Rose masih menatap megah istana Fredenslige, meski dari kejauhan, tapi istana itu sungguh bagus sekali. Rose yang menatap nya mulai tidak terasa bahwa air kecil turun dari dua matanya.
“Sungguh indah!” Gumam Rose yang didengar oleh Robin.
Tanpa ekspresi Robin hanya terdiam menatap istana tersebut, dan sesekali menatap Rose dari belakang. Mulai sadar dari kekaguman karena melihat istana Fredenslige, kini Rose merasa puas ya, meski itu sedikit.
“Ayo kita kembali ke Emily dan John!” Ajak Rose tersenyum. Tanpa bicara ataupun menjawab, Robin menuruti ucapan Rose, pria itu tetap diam meski Ia bisa melihat bekas air mata di pipi Rose.
Di perahu, hanya ada keheningan antara Rose dan Robin. Sampai Rose membuka pembicaraan lebih dulu untuk menghilangkan keheningan antara mereka.
“Kau tinggal di mana?” Tanya wanita yang selalu membawa tasnya itu.
“Dimana saja.” Jawab Robin sembari mendayung tanpa lelah.
“Kau sendiri, apa senang berada disini?” Tanya Robin balik, dan menatap wanita yang ada didepannya itu. Rose terdiam sejenak.
“Terkadang aku merasa rindu dengan keluargaku disana! Tapi disini aku memiliki banyak teman dan orang-orang yang menyayangiku.” Jelas Rose.
“Mungkin karena wajahku yang berubah!” Lanjut Rose tersenyum kecil. Melihat Rose tersenyum, Robin juga ikut tersenyum kecil.
Perahu mulai mendekati permukaan, dimana sudah ada John dan yang berdiri menatap keduanya dengan sinis.
“Kemana saja kalian?” Tanya Emily yang melihat Rose dan Robin baru saja turun dari perahu dan menghampirinya.
“Iya, kemana saja kalian?” Imbuh John yang mengatakannya tepat di depan wajah Robin, seolah dia memiliki dendam pribadi akan ketampana Robin.
“Melihat pemandangan!” Jawab Rose tersenyum. Mendengar jawaban itu malah membuat Emily dan John terkejut hingga memilih untuk melupakannya saja.
“Ayo cepat, kita harus segera ke desa sebelum hari mulai gelap.” Ajak Emily. Mereka memilih untuk segera pergi, Rose juga belum membaca bukunya dan berlatih menari ballet. Saat teringat soal ballet. Seketika Rose mulai panik lagi hingga membuat perjalanan setengah mereka terhenti karena mendengar suara Rose yang terkejut.
“Ada apa?” Tanya Emily yang ada disampingnya.
“Aku lupa, sebentar lagi pemilihan Giselle akan dilaksanakan, tapi aku malah terjebak disini.” Jawab Rose. Lagi dan lagi arti kata itu tidak dimengerti oleh Emily dan John, namun tidak dengan Robin yang hanya santai dan diam, seolah dia sudah tahu sesuatu mengenai dunia Rose.
Emily merangkul pundak Rose dan tersenyum kearahnya dengan sangat lebar.
“Sudahlah, jangan khawatir! Kau pasti bisa kembali dan mengikutinya. Giii... Gi sella mu itu!” Ujar Emily memberi semangat padanya.
“Iya jangan khawatir, semua akan baik-baik saja!” Imbuh John yang juga tersenyum. Ucapan itu membuat Rose sedikit tenang dan berpikir positif mengenai semuanya yang ada disini. Mereka kembali berjalan menuju Desa, Rose yang kini tengah berbincang dengan Emily, sementara John yang sesekali melirik wajah tampan Robin, tak ada habisnya Ia menatap dengan wajah konyolnya.
“Hei!” Panggil John, membuat Robin menoleh.
“Kenapa kau tidak menjadi pangeran atau raja saja? Dengan wajah tampanmu itu, kau seharusnya menjadi keduanya itu, bukannya menjadi seorang pencuri.” Sambunya lagi.
Robin tersenyum tipis dan mengatakan.
“Aku hanya orang biasa, tidak mungkin menjadi seorang raja atau pangeran. Sama sepertimu!” Ucap Robin yang kembali melihat depan.
“Apa? Sepertiku? Apa maksudmu?” Tanya John tak terima akan ucapan Robin barusan.
“Nothing.” Jawab Robin tersenyum.
“Tapi kau bisa menikahi seorang ratu atau putri! Jika aku memiliki wajah tampanmu itu, aku akan memanfaatkan nya bung, untuk menikahi seorang wanita bangsawan kawan!” Ucap John menurut pendapatnya.
Robin yang mendengar celotehan John, hanya memilih untuk diam tak menjawab meski disepanjang jalanan John selalu mengoceh tak jelas membuat Robin sedikit pusing sendiri. Tapi untung saja mereka sebentar lagi akan sampai di Desa yang dipimpin oleh Ratu Revana.
Saat sampai di Desa tersebut, mereka hanya mendengar suara tawa anak-anak yang tengah bermain, juga orang dewasa yang asik dengan dirinya masing-masing. Satu orang membawa koin segenggam penuh untuk diberikan pada warga disana, Rose beserta ketiga orang tadi, mulai berpencar dan membagikan koin-koin itu.
Para warga yang ada disana, sudah terbiasa, karena mereka selalu merasa bahwa uang pajak yang mereka berikan untuk kerjaan kini selalu kembali lagi padanya, meski itu hanya kurang sedikit saja.
Saat asik membagi koin, Rose terhenti ketika dia mendengar suara roda yang seperti masuk dalam tanah, dan menimbulkan suara kuda yang juga ikut terkejut. Rose melihat kereta kuda yang mewah namun sedikit miring karena roda kanannya kini terpelosok kedalam lubang kecil, sang kusir pun segera turun dan segera mengeluarkan roda yang ada di dalam lubang.
Seketika seorang wanita turun dari kereta kuda tadi, dengan memakai gaun bangsawan, membuat Rose mengerti bahwa dia pasti dari kerajaan lain yang ingin berkunjung ke Kerajaan Peaceland. Namun saat melihat wajah wanita itu, Rose kaget bahwa yang dia lihat adalah wajah ibunya yang ada di Las Vegas.
“Ibu!” Gumamnya yang merasa bingung dan juga heran.
“Ada apa pak?” Tanya ibunya kepada kusir.
“Maaf ratu, tapi rodanya masuk kedalam lubang.” Jawab pak kusir lembut. Di dunia fantasi hati ibunya juga masih sama di Las Vegas, lemah lembut. Dari arah belakang, seorang wanita yang baru saja turun dari kereta kuda memanggil ratu itu.
“Ibu cepat, disini sangat panas.” Ucap seorang putri yang juga memiliki wajah sama persis seperti saudarinya, Mary. Rose semakin bingung melihat semu itu.
Dari arah belakang, Emily menepuk pundak Rose. Sementara roda milik ibunya tadi, kini dibantu keluar oleh para warga yang ada disana.
“Ada apa?” Tanya Emily yang sedari tadi mengawasi Rose yang tengah menatap dua bangsawan itu.
“Siapa mereka?” Tanya Rose. Emily mencoba untuk melihat wajah orang-orang yang dimaksud Rose.
“Mereka adalah Ratu Emmyana dari kerajaan Valcke! Dan yang wanita dibelakangnya itu adalah Putri Anamary!” Jelas Emily.
“Ratu Emmyana adalah terkenal dengan sifatnya yang lembut, sama sepeti Ratu Deldelina! Tapi putrinya, Anamary, dia adalah temannya Putri Revana.” Sambungnya lagi.
Rose masih menatap kedua orang itu, wajah yang sama, membuatnya merasa rindu dan segera ingin memeluk keluarganya. Namun ada satu yang membuat Rose heran, yaitu. Mengapa didunia fantasi dia bukan putrinya Ratu Emmyana? Jika Emily dan John tetap berperan sebagai temannya, kenapa dengan ibu dan saudarinya tidak.
“Emily! Dia adalah ibu dan saudariku yang ada di Las Vegas.” Ucap Rose tiba-tiba, tapi dengan pandangan yang masih melihat kereta kuda yang sudah berjalan menjauh.
“Apa? Maksudmu, mereka memiliki wajah yang sama seperti kami yang juga memiliki wajah sama dengan temanmu itu?” Tanya Emily. Rose mengangguk jelas.
“Jika di duniamu dia adalah keluargamu, kenapa disini kau bukan seorang putri?” Tanya Emily yang juga sama-sama ikut merasa bingung. Karena pemikiran itu, mereka menjadi diam tak bersuara.
BERSAMBUNG........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments