KELAS 10-1

Bu Rianty mengantarkan Biru menuju ruang kelas 10-1 yang katanya merupakan kelas unggulan di SMU itu. Biru

sedikit mengangkat dagunya agar keren dan percaya diri saat hampir sampai di ruangan kelas yang tampak sederhana itu. Padahal hatinya dag dig dug. Belum terbayang bagaimana kelas dan teman-temannya nanti. Apakah mereka sebaik teman-temannya di pesantren? Rasanya canggung sekali saat hendak menapaki tempat baru sebab baru kali ini ia keluar dari pesantren yang membesarkannya. Namun Biru harus bisa mengatasi rasa canggung itu. Ia teringat senyum angkuh Satya yang terlihat keren. Baiknya sekarang ia meniru senyum angkuh itu agar tak seorang pun dapat meremehkannya. Dirinya telah membuat benteng terlebih dahulu sebelum orang meremehkannya dengan memikirkan bahwa mereka semua yang remeh. Hahaha Biru juga anak Wirajaya Halim. Boleh dong kalau ia ingin mewarisi keangkuhan keluarganya.

Pertama kali menjejakan kaki di ruangan yang akan menjadi tempat belajarnya, pandangan Biru terpaku pada meja kursi belajarnya terbuat dari kayu yang terlihat usang. Biru ingin mencibir, ternyata fasilitas sekolah di kota besar tidak semuanya lebih baik daripada fasilitas belajar di pesantren. Tapi ya masih tergolong lumayan karena lantainya bersih dan terdapat 2 buah AC split yang cukup membuat nyaman. Penghuni kelas langsung diam begitu melihat kedatangan wali kelasnya. Pandangan mereka semua tertuju pada Biru dan bu Rianty yang berdiri di depan kelas.

“Nama saya Biru. Sebelumnya saya bersekolah di As-Syifaul Qolbun boarding school Sukabumi. Saya pindah ke

Jakarta karena ikut kakak saya. Hobi saya memanah.” Biru memperkenalkan diri di hadapan teman sekelasnya dengan percaya diri. Ia menggunakan kesempatan itu untuk menunjukan jati dirinya agar tidak mudah jadi bahan perundungan.

“Wah hobimu keren, Biru. Aku mau dong dipanah dengan panah cintamu.” Seorang anak lelaki bertampang konyol nyeletuk dari belakang.

“Tunggu waktunya ya. Saya siapkan dulu panah beracunnya.” timpal Biru seenaknya.

Grrr… suasana kelas jadi riuh oleh tawa. Biru tersenyum tipis. Ekor matanya menangkap beberapa siswi tampak berbisik-bisik dengan tampang masam. Mungkin merasa terganggu oleh hadirnya bintang baru yang cahayanya lebih terang dalam kelas itu. Biru harus waspada. Kata orang, perempuan pendengki yang suka nyinyir sama bahayanya daripada pembunuh berdarah dingin.

“Kutunggu panah cintamu, Biru.” balas si konyol seraya terkekeh.

“Huuuu.” Kelas kembali riuh oleh sorak dan tawa.

Bu Rianty melotot dan menggebrak meja murid yang ada di depannya sampai murid berwajah kotak itu tersentak kaget.

Brak. Brak. Brak. Suasana riuh mendadak senyap.

“Kamu duduk di sana, Biru!” perintah bu Rianty menunjuk bangku nomor dua dari depan yang berada di barisan tengah ruang kelas.

Biru mengangguk dan tersenyum sebelum beranjak ke bangku yang ditunjuk oleh wali kelasnya. “Terima kasih, Bu.”

Biru menyalami teman sebelah bangkunya yang memperkenalkan diri dengan nama Kayla. Anaknya kelihatan pendiam. Bajunya tidak putih bersih, melainkan putih dekil kekuningan. Aneh. Belum genap setahun masuk SMU, tapi pakaiannya tampak sangat usang. Wajahnya juga terlihat seperti anak yang jarang mandi, kusut dan kusam. Tapi dia terlihat asyik mencorat-coret sesuai di bukunya yang agak lecek.

Pelajaran dimulai. Kebetulan pagi itu jam pelajaran pertama adalah pelajaran Biologi yang diampu sendiri oleh wali kelasnya. Biru sama sekali tak kesulitan dalam mata pelajaran Biologi karena lebih banyak mengandalkan hapalan. Mata pelajaran berikutnya Fisika. Gurunya seorang lelaki beruban yang sepanjang jam mengajarnya sering sekali membenahi kaca matanya yang melorot.

Bel jam istirahat berbunyi. Beberapa teman menghampiri dan menyalaminya untuk berkenalan. Cewek yang berbisik-bisik itu melengos mengajak kelompoknya pergi ke kantin. Biru tak berniat kemana-mana karena ia telah membawa bekal makanan dan minuman dari rumah.

“Ke Kantin yuk, Bi!” si konyol yang sok keren itu kembali menggodanya. Kali ini dia didampingi 2 cowok yang sekilas tampak agak-agak bodoh. Cih sebal. Si konyol itu pasti merasa kayak pangeran.

“Maaf, aku bawa bekal dari rumah.”

“Besok jangan bawa bekal lagi. Sebagai perkenalan, aku akan traktir kamu makan apa saja di kantin.”

Cowok itu mengulurkan tangannya. Biru tak menyambutnya, kecuali dengan menangkupkan tangan di dada.

“Ups, sorry! Kamu anak pesantren ya jadi kenalannya nggak boleh jabat tangan.” Dia terkekeh lalu melirik dua pengawalnya dengan gaya angkuh.

“Namaku Dony. Ini temanku Bio dan Guruh.”

“Terima kasih, Don. Kayaknya aku akan selalu bawa bekal makanan tiap hari.”

“Kenapa?”

“Karena makanan rumah lebih sehat.”

“Bukannya supaya hemat uang saku?”

“Ya, itu juga salah satu alasannya.” jawab Biru dengan menunjukan lunch boxnya yang berisi paket makan siang lengkap empat sehat.

Dony melipat tangannya di dada. Masih berusaha memandangnya remeh sekaligus mencari celah buat menunjukan dirinya. Lagaknya kayak Don Juan. Biru menebak-nebak dalam hati, dia mungkin play boy sekolah yang ingin menjadikannya mangsa karena Biru anak baru. Biru kembali waspada.

“Rumah kamu dimana?”

“Sekitar 2 kilo dari sini.”

“Boleh main ke rumah?”

“Emm, boleh nggak ya?” Biru pura-pura berpikir padahal sih masabodo.

“Boleh nganter kamu pulang?”

“Sorry, aku bawa sepeda.”

“Sepeda?” Dony tersenyum remeh.

“Insya Allah akan selalu bawa sepeda ke sekolah.”

“Nggak keren banget sih.”

“Biarin. Aku mencintai diriku dengan menerapkan pola hidup sehat.”

Dony terkekeh sembari menggaruk-garuk kepala. Tampaknya dia bingung harus bertanya apa lagi tapi masih penasaran ingin mengenal Biru yang pemikirannya berbeda dengan kebanyakan anak-anak di sekolah itu.

“Dia itu anak kampung, Don. Masih lugu. Nggak usah kamu godain. Nggak pantes juga buat kamu.” Sebuah komentar datang dari cewek berambut pirang yang lengan kemejanya dilinting sampai siku.

Biru tersenyum satir padanya. Tidak apa-apa dibilang anak kampung. Mungkin cewek itu bermaksud meremehkan,

tapi Biru tetap bangga pada dirinya sendiri. Besar di kampung bukan aib atau dosa kok.

“Namaku Jeny Jill ya. Aku juara di sekolah ini. Kalau kamu butuh bantuan buat mengejar ketertinggalan kamu, jangan sungkan tanya ke aku."

Cih, sok pintar. Lihat saja nanti kalau Faiz sudah masuk sekolah. Kamu bakal tahu bagaimana orang cerdas yang sebenarnya. Dilihat dari mata kamu saja nggak ada aura cerdasnya. Biru menatap lekat Jeny tanpa berucap apapun. Unek-uneknya hanya mengendap di kepala. Sebagai anak baru, Biru tak ingin memberikan citra buruk. Lebih banyak mengamati daripada berkomentar.

“Yuk ke kantin!” Jeny menggandeng Dony menariknya menjauh dari meja Biru.

Dony dan teman-temannya mengekor bagai gerbong kereta yang ditarik lokomotifnya.

Biru melirik kayla. Gadis itu telah membuka kotak bekal makannya yang hanya berisi nasi, sambal dan ikan asin. Dia makan dengan lahap.

“Mau chicken katsu?”

Kayla mengangguk. Biru pun menaruh 2 potong chicken katsunya di lunch box Kayla yang terbuat dari plastik murahan. Tempat makannya itu warnanya kusam dan sudah banyak goresan-goresannya. Biru sedikit miris melihatnya.

Kayla mengucapkan terima kasih dengan mata berbinar. Entah mengapa Biru merasa dirinya jauh lebih beruntung daripada kawan yang duduk di sebelahnya. Meskipun lahir yatim, namun hidupnya selalu berkecukupan.

“Rumah kamu dimana, Kay?”

“Di dekat rel kereta, tak jauh dari stasiun Manggarai.”

Biru mengangguk meski belum tahu dimana stasiun Manggarai. Ia tertarik mengulik kehidupan teman sebelahnya yang terlihat seperti minder dan dikucilkan dalam pergaulan di kelas itu. Iseng cari tahu apa sebabnya. Apakah dia terlalu miskin?

“Selalu bawa bekal makanan ke sekolah?” Biru memulai obrolan lagi buat mengusir sepi. Hanya tinggal berdua dengan Kayla di ruangan kelasnya. Semua siswa menggunakan jam istirahatnya di luar ruangan.

Biru menyuap nasi, sayur dan lauk pauknya ke dalam mulut sambil memperhatikan Kayla.

“Iya.”

“Pulang sekolah naik apa?”

“Jalan kaki. Pulang sekolah nggak langsung pulang tapi kerja dulu sampai sore jadi penjaga toko di Pasar Rumput.”

“Ooohh.” Biru mencukupkan pertanyaannya sampai di situ. Hidup Kayla pasti tak mudah harus sekolah sambil kerja. Makan siangnya pun jauh dari layak. Biru berjanji dalam hati mulai besok akan bawa lauk makanan lebih untuknya. Bersyukur hari pertama sekolahnya tidak secanggung yang dibayangkannya. Memulai hari belajar dengan teman-teman baru asyik juga meski di hati tetap tersimpan rasa kangen dengan teman sekolah di pesantren.

Terpopuler

Comments

cengar cengir

cengar cengir

kol jadi sedih y baca part nya Biru ma Kayla

2022-01-19

1

youlie

youlie

karya2 mu sangat bagus Thor, tp mungkin bagi sebagian reader terlalu "berat". karena bukan hanya cerita biasa, tp sarat akan ilmu dan pelajaran hidup.Tetap semangat thor...

2022-01-16

4

Erna Wati

Erna Wati

mantap Thor....mulai asik nih ceritanya untuk dibaca...semangat thor

2022-01-16

2

lihat semua
Episodes
1 KELUAR DARI SEKOLAH
2 KECANDUAN GAME
3 MEMBUJUK FAIZ
4 INGIN JADI AYAH
5 DIRUNDUNG TEMAN AMEL
6 FAIZA
7 RUMAH LILY
8 PERANG-PERANGAN
9 MASALAH LAIN
10 BIRU
11 MENDADAK PINDAH SEKOLAH
12 AMUKAN BAS
13 CINTA YANG SALAH?
14 SALAH SIAPA?
15 PENGHARGAAN SEDERHANA
16 JAM GANJIL
17 DI MEJA MAKAN
18 KONTRAK PRO-PLAYER
19 SEKOLAH BARU
20 KELAS 10-1
21 BAN BOCOR
22 NONTON TURNAMEN
23 KRYPTO
24 ANTARA BIRU DAN RIO
25 PARA PENGURUS OSIS
26 OBROLAN KAYLA
27 KECELAKAAN
28 SIAPA PELAKUNYA?
29 BILA GABUT
30 SATU JAM BERSAMA FAIZ
31 KEDATANGAN KAYLA
32 KEDATANGAN KAYLA (2)
33 PELIT VS HEMAT
34 CLASS MEETING
35 SEMI FINAL
36 SET KEDUA
37 BAYARAN MANAJER TIM
38 HATI YANG MEMBIRU
39 BODYGUARD
40 HADIAH UNTUK RIO
41 MALAM DI PASAR RUMPUT
42 GANGSTER PASAR
43 HARI BAHAGIA
44 DEBAT MALAM
45 RENCANA LIBURAN
46 SENYUM FAIZA
47 CEMBURU DAN CURIGA
48 DI BAWAH POHON FLAMBOYAN
49 SAMAR
50 SENYUM UNTUK AYAH
51 KLUB FLAMBOYAN?
52 TERCIDUK
53 AWAL KARANTINA
54 FASE LELAH
55 MEREKA YANG TUMBANG
56 BUNDA DI UNIVERSE WAR
57 SELEBRASI KONYOL
58 TAWARAN BONI
59 TENTANG ROSYID
60 MENDUGA RASA
61 TAMAN DAN MIMPI
62 ADA APA DENGAN MANG RONY?
63 FATHIA
64 RENCANA BIRU
65 RENCANA AMAR
66 TIM COWOK VS TIM CEWEK
67 CALON ASISTEN
68 MULAI
69 ARUNG JERAM
70 ETAPE TERAKHIR
71 MAKAN SIANG
72 KUASA
73 MEMBAYAR BUDI
74 PERUBAHAN ITTENARY
75 SALAH
76 SUSPENTION BRIDGE
77 RUMAH KENANGAN
78 KENANGAN BURUK
79 YANG TERSISA
80 GEN KSATRIA
81 PULANG
82 AWAL TAFAHUS
83 PENGAKUAN BUNDA
84 SUDAHI SAJA
85 PERLAHAN
86 GAGAP
87 PESTA
88 PENGUNTIT
89 LIKE FATHER LIKE SON
90 HARI PERTAMA SEKOLAH
91 APA YANG SALAH?
92 RESTO & GAME HOUSE
93 DI KAMAR SEMPIT
94 PENGAKUAN
95 ALUDRA ZAIN
96 TAK SETAJAM MATA KUCING
97 BIMBANG
98 HADIAH
99 METAVERSE BIRU (1)
100 SUARA YANG BERBEDA
101 METAVERSE BIRU (2)
102 ELEGI MAMA
103 Pengumuman
Episodes

Updated 103 Episodes

1
KELUAR DARI SEKOLAH
2
KECANDUAN GAME
3
MEMBUJUK FAIZ
4
INGIN JADI AYAH
5
DIRUNDUNG TEMAN AMEL
6
FAIZA
7
RUMAH LILY
8
PERANG-PERANGAN
9
MASALAH LAIN
10
BIRU
11
MENDADAK PINDAH SEKOLAH
12
AMUKAN BAS
13
CINTA YANG SALAH?
14
SALAH SIAPA?
15
PENGHARGAAN SEDERHANA
16
JAM GANJIL
17
DI MEJA MAKAN
18
KONTRAK PRO-PLAYER
19
SEKOLAH BARU
20
KELAS 10-1
21
BAN BOCOR
22
NONTON TURNAMEN
23
KRYPTO
24
ANTARA BIRU DAN RIO
25
PARA PENGURUS OSIS
26
OBROLAN KAYLA
27
KECELAKAAN
28
SIAPA PELAKUNYA?
29
BILA GABUT
30
SATU JAM BERSAMA FAIZ
31
KEDATANGAN KAYLA
32
KEDATANGAN KAYLA (2)
33
PELIT VS HEMAT
34
CLASS MEETING
35
SEMI FINAL
36
SET KEDUA
37
BAYARAN MANAJER TIM
38
HATI YANG MEMBIRU
39
BODYGUARD
40
HADIAH UNTUK RIO
41
MALAM DI PASAR RUMPUT
42
GANGSTER PASAR
43
HARI BAHAGIA
44
DEBAT MALAM
45
RENCANA LIBURAN
46
SENYUM FAIZA
47
CEMBURU DAN CURIGA
48
DI BAWAH POHON FLAMBOYAN
49
SAMAR
50
SENYUM UNTUK AYAH
51
KLUB FLAMBOYAN?
52
TERCIDUK
53
AWAL KARANTINA
54
FASE LELAH
55
MEREKA YANG TUMBANG
56
BUNDA DI UNIVERSE WAR
57
SELEBRASI KONYOL
58
TAWARAN BONI
59
TENTANG ROSYID
60
MENDUGA RASA
61
TAMAN DAN MIMPI
62
ADA APA DENGAN MANG RONY?
63
FATHIA
64
RENCANA BIRU
65
RENCANA AMAR
66
TIM COWOK VS TIM CEWEK
67
CALON ASISTEN
68
MULAI
69
ARUNG JERAM
70
ETAPE TERAKHIR
71
MAKAN SIANG
72
KUASA
73
MEMBAYAR BUDI
74
PERUBAHAN ITTENARY
75
SALAH
76
SUSPENTION BRIDGE
77
RUMAH KENANGAN
78
KENANGAN BURUK
79
YANG TERSISA
80
GEN KSATRIA
81
PULANG
82
AWAL TAFAHUS
83
PENGAKUAN BUNDA
84
SUDAHI SAJA
85
PERLAHAN
86
GAGAP
87
PESTA
88
PENGUNTIT
89
LIKE FATHER LIKE SON
90
HARI PERTAMA SEKOLAH
91
APA YANG SALAH?
92
RESTO & GAME HOUSE
93
DI KAMAR SEMPIT
94
PENGAKUAN
95
ALUDRA ZAIN
96
TAK SETAJAM MATA KUCING
97
BIMBANG
98
HADIAH
99
METAVERSE BIRU (1)
100
SUARA YANG BERBEDA
101
METAVERSE BIRU (2)
102
ELEGI MAMA
103
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!