang melamun aja diikuti.
“Ayo! Semuanya sudah terbagi rata.” Ucap Robin kepada Rose dan Emily. Untuk selanjutnya mereka berempat masih tidak tahu harus kemana lagi. Sementara Rose masih diam karena memikirkan sesuatu yang baru saja ada di depan matanya lagi.
TONG... TONG... TONG... TONG...
Suara benda besi yang dipukul oleh beberapa prajurit dari Ratu Revana, suara itu berhasil membuat para warga dan ke empat orang tadi ikut penasaran, juga ikut menghampiri prajurit itu.
“Malam ini akan ada pesta yang luar biasa di kerajaan Peaceland! Bagi kalian yang ingin melihat pesta para bangsawan, kalian bisa membayar dengan koin untuk melihat kecantikan dan kekuasaan dari Ratu Revana!” Jelas prajurit itu dengan suara keras sekali. Bukannya senang, para warga malah ricuh dan bergosip akan keserakahan Ratu Revana, karena hampir setiap harinya pajak ditarik, juga harus membayar jika ingin mendekati kerajaan entah itu sesuatu yang penting ataupun tidak.
Sementara prajurit itu berjalan pergi untuk memberitahu kepada warga-warga yang lainnya.
“Dasar penyihir, siapa yang mau mengunjungi pestanya.” Nyinyir Emily.
“Benar! Aku sangat membenci ratu itu, meski aku suka melihat kecantikan putrinya!” Sambung John yang lagi-lagi ucapannya membuat Rose, Emily dan Robin menatapnya tanpa ekspresi hingga geleng-geleng kepala.
Tidak ingin lama-lama disana, mereka memutuskan untuk pergi saja dari desa. Kini mereka berjalan diantara pepohonan yang lebat dan teriknya matahari, tidak tahu mau kemana lagi dan berbuat apa, ke empat orang itu memutuskan untuk berehat sejenak di bawah pohon lebat yang bisa menutupinya dari terik matahari.
Karena mereka rehat, Rose tidak ingin menyia-nyiakannya untuk belajar menari. Wanita itu membuka buku yang ada di dalam tasnya, dan lagi-lagi Ia melihat tulisan dari bab pertama buku itu, yang membuatnya selalu berteka-teki di otaknya.
Tidak peduli dengan tulisan itu, Rose memilih membaca buku panduan untuk memperbagus tarian Balletnya nanti. Saat Ia sibuk belajar sampai tangan kanannya mencoba menari-nari.
“Kau sedang apa?” Tanya Robin yang juga didengar Emily, sedangkan John sudah tertidur pulas.
“Ah, ini aku sedang belajar untuk tarian ballet ku nanti, saat aku pulang!” Jawab Rose tersenyum. Tidak ingin tanya panjang lebar, mereka memutuskan untuk kembali dengan aktivitas masing-masing.
Rose meletakkan buku itu di tanah dan meminum seteguk air yang ada di dalam botol warna coklat yang terbuat dari kayu. Namun tiba-tiba buku itu terbalik dengan sendirinya, hingga dia berhenti di halaman pertama yang tulisannya membuat Rose selalu berteka-teki.
Dan buku itu tertulis. DUA DUNIA YANG BERBEDA DENGAN SATU JIWA YANG SAMA, DAN SATU PERAN SAMA DENGAN KISAH YANG SAMA. Mencoba untuk membacanya kembali, Rose membaca tulisan itu berulang-ulang, dan mencerna maksud dari tulisan itu, karena Rose mulai berpikir mungkin saja buku itu adalah sebuah panduan untuknya pulang.
Tapi saat mencoba mencerna tulisan itu, tepat di depan Rose berdiri, sebuah rumah yang sama milik penyihir tua itu, muncul lagi. Ya! Meski keberadaan nya sedikit jauh dari arah Rose berdiri.
“Hey, coba kalian lihat itu! Itu rumah yang sama milik penyihir malam itu 'kan?” Ucap Rose sembari memperlihatkan nya pada Emily dan Robin yang saat itu tidak tidur. Emily berdiri dan menatap rumah itu.
“Benar! Coba kau tanya padanya, mungkin dia tahu sesuatu mengenai orang-orang mirip dengan di duniamu.” Ujar Emily. Robin hanya diam menatap rumah itu sambil menyipitkan kedua matanya.
“Hey bangun! Kau tidak ingin ikut?” Tanya Emily yang berusaha membangunkan John dari tidurnya.
“Kemana?” Tanya John yang masih menutup matanya.
“Cepat bangun, jika tidak kami akan meninggalkan mu disini, dan para prajurit itu akan menangkapnya secepat mungkin.” Ucap Emily menakuti John dan berjalan pergi. Seketika John terbangun dan segera berlari mengikuti jejak teman-teman nya yang sudah berjalan lebih dulu.
Mereka yang saat ini sudah mendekati rumah seorang penyihir lagi, dan Rose berharap bahwa kali ini penyihir itu memberi tahu sesuatu yang mungkin bisa dia cerna.
“Kenapa kalian datang kesini lagi?” Rengek John yang masih saja takut dengan seorang penyihir. Sebenarnya John bukanlah pria penakut, cuman dia takut akan wajah penyihir yang terlihat menakutkan itu.
Saat sudah berada di depan rumahnya, mereka menatap rumah tua, rumah yang benar-benar sama seperti malam itu.
“Ayo kita pergi saja, firasatku tidak enak.” Ucap John.
“Jika pergi, kau tidak akan tahu apa yang terjadi.” Balas Robin yang masih sibuk menatap keseluruhan rumah.
“Tidak perlu khawatir, dia penyihir yang baik!” Ucap Rose mencoba menghiburnya.
“Benarkah? Jika dia penyihir yang baik, kenapa tidak memberi kita buah apel dan malah memperlihatkan seisi rumah yang penuh dengan senjata juga ramuan mengerikan.” Balas John.
“Lalu, kau ingin penyihir itu memberi apel padamu?” Tanya Emily.
“Iya!” Jawab John bersemangat. Saat mendengar jawaban dari John, Emily dan Rose langsung terdiam saat mereka mulai mendengar suara senandung dari seseorang, tapi anehnya orang itu tidak ada. Dan suara itu membuat John semakin merinding mendengarnya, sedangkan Robin dan yang lainnya sibuk menoleh ke kanan dan kiri.
“Kau ingin apel?” Tanya seseorang dari belakang John. Orang itu menyodorkan sebuah apel merah yang segar di hadapan John. Mendengar itu, John terkejut dan langsung menoleh kebelakang yang juga diikuti oleh ketiga temannya.
“Aaaaa.....!” Teriak John yang sangat nyaring sekali hingga membuat mereka bertiga bahkan sang penyihir pun ikut menutup telinganya.
Ya, orang yang bersenandung adalah penyihir yang saat ini berada di belakang John dengan jubah hitam yang sama dan sekantong buah apel di dalam keranjang yang terbuat dari rotan.
Penyihir yang nampak muda itu, berjalan melewati mereka dan masuk kedalam rumahnya. Melihatnya masuk, Rose menarik nafas panjang dan mulai ikut masuk lebih dulu.
“Apa yang ingin kau tanyakan?” Tanya penyihir itu yang baru saja meletakkan keranjang berisi apel tadi.
“Tolong beritahu aku, apa yang terjadi?” Tanya Rose.
“Sudah kubilang bukan, kau harus membaca bukunya sayang!” Jawab penyihir tersenyum.
“Ayolah, tinggal katakan saja apa yang terjadi, penyihir!” Sambung John berusaha berani menatap wajah kejam dari penyihir itu. Seketika penyihir itu menatapnya.
“Panggil aku Magela!” Ucap sang penyihir tersenyum kearah John dan memberikan satu apel yang melayang dan jatuh Ketangan John karena sihirnya.
“Oke, Magela! Tolong katakan, apa yang terjadi? Aku ingin pulang, banyak sekali yang harus aku lakukan disana.” Jelas Rose dengan wajah memelas. Namun Magela masih diam dan mencoba untuk membaca buku milik Rose yang tergeletak di atas mejanya saat ini.
Melihat itu, Robin yang awalnya dibelakang, kini dia memilih untuk maju tepat disamping Rose berdiri.
BERSAMBUNG.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments