HAPPY READING GUYS🍁
Jangan lupa tinggalkan jejak dibawah ini ya, suport terus ceritanya.
↪↪↪
Elena melajukan mobilnya dengan pelan, ia harus menjalankan mobilnya dengan hati-hati agar mobil ini tidak lecet karna Elena sedikit takut dengan ancaman pria disampingnya.
"Ck! kau ini lambat sekali." ucap Bryan menatap wanita disampingnya dengan kesal.
Elena mungkin mulai sekarang harus belajar sabar dan menyimpan kesabaran ekstra dihatinya untuk menghadapi pria ini.
"Maaf Dok," setelah mengucapkan itu Elena langsung meng-gas mobilnya agar kendaraan ini melaju cepat.
Karna hatinya sedang kesal dengan pria ini Elena pun mengecangkan laju mobilnya, ia melampiaskan kekesalannya dengan meng-gas mobil ini.
Bryan yang merasakan mobilnya ngebut membuat ia sedikit terkagum karna wanita disampingnya ini terlihat santai melajukan mobilnya. "Ck, cepat sekali kau ini! awas saja jika mobil-ku sampai lecet."
Mendengar itu membuat Elena memelan-kan laju mobilnya, didalam hatinya ia mengumpat. Pria ini sebenarnya mau apa? dikencangkan salah dilambatkan salah, jadi maunya apa?
Elena sedikit melirik pria disampingnya yang hanya diam dengan tatapan yang sudah dia alihkan kearah jalanan dihadapannya.
Kondisi mobil ini sunyi, tidak ada pembicaraan diantara keduanya karna mereka nampak sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Elena mengendarai mobil ini menuju kearah rumahnya untungnya juga jalan didepan rumahnya cukup lega jadi mobil milik pria bisa diparkirkan didepan rumahnya.
Beberapa menit perjalanan akhirnya Elena menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah sederhana. Bryan menatap rumah dihadapannya dengan pandangan sedikit berbeda.
Elena melepaskan pengamannya dan mematikan mesin mobilnya. Jangan heran dia bisa mengendarai mobil karna memang dulu Elena pernah bekerja menjadi supir pribadi seseorang.
"Ini rumah-mu?" tanya Bryan dengan menatap wanita disampingnya.
Mendengar itu membuat Elena mengangguk. "Iya," setelah mengatakan itu Elena membuka pintu mobilnya dan keluar untuk masuk kedalam rumah yang berada dihadapannya.
Bryan yang melihat itu pun ikut turun dari mobil dan berjalan mengikuti Elena yang melangkah menuju pintu rumah ini.
Sebelum Elena masuk ia terlebih dahulu berbalik menatap Bryan yang sudah berdiri dibelakangnya. "Maaf rumahnya memang seperti ini." Elena tau pasti Dokter itu tidak suka dengan kondisi rumah seperti ini yang terlihat kumuh dan kecil. "Jika tidak ingin masuk silakan Dokter tunggu saja disini."
"Siapa bilang aku tidak ingin masuk?" Bryan menaikkan sebelah alisnya, ya walaupun rumah ini memang jauh dari ekspetasinya tapi sepertinya rumah ini cukup nyaman untuk ditinggali.
Setelah mengatakan itu Bryan pun melanjutkan langkahnya masuk terlebih dahulu kedalam rumah dihadapannya sebelum sang pemilik menyuruhnya masuk.
Elena memajukan bibirnya kesal, pria ini sepertinya tidak tau sopan santun. Padahal dirinya belum menyuruhnya masuk tapi pria yang berfrofesi sebagai Dokter itu sudah masuk duluan meninggalkan dirinya yang masih mematung didepan pintu.
Bryan masuk kedalam rumah Elena. Terlihat jelas jika rumah ini sedikit tak ter-urus dan sempit namun seenggaknya masih bisa dikatakan tempat tinggal yang layak.
"Dokter duduk saja dulu, oh iya Dokter mau minum apa?" tanya Elena dengan sopan yang berada dibelakang pria ini.
Bryan berbalik menatap Elena dengan dingin. "Apa saja."
Mendengar itu membuat Elena mengangguk. Dengan segera ia berjalan masuk kearah dapur untuk mengambilkan pria itu minum.
Bryan menatap sekeliling rumah sederhana ini, ia berjalan memutari ruangan tamu itu dan melihat-lihat beberapa benda yang berada disini.
"Apa mereka bisa betah tinggal ditempat seperti ini?" gumam Bryan. Ya memang Bryan sedari kecil tinggal ditempat mewah dan kebutuhannya serba tersedia lain dengan apa yang dialami Elena.
Bryan berjalan mendekati dinding, disana terlihat beberapa figura yang digantung di tembok tersebut. Ia dengan segera menatap intens foto itu.
"Pasti ini dia." gumam kecil Bryan dengan senyum miring diwajahnya, ia melihat foto anak kecil yang tersenyum manis memperlihatkan gigi ompongnya dengan berpose didepan kamera, dirinya yakin pasti foto itu adalah Elena saat kecil karna terlihat begitu mirip.
Difoto selanjutnya ia melihat pria yang berada dirumah sakit dengan anak perempuan yang terlihat berbeda dengan foto yang tadi.
"Siapa dia?" ucap Bryan dengan menatap foto itu. Terlihat anak kecil perempuan yang sedikit manis dan cantik sedang memeluk leher pasiennya dari belakang.
"Itu Kak Putri, Kakak-ku." sahut Elena yang tiba-tiba datang keluar dari arah dapur.
Mendengar itu Bryan hanya ber-oh saja, ia lantas mengalihkan pandangannya pada Elena yang sedang berjalan dengan kedua tangan yang memegang nampan berisikan gelas.
Elena melangkah menuju meja yang berada ditengah tempat duduk ruangan ini dan meletakannya. Setelah menaruh itu Elena menatap pria yang berdiri tak jauh darinya. "Diminum dulu Dok maaf cuma air putih." ucap Elena tak enak.
Ya, setelah dirinya mengecek dapur ternyata teh ataupun kopi sudah habis jadi ia hanya memberikan Dokter itu segelas air putih saja. Lagian juga air-putih sehat bukan?
Bryan berjalan mendekati gadis itu dan menatap segelas air yang sudah berada dimeja hadapannya. "Jika hanya air putih kenapa kau menawarkan-ku akan meminum apa?" pelan Bryan membuat Elena salah tingkah.
"Ma-maf." pelan Elena dengan tak enak, bagaimana pun Bryan adalah tamu jadi sudah seharusnya ia melayaninya dengan baik walau pria itu adalah tamu yang tidak ia inginkan.
Bryan nampak menghela nafasnya pelan. "Tidak apa-apa. Cepat bereskan pakaian mu sekarang."
Dengan segera Elena mengangguk, ia pun segera berjalan menuju kamarnya untuk membereskan pakaiannya. Apa dirinya sudah seperti wanita murahan sekarang? tapi semua ini demi Bapaknya, ia harus berkorban demi sang Bapak.
"Kamar-mu berantakan sekali."
Mendengar suara dari arah belakangnya membuat dirinya terkejut, pria ini memang tidak diajarkan sopan santun kali ya? masuk seenaknya kedalam kamar orang lain apalagi kamar ini adalah kamar perempuan.
"Dokter bisa tidak jangan sembarangan asal masuk kamar orang?" ucap Elena dengan sedikit kesal, coba saja didepannya ini bukan orang yang menyelamatkan Bapaknya pasti pria dihadapannya sudah habis dengan cincangan tangan lentik miliknya.
Bryan berjalan masuk lebih dalam kedalam kamar milik Elena. "Ckckck! kau ini perempuan tapi tidak ada bersih-bersihnya sama sekali." Bryan menggelengkan kepalanya tak percaya melihat kamar milik wanita yang berada tak jauh darinya.
"Aku belum sempat membersihkannya Dok." pelan Elena, ia sibuk merawat Bapaknya dan bekerja. Dirinya pun kadang tidak tidur karna mengambil kerja lembur ataupun kerja sampingan.
Elena melanjutkan pekerjaannya merapihkan pakaiannya untuk dimasukan kedalam tas miliknya. Bryan hanya acuh dan lebih memilih berjalan menuju balkon yang menunjukkan pemandangan belakang rumah yang ia masuki ini.
Sampai diujung balkon Bryan langsung memejamkan matanya dan menghirup dalam-dalam udara segar yang berada disini.
"Selesai juga huh! aku pasti akan merindukan kamar ini." gumam pelan Elena menatap sekeliling kamar yang sudah ia tinggali sejak dirinya masih kecil.
Ketika asik menatap sekeliling kamarnya tiba-tiba saja matanya menangkap sesosok pria tinggi yang berdiri dibalkon kamarnya, dengan cepat ia menghampiri pria itu dan berdiri disampingnya.
Elena menatap Bryan yang sedang memejamkan matanya dari arah samping, tak terasa senyum dibibirnya terbit melihat wajah polos pria itu.
Pria dingin ini ternyata tampan juga, andai saja dia memiliki hati yang baik mungkin saja aku bisa dengan mudah mencintainya.
↔↔↔
Bantu share cerita ini juga ya?
Jangan lupa dukungannya😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
thour cerita nya bagus banget, ngk neko2. sukses y thour
2023-04-17
1
Yani
Baru sadar ya Rlena kalau dr Bryan tampan 🤣🤣
2023-01-16
0
Sri Widjiastuti
sdh baik lah, dibantu menyelesaikan masalah, drpd elena jual diru
2022-12-30
0