Ritha membawa Biru dan Faiza ke beranda belakang rumah dimana terdapat ruang makan dan dapur terbuka yang menyatu dengan taman dan kolam renang. Faiza mengajak biru ke kolam renang karena ingin memamerkan kalau dia sudah mahir berenang dengan gaya katak. Biru menurut saja. Menurutnya tempat paling nyaman di rumah kakaknya itu memang di beranda belakang. Ada taman tropis yang terawat, kolam ikan koi dengan air mancur yang terus mengalir dan bale kayu jati yang bisa dipakai sebagai tempat leyeh-leyeh. Meski bukan taman alami, namun suara gemericik air, bunga melati dan tanaman hijau dapat menentramkan hatinya saat bosan di kamar. Ritha menyuruhnya membawa seteko jus semangka dan setoples butter cookies untuk menemani bersantai di pelataran kolam renang.
Sementara Ritha berada di dapur menemani mbak Imah masak untuk persiapan makan siang. Cukup banyak menu yang dimasaknya kali ini karena Satya telah berjanji pulang sebelum jam makan siang.
“Makan siangnya jam 11.40, Mas.” Ritha mengingatkan Satya untuk pulang sebelum jam makan siang yang ditetapkan Faiz melalui sambungan telepon.
Satya tertawa kecil. Tampaknya suasana hatinya sedang berbahagia hari ini. Beberapa kali telepon selalu direspon dengan riang. Mungkin habis dapat kabar baik soal kemenangan tender baru atau tanda tangan nota kesepakatan yang nilainya besar. Semoga saja begitu. Ritha selalu berharap yang terbaik untuk seluruh anggota keluarganya, apalagi suami.
“Iya. Tahan dulu kangennya. Ini aku sudah otw, Cantik. Aku sudah pamit nggak makan siang bareng klien demi kalian. Dave dan Bimo yang masih menemani dan menjamu mereka.”
Baguslah. Ritha senang mendengarnya.
“Tapi eh… jam 11.40 ya? Kok ada yang aneh. Kenapa menentukan jam makan siangnya ganjil begitu sih. Nggak dilurusin jadi jam 12 gitu.” Satya langsung protes mengapa Ritha menyebut jam 11.40.
“Itu anak kesayangan ayah Satya Wirajaya Halim yang menentukan. Dia baru mau turun dari kamarnya jam segitu. Jadwalnya setelah makan lanjut sholat dzuhur lalu meeting dan latihan game untuk turnamen. Gayanya sudah melebihi bos Satya. Bunda dan yang lainnya yang harus ngikutin jadwalnya dia. Keren kan?” ucap Ritha setengah tersenyum setengah miris.
Satya terkekeh seraya geleng-geleng kepala. Hahaha... diam-diam anaknya berbakat otoriter. Tak banyak bicara, suka bolos sekolah buat main game online, namun masih disiplin pada jadwalnya sendiri. Ia bangga. Itu artinya dia cukup bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Faiz memang terdidik disiplin sejak kecil.
“Bagaimana keadaan Faiz, Cantik? Sehat?”
“Agak kurus aja. Aku kesal. Faiz susah banget diajak bicara. Mas coba dong ngobrol sama dia. Sebagai sesama lelaki barangkali ada clue di otak yang bisa nyambung dengan pemikirannya. Masak ditanya mau apa kalau nggak sekolah jawabannya mau bikin metaverse. Aku nggak ngerti konsep metaverse macam apa yang di dalam otaknya sampai harus mengorbankan sekolah. Dia bilang belum saatnya bunda tahu metaverse yang akan dia bangun. Malah diiming-imingi dibikinin avatar paling cantik buat bunda yang nggak bisa menua dan selalu dicintai ayah.”
“Cie... So sweet banget konsep avatarnya. Berarti Faiz sayang banget sama Bunda.”
“Bukan. Kayaknya dia mau bikin avatar itu karena takut bundanya menua dan nggak dicintai lagi sama ayah.” Suaranya terdengar seperti orang sewot, padahal Ritha tertawa dalam hati. Antara tersanjung dengan perhatian Faiz dan sadar diri bahwa dalam dirinya mulai ada tanda-tanda menua.
Satya memperkeras tertawanya. Bagaimana mungkin istrinya bisa berpemikiran seperti itu. Perempuan itu pasti sedang senewen gara-gara suaminya dianggap masabodo dengan masalah anak dan adiknya seolah-olah membebankan semua masalah domestik hanya pada istrinya. Atau Ritha sedang PMS ya? Bawaannya sewot melulu.
“Kok kamu pikirannya gitu sih, Cantik. Padahal makin hari kamu makin tampak matang dan seksi kok. Tentu saja ayah dan anak-anak makin cinta sama bunda Faiz yang cantik."
“Gombal.”
“Serius.”
“Nggak percaya." Pura-pura tidak percaya padahal hatinya diliputi oleh bunga-bunga cantik yang bertebaran.
Satya terkekeh. Ia tahu pasti istrinya sedang tersipu malu.
"Ohya, bagaimana pertemuannya? Lancar? Partner dari Canada yang mas temui tadi masih muda ya?” Kali ini Ritha bertanya dengan nada serius.
“Lancar. Keduanya masih sangat muda. Baru 24 tahun tapi sudah dipercaya mengelola usaha warisan keluarganya.”
“Matanya biru?”
“Bukan. Coklat.”
Ehm… Ritha tak berkomentar kecuali dengan deheman saja. Bukan saingan berat kalau matanya tidak biru. Ritha penasaran bertanya soal mata karena penasaran. Selintas kepikiran ucapan spontan Bas di rumah Lily tadi. Ia hanya tahu nama partner yang ditemui Satya hari ini adalah Sonia White dan Brandon Smith. Tak tahu apakah Sonia itu masih muda dan bermata biru seperti dugaan Bas karena memang statusnya baru mulai penjajakan kerjasama. Selama ini Ritha merasa nyaman sebab banyak tahu siapa partner kerja Satya. Ia tak selalu ikut tiap pertemuan dengan parner, tapi email undangan hampir tiap partner perusahaan selalu dicc ke emailnya.
“Kok tumben kamu nanya-nanya detail fisik partner sampai soal mata? Nggak penting banget sih."
“Soalnya kata mas Bas, mas Satya lagi nyari gadis yang matanya biru buat dijadikan istri kedua.”
Lagi-lagi Satya terbahak-bahak. Membayangkan istrinya cemburu membuatnya hatinya bersuka cita. Pasti tampangnya jadi sangat menggemaskan. Aduh, tak sabar ingin ketemu dan melihat semburat merah di pipinya serta kilatan api biru di mata yang terbakar api cemburu. Semakin terlihat cantik. Satya tak kuasa menahan hasrat yang menggebu saat melihat kilatan api biru di mata istrinya. Begitu indah. Begitu istimewa. Begitu menggairahkan. Hubungan suami istri semakin mesra kalau sedang dilanda cemburu.
“Nggak usah kamu dengar omongan mas Bas. Dari dulu kan kamu tahu sendiri sejarah omongannya nggak pernah enak didengar, seenaknya, dan belum tentu benar.”
“Tidak ada asap kalau tidak ada api, Mas.” Ritha seperti mengancam dengan melontarkan peribahasa yang artinya menusuk
dalam. Dia belum puas bila belum ada pembenaran atau penyangkalan dari suaminya. Meski dikenal biang kerok, tapi pasti ada sebab yang membuat Bas bisa bicara begitu.
Satya diam mengernyitkan keningnya. Satu tangannya mengepal. Repot ini urusannya. Otak Bas memang rusak. Mulutnya tidak pernah bisa dijaga untuk hanya berkata baik dan manis saja. Jadi nyesal. Bas memang tak pernah menggoda istrinya tapi mulutnya selalu bikin kacau. Seharusnya tadi pagi ia tak perlu mengijinkan Bas mengantar istrinya. Dia bisa test drive helikopter baru kapan saja dan nggak harus dengan mengantar istrinya juga. Biang kerok itu nggak bisa berhenti membuat ulah. Kalau tahu begini, lebih baik tadi minta George saja yang menjadi pilot heli untuk istrinya.
“Nanti malam kita bicarakan lagi masalah ini ya, Mas. Hati-hati di jalan. Usahakan jangan terlambat. Mas harus menunjukan kepedulian pada Biru dan Faiz. Bantu aku! Aku nggak bisa nyelesaikan masalah anak-anak ABG itu sendirian.”
Ritha menutup sambungan teleponnya dengan salam tanpa merasa perlu mendengar jawaban suaminya. Nanti dibicarakan lagi face to face apa saja masalah yang mengganggunya. Bicara lewat sambungan telepon kadang malah membuat sesuatu makin runyam. Beberapa masalah harus dibahas dengan bahasa tubuh yang disaksikan dengan mata kepala langsung. Itu sebabnya Ritha tak terlalu yakin konsep metaverse yang menampilkan segala aktivitas virtual akan lebih membahagiakan umat manusia. Semodern apapun ciptaan manusia tak akan sesempurna ciptaan Tuhan. Manusia sekarang lebih banyak menyembunyikan identitas diri dengan menjadi orang lain di dunia maya.
Setelah memastikan suaminya pulang, Ritha berkutat di dapur dengan semangat. Berbagai bahan masakan, bumbu dan perabot tah lengkap. Mbak Imah masak 5 menu masakan kesukaan Satya, juga Faiz dan Faiza. Ada beef teriyaki, chap jae, ayam bakar, dan siomay furai. Juga sayur favorit mereka tumis tauge baby cumi. Hmm lezat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
cengar cengir
jadi laper ne
2022-01-19
1
Ummi Fatihah
menunya bikin orang pengen....apalagi somaynya...😋😄
2022-01-12
1
Erna Wati
enak banget menunya itu...
mantap...
2022-01-12
1