Masih di tempat yang sama, Emily kini mendapatkan benda antik yang menurutnya cukup menarik di matanya, begitu juga Rose yang hanya membawa sebuah buku tua di tangannya. John si pria penakut juga baru saja sadar dari pingsan, pria itu menatap sekeliling ruangan dengan bingung.
“Akhirnya kau bangun juga! Hampir saja kami akan meninggalkan mu disini!” Ujar Emily tertawa kecil, Rose dan juga nenek tua itu ikut tertawa melihat tingkah John.
Tidak lama pula, ketiga orang itu berpamitan untuk segera pergi dari sana, setelah mendapatkan sesuatu yang sudah mereka dapatkan dari toko itu. Namun saat Rose, Emily dan John sudah berjalan menjauh, tiba-tiba saja toko menghilang dengan perlahan beserta nenek pemiliknya yang kini hanya terlihat jalanan yang kosong tanpa adanya toko sama sekali.
...***...
Di dalam kamar yang sunyi, dan hanya terlihat Rose yang hendak membaca buku dari toko antik tadi, di atas meja yang sangat penuh dengan alat tulis secangkir teh dan vas bunga mawar.
Dia membuka buku tersebut di halaman pertama, tapi Rose dikejutkan dengan teka teki tulisan yang ada di halaman utama buku tersebut. DUA DUNIA YANG BERBEDA DENGAN SATU JIWA YANG SAMA, DAN SATU PERAN SAMA DENGAN KISAH YANG SAMA. Tulisan yang membuat pikiran Rose mulai beraduk di dalamnya.
“Dua dunia yang berbeda dengan satu jiwa yang sama, dan satu peran sama dengan kisah yang sama?” Gumam Rose sambil mengerutkan dahi dengan berpikir.
Tidak ingin berpikir panjang, Rose memilih membalik halaman selanjutnya yang berisi tentang panduan menjadi seorang penari Ballet beserta gambar yang menarik layaknya kehidupan Barbie. Melihat buku itu, Rose tersenyum dan sangat berminat untuk membacanya. Mungkin saja saat Ia membaca buku tersebut, bisa meningkatkan tarian Balletnya dengan sempurna.
Satu demi satu lembar Rose menolak balikan buku itu, membacanya dengan serius dan giat, sampai sebuah tulisan lagi-lagi mengingatkan Rose akan teka teki yang ada di halaman pertama, namun kini dengan tulisan yang berbeda. IKUTI AKU, MAKA KAU AKAN TAHU SEBUAH RAHASIA. Tertulis di buku itu dengan pena hitam dan latin yang sama seperti pertama. Pikiran Rose kembali dengan penasaran akan jawaban dan arti dibaliknya.
TITOTT! TITOTT! TITOTT! Suara jam yang sudah menunjukan waktunya tidur malam, membuat Rose berhenti berpikir dan memilih tidur menghiraukan tulisan tadi.
...***...
Esoknya. Di jam 01:00 siang, Sama seperti biasa, Rose harus pergi ke tempat latihannya, karena kurang 7 hari lagi pemilihan seorang GISELLE akan dilaksanakan. Tapi, saat wanita dengan dandanan culun itu melangkah ke dalam sebuah taxi, langkahnya terhenti oleh suara seorang pria yang memanggil namanya.
“Rose!” Panggil seseorang dari arah belakang dengan sedikit keras. Panggilan itu sontak membuat Rose menoleh dan terkejut saat melihat pria yang memanggil namanya itu ternyata adalah Max, seorang pria yang Ia kagumi di kampusnya.
Max menghampiri Rose yang masih tertegun dan berdebar sendiri dengan senyum tipis yang Ia perlihatkan.
“Ha-hai!” Sapa Rose yang tersenyum dan malu saat melihat wajah Max ikut tersenyum melihatnya.
“Ah, iya. Hai!” Balas Max yang juga ikut gugup. Max yang ternyata bukanlah pria buruk seperti yang dibayangkan Rose dan Emily saat itu.
“Aku dengar dari Ella, kalau sebentar lagi kau akan menari ballet untuk pemilihan seorang Giselle!” Ucap Max.
“Benar, kenapa? Apa kau akan melihat penampilan Ella?” Tanya Rose yang ingin tahu pikiran Max tentang pentas tersebut.
“Tidak juga! Tapi aku ingin datang untuk melihatmu menari, apa boleh?” Ujar Max tersenyum mendekat ke arah wajah Rose. Dan seketika wanita dengan kepang dua itu merona hingga sekujur tubuh gemetar tak karuan.
“Ten–tentu saja boleh!” Balas Rose tersipu malu. Saat keduanya kembali diam dengan senyum masing-masing, sampai Rose sadar akan waktu yang sangat mepet datang ke tempat latihan.
“Oh my God! Aku sudah telat, aku harus pergi! Maaf.” Ucap Rose yang segera masuk ke taxi.
“Aku akan menunggumu nanti malam di Cafetaria jam 7 malam!” Ajak Max yang terlihat semangat sekali hingga tak segan berteriak.
Rose yang masih mendengar ajakan itu, dia menerima dengan senang hati dan berbunga-bunga saat harus memikirkan tentang nanti malam bersama Max.
Sementara di rumah kediaman Howe, saat ini hanya ada Emmy sang ibu dan Mary yang baru saja tiba di rumah, dan menyapa sang ibu sambil sesekali memakan kacang yang tergeletak di atas meja ruang tamu.
“Ibu tidak pernah melihatmu pulang bersama Rose.” Kata Emmy kepada putrinya.
“Ayolah ibu, ibu tahu sendiri, aku sama sekali tidak menyukai Rose. Entah kenapa dia selalu beruntung dan membosankan.” Balas Mary yang memilih masuk ke kamar dengan amarahnya terhadap saudarinya sendiri. Di mata Mary, Rose terlihat sangat beruntung entah tentang apapun itu. Namun dia tidak tahu penderitaan yang dialami Rose saat harus menjadi seseorang yang selalu dikucilkan sendiri.
...***...
Ballerina Building. 06:15 malam.
Selama lima jam latihan terus berlanjut, juga dua bola mata Rose yang selalu melihat ke arah jam karena tidak sabar untuk segera menemui Max yang selama ini dia anggap sebagai pangeran dengan kuda putih.
“Baiklah semuanya, kita tidak punya banyak waktu lagi, jadi kalian harus berlatih selama 6 hari penuh! Jaga kesehatan dan bersenang-senang lahhhhh!!” Jelas Miss Bay melambai dan pergi, ditambah dengan nada panjangnya sendiri, seolah paduan suara saja.
Saat semua penari bubar, Rose juga harus pergi ke suatu tempat, namun seketika dia bertabrakkan dengan seorang wanita paruh baya.
“Maafkan saya, saya tidak sengaja!” Ucap Rose langsung meminta maaf. Ternyata orang yang ditabrak Rose adalah Reva, ibunya Ella yang saat itu harus rapat dengan Miss Bay dan Tuan Bister. Kenapa tidak, karena perusahaan Nyonya Reva adalah salah satu sponsor nya.
Dengan terkejut saat menatap wajah Rose, wanita paruh baya itu membuka lebar kedua matanya seolah dia tengah melihat hantu didepannya atau seseorang yang mungkin dia kenal.
“Siapa nama mu?” Tanya Reva untuk memastikan sesuatu yang dia lihat di depannya.
“Ro-Rose Howe!” Jawab Rose yang juga ikut tertegun dan takut saat melihat tatapan ibunya Ella yang lebih mengerikan daripada putrinya, Ella. Reva masih menatap lama sembari menyipitkan kedua matanya, sampai Rose memberi senyuman lebar yang membuat Reva jijik melihatnya dan memilih pergi lebih dulu.
“Aneh sekali.” Gumam Rose kembali berjalan ke arah pintu keluar. Tapi saat tangan kanannya memegang tas yang terasa kosong, dengan cepat Rose berhenti untuk memastikan bahwa buku tuanya tidak tertinggal.
“Oh... Tidak, bukunya tertinggal.” Ucap Rose yang memastikan bahwa tidak ada buku di dalam tasnya dan kini dia harus kembali masuk kedalam ruang ganti yang terlihat kosong dan gelap.
Rose menyalakan sakelar lampu yang ada di dekat pintu, hingga ruangan kembali terang, dan kaca-kaca yang disana juga ikut terlihat jelas, begitu juga buku Rose yang terbuka tergeletak di lantai tepat di depan sebuah cermin yang sudah tidak pernah dipakai, namun masih berdiri di pojok ruangan.
Rose mengambil buku itu, dan melihat sebuah gambar cermin hanya sebuah gambaran cermin dengan corak emas di atas dan bawah. Namun lagi dan lagi, Rose tidak peduli, sampai Ia mulai sadar akan cermin yang ada di depannya saat ini. Dia sangat terkejut saat mengetahui bahwa cermin didepannya sama persis dengan gambar yang ada di dalam buku miliknya.
Saat Rose kembali fokus dan memastikan isi bukunya lagi. Sebuah cahaya terang dari cermin memantul di wajah Rose, sangat silau.
Perlahan cahaya itu hilang, tapi Rose melihat sebuah pantulan dirinya dari kaca itu.
“Apa? Apa ini benar diriku?” Tanya Rose yang dikejutkan dengan pantulan dirinya yang memakai sebuah gaun besar berwarna gold dan red, dengan Mahkota indah di atas kepalanya dan rambut terurai panjang. Rose yang melihat dirinya berbeda di dalam cermin menjadi kebingungan sendiri, dengan perlahan tangan Rose mencoba untuk menyentuh dirinya yang ada di dalam kaca.
Tapi tiba-tiba.
BERSAMBUNG....
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
🌹🌹🌹🌹🌹
🌹🌹🌹
🌹🌹
🌹
🌹
🌹
🌹🌹
🌹🌹🌹
🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
_@-Hideko
Dia masuk kedalam Cermin!
2022-01-13
2