Elena kembali lagi bekerja karna retaurant sudah mulai ramai kembali.
"Itu suara handpone siapa?" Tiba-tiba dari arah belakang tempat Elena dan temannya berdiri untuk menunggu pesanan itu didatangi oleh Surti, pengawas sekaligus orang yang bertanggung jawab masalah pelayanan.
Drtt..drtt..
Suara handpone itu lumayan berdering nyaring disana. Elena yang menyadari bahwa nada dering suara itu seperti milik hanpone-nya langsung menjawab.
"Itu su..ara handpone saya mbak." jawab Elena dengan menunduk.
Sebenarnya ketika sudah sampai di restaurant ini para pegawai diwajibkan untuk mematikan ponselnya agar tidak menganggu saat bekerja.
"Kenapa ga dimatiin sih? udah sana matiin dulu ponsel kamu itu, berisik tau." titah atasannya itu.
Memang Elena sengaja tidak mematikan ponselnya karna ia takut jika bapaknya menelpon karna butuh sesuatu atau ada hal penting lainnya, jadi Elena masih mengaktivkan ponselnya tersebut.
Segera ia pun pergi menuju ke-tas yang diletakkan tak jauh darinya. Siapa yang menelpon di jam segini? semoga saja tidak terjadi sesuatu.
Saat di depan milih tas-nya Elena pun langsung mencari benda yang bergetar di-tas miliknya, saat sudah bertemu ia pun melihat nama yang tertera di-layar tersebut.
Bapak is calling...
Mendapat nama bapaknya yang tertera disana Elena pun segera mengangkatnya.
"Halo pak? bapak gapapa kan dirumah?" tanya langsung Elena.
"Ini mbak Merlin, bapak kamu Na-"
Merlin atau yang kerap dipanggil mbak Merlin oleh Elena itu adalah tetangga disamping rumahnya.
Wajah Elena langsung berubah ketika mendengar nama bapaknya. "Bapak kenapa mbak?" tanya khawatir Elena.
"Bapak kamu pingsan didepan rumah Na, tadi aku ga sengaja lewat makannya ini aku nelpon kamu mau kasih tau." ucap seseorang dari ujung telpon sana.
Kekhawatiran mulai terasa dibenak Elena, ia tidak mau bapaknya sampai kenapa-napa. "Mbak sama bapak sekarang dimana?!"
"Mbak sama bapak kamu masih dirumah Na, kamu bisa kan pulang kan sekarang?"
"Aku titip bapak ya mbak, aku pulang sekarang."
Bip.
Setelah memutuskan sambungan tersebut Elena pun langsung membereskan tasnya tapi sebelum itu, ia mendengar suara dari arah belakangnya.
"Enak ya telponan di-jam kerja." ucap seseorang dari belakang Elena.
Mendengar itu Elena langsung membalikkan tubuhnya menatap siapa yang berbicara tadi.
"Saya nyuruh kamu matiin bukan diangkat!"
Elena menunduk mendengar bentakan itu, apa ia akan diizinkan pulang oleh atasannya ini sekarang?
"Maaf mbak tadi telp-" sebelum Elena menyelesaikan ucapannya, wanita yang bernama Surti itu menyela-nya terlebih dahulu.
"Saya ga butuh alasan kamu, udah sana balik lagi bekerja." titah Surti yang membuat Elena mengangkat wajahnya melihat wanita berusia lanjut didepanya.
"Maaf mbak, apa saya boleh izin pulang?" Elena berharap semoga saja orang didepannya mengizinkannya.
Surti menatap tajam Elena. "Pulang? enak banget mau pulang!" sentak kembali pegawas para pelayan itu.
Elena mencoba menahan air matanya, ia bukan menangis karna dimarahi tapi ia menangis karna kepikiran bapaknya itu, ia tidak mau terjadi sesuatu oleh dengan bapaknya.
"Mbak saya mohon, bapak saya pingsan dirumah, s..aya harus pulang sekarang." ucap memohon Elena agar ia diizinkan pulang sekarang.
"Gak! saya tau itu cuma alasan kamu aja biar kamu bisa pulang iya kan! udah sana kerja lagi."
Elena menggelengkan kepalanya. "Bapak saya pingsan mbak, saya harus pulang." Elena masih mencoba menahan air matanya, wajahnya pasti sudah memerah sekarang.
Wanita usia lanjut itu menatapnya garang, dia menekkukan kedua tangan di pinggangnya. "Kamu ngelawan saya hah?! mau saya pecat?"
Para pegawai yang berada diruang ini menatapnya seketika ketika mendengar suara lantang dari Surti, mereka semua menatap iba kearah Elena tapi mereka tidak bisa membantunya karna bisa-bisa mereka pun bisa kena amuk Surti.
"Tapi mbak, saya harus tetap pulang sekarang." ucapnya Elena dengan tangan yang merapihkan tasnya.
Setelah selesai merapihkan Elena menatap Surti yang juga masih menatapnya tapi ia mengabaikan atasanya itu dan berjalan melewatinya untuk keluar dari pintu ruangan restaurant ini.
"Berani keluar, kamu akan saya pecat!"
Elena yang baru saja sampai pintu ruangan itu langsung berbalik kembali menatap Surti. "Baik, kalo itu mau mbak saya berhenti kerja hari ini juga karna bapak saya lebih penting dari ini semua."
↔↔↔
Lanjut?
Jangan lupa like, vote dan komen dibawah ini.
Dukung terus ya😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
ngk punya hati Surti, luat2 dulu donk, ini masalah nya nyawa, apa lg org tua, semoga besik2 org tuanya kalau kenapa2 ada yg mau tolong in plng aja Elena ngk usah di tanggapin, itu bos sengke
2023-04-17
0
Nabilla
saya suka tindakan alena
2023-04-14
0
Yani
Kejam amat di telpon bpaknya pisangan masa di bilang alasan atasan ga punya hati nurani
2023-01-16
0