Penjelasan yang diberikan oleh Robin sangatlah terdengar mudah, namun mereka tetap harus waspada, jangan sampai salah satu orang Istana tahu akan kedatangan mereka disana.
Tak berselang lama, kini mereka berempat menaiki sebuah perahu yang terbuat dari kayu, Rose dan Emily duduk di tengah perahu, sedangkan John dibelakang Emily sambil mendayung. Begitu juga dengan Robin yang memandu perahu itu dengan membantunya mendayung juga.
Mereka melewati lautan secara perlahan, bahkan saat mendayung pun, Robin dan John harus secara perlahan agar genangan air tidak begitu berbunyi keras. Rose yang kini kali pertama Ia melihat Istana dengan begitu dekat, begitu besar dan indah sekali, bahkan Rose bisa melihat ada banyak para prajurit yang menjaga, namun tak satupun dari mereka melihat perahu datang.
“Sedikit lagi kita akan sampai.” Ujar Robin.
“Lebih cepat sedikit, lengan-lenganku mulai keram, aku rasa sebentar lagi akan lepas.” Gerutu John, yang selalu kena tepuk Emily.
Tak lama, perahu mereka masuk kedalam sebuah terowongan, sebuah terowongan saluran air. Robin turun dari perahu, diikuti oleh yang lainnya, mereka juga tak lupa untuk mengikat perahu itu lagi untuk kendaraan mereka kembali nanti.
Terowongan yang begitu gelap dan sunyi, tanpa ada penjaga disana, membuat bulu kuduk berdiri.
“Ayo kita nyalakan obornya.” Pinta Emily, namun dihadang oleh Robin.
“Tidak, jangan sekarang. Mungkin kita akan ketahuan jika menyalakan obor! Tunggu aba-aba dariku saja.” Jelas Robin yang siap membantu mereka, bahkan hampir semuanya adalah rencana pria itu.
Mereka berjalan sambil mengendap-endap dan sangat waspada, menoleh ke kanan kiri, belakang dan depan.
“Apa kau yakin tidak akan ada yang ke penjara bawah tanah?” tanya Rose masih tidak yakin.
“Tidak akan, karena malam ini ada pesta, semuanya akan sibuk dengan itu.” Jawab Robin tersenyum tipis.
Melanjutkan perjalanannya, hingga mereka sampai di penjara bawah tanah, Robin mengintip para prajurit yang baru saja pergi meninggalkan tugas, dan kini menjadi kosong tanpa penjaga. Robin memberikan sebuah aba-aba kepada ketiga orang yang sedikit jauh dari keberadaan nya sekarang.
Rose berjalan menelusuri penjara tersebut, matanya melihat banyak orang yang tersiksa disana, bahkan ada juga yang sangat kurus, kotor juga terluka parah. Rose tidak habis pikir, sekejam apakah Ratu Revana itu, apakah dia benar-benar menakutkan, sampai semua orang takut ketika mendengar namanya.
“Kita akan berpencar, dan mencari koin perak itu.” Ucap Robin.
“Kau yakin, kalau koin perak ada disini?” tanya Emily pada Robin.
“Tidak semua, tapi separuh dari harta Ratu Revana, dia simpan di sini.” Jawab Robin yang sangat yakin, seolah dia tahu banyak soal Istana. Rose, Emily dan John tidak terlalu memikirkan akan kecurigaannya terhadap Robin, kini mereka hanya fokus mencari koin perak nya saja.
“Bawa obor masing-masing.” Ucap Robin, sebelum pergi pria rambut hitam itu memberikan masing-masing obor untuk menemani mereka.
Kini semua berpencar kearah yang berbeda-beda. Rose berusaha mencari dimana pun keberadaan koin perak tersebut, meski dia tidak pernah tahu dalam Istana, tapi demi kembali ke Las Vegas Ia harus berjuang disini.
Mereka yang berpencar hingga melewati penjara bawah tanah, masih saja mencarinya dengan teliti dan hati-hati. Rose yang masih berada dipenjara, dia melihat seorang pria tua menatapnya dengan mata yang lebar dan mulut ternganga. Melihat itu, Rose memilih untuk mencoba mendekatinya dan bertanya.
“Ap–apa kau ingin air?” tanya Rose bersedia membagi airnya pada pak tua itu.
“Kau... Kau...” Ucap pria tua itu terus menerus sambil menunjuk kearah Rose berdiri. Rose semakin tidak paham dengan yang dimaksud pria tua itu. Saat semakin mendekat, kayu obor yang tadinya ada di tangan kiri Rose kini ditarik oleh pria tua itu kedalam jeruji besi. Wanita itu sangat terkejut melihat tingkah aneh.
Kini dia tidak ada lagi cahaya untuk meneranginya, alhasil Rose memilih lanjut berjalan menuju tangga atas, namun saat berjalan dia dikejutkan oleh tas yang bergerak, mungkin itu adalah buku ajaib yang selalu dia bawa.
Tapi seperti biasa, wanita itu sama sekali tidak begitu peduli, tidak tahu sekarang Ia berada ditempat apa. Sebuah tempat yang hanya terbuat dari bata besar warna abu-abu, Rose bahkan tidak tahu kabar temannya yang masih mencari koin perak itu.
“Apa ini?” tanya Rose saat tangannya menyentuh sebuah lukisan, tapi karena ruangan yang cukup gelap membuat Rose tidak bisa melihat lukisan tersebut.
Dari arah samping terdengar suara seorang wanita yang Rose kenal.
“Aku sudah mendapatkan koinnya!” ucap Emily gembira, mendengar itu Rose bahagia. Tidak lama, John dan Robin datang menyusul mereka.
“Dari mana kau dapat?” tanya John.
“Aku menemukannya di dalam tembok.” Jawab Emily yang tidak dimengerti oleh John dan Rose.
“Tembok?” tanya bersamaan Rose dan John.
“Sudah jangan dipikir, lebih baik kita cepat pergi dari sini.” Ujar Robin memilih selamat. Saat hendak pergi, Rose masih penasaran dengan lukisan tadi, entah kenapa rasanya begitu kuat sekali, dan rasa ingin tahu Rose juga sangat besar, berbeda dari yang lainnya.
Rose meraih obor milik Emily dan dia mulai menerangi lukisan itu dari atas hingga ke bawah. Seketika sangat jelas sekali, lukisan yang cukup besar, wajah seseorang dengan mahkota indah di kepalanya, rambut pirang bergelombang dan wajah cantik yang sungguh luar biasa memancar di mata Rose, Emily, John dan Robin.
Rose melepaskan obor yang ada di tangannya karena refleks melihat lukisan itu, kenapa? Karena itu adalah lukisan wajah Ratu Deldelina, wajah yang sangat mirip dengan wajahnya.
John mengambil ahli cahaya, pria itu menerangi lukisan tadi karena masih penasaran.
“Ya tuhan.. Wajah kalian benar-benar mirip sekali!” ucap John tak percaya.
“Benar sekali! Dari mata, hidung, mulut dan juga rambut. Kalian sangat mirip!” sambung Emily yang tidak bohong saat mengucapkan nya.
Sementara Rose masih diam karena merasa bahwa teka-teki ini semakin rumit sekali dan semakin aneh.
“Aku baru tahu kalau Ratu Deldelina sangat cantik!” ucap John tersenyum. Sedangkan Robin hanya diam menatap kearah lukisan itu dengan serius.
Mereka tidak menyadari, bahwa seorang putri datang dan terkejut saat melihat kehadiran orang-orang yang tidak diundang di istana. Baru menyadari bahwa putri dari Ratu Revana itu berteriak sambil berlari ke arah mereka, Robin dan John segera lari, sementara Emiliy menarik tangan Rose yang masih melamun.
Hingga Rose tersadar, dan seketika Ia menoleh ke Sang Putri. Putri Ratu Revana itu hanya diam saat menatap wajah Rose, lalu saat dirinya menoleh ke arah lukisan, ia semakin terkejut saat mengetahui bahwa wajah itu sama dengan wanita yang berlari tadi.
BERSAMBUNG.........
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
HAI KAKAK² YANG MAMPIR DI CERITAKU, TERIMA KASIH BANYAK KARENA SUDAH MAMPIR. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN SETELAH MEMBACA YAAA, LIKE AND COMENT, PENULIS SANGAT BERHARAP ATAS DUKUNGAN DARI KALIAN SEMUA🙏❤️
THANK YOU AND SEE YOU...🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments