Hayo siapa nih yang nunggu cerita ini up? hhe, mohon dukungannya jangan lupa ya!
HAPPY READING GUYS❤
↪↪↪
Setelah memberikan makanan Elena dan Bryan pun segera kembali kedalam mobil untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju rumah Bryan.
Mereka memutuskan untuk diam tidak bersuara didalam mobil sampai beberapa menit kemudian mobil Bryan masuk kedalam sebuah rumah yang cukup besar.
Bip.
Bryan menghentikan mobilnya setelah diparkirkan dihalaman rumah ini.
Mata Elena terkagum-kagum menatap rumah mewah dihadapannya, ia tak menyangka bisa melihat rumah mewah sedekat ini.
Bryan mengalihkan pandangannya pada wanita disampingnya yang sedari tadi diam tak bersuara, sepertinya Elena terpukau dengan rumah milik keluarganya.
"Ekhem." Bryan berdekhem untuk menyadarkan Elena namun sayangnya wanita itu tetap tidak bergeming.
"Ekhem." kedua kalinya Bryan berdekhem tapi Elena masih diam dengan pandangan terarah pada rumah dihadapannya mereka ini.
"Ehkem!"
"Eh." Elena terkejut bukan main mendengar suara itu, suaranya terdengar nyaring ditelinganya.
"Ck! kau ini kenapa diam saja?" kesal Bryan.
Elena menatap Bryan dengan menunduk. "Ma-af." pelannya.
Terdengar helaan nafas dari pria dihadapannya ini. "Turun, kita sudah sampai," setelah mengatakan itu Bryan melepaskan pengaman tubuhnya lalu membuka pintu mobilnya untuk turun.
Elena yang melihat itu ikut membuka pengaman mobilnya dan turun mengikuti Bryan.
Bryan berjalan masuk kedalam rumah besar dihadapannya namun Elena masih diam disamping mobil pria itu. Elena binggung akan ikut masuk atau tidak. Tubuhnya bergetar takut sekarang, ia takut jika keluarga Bryan tidak menerima kehadirannya karna Elena bukanlah gadis yang setara dengan mereka.
Bryan yang baru menginjakkan kakinya didepan pintu langsung berbalik ketika merasa jika tidak ada orang disampingnya. Ia berbalik untuk melihat wanitanya.
Ketika sudah berbalik Bryan menghela nafasnya kasar, ia menatap Elena yang berdiri jauh dari dirinya. Wanita itu masih diam disamping mobilnya, entah apa yang akan diperbuat wanita itu.
Karna melihat tatapan binggung dari wanita disana, Bryan pun segera melangkah kembali menuju tempat dimana Elena berdiri.
Sampai dihadapan Elena, Bryan pun menatap tajam wanita itu. "Kau mengapa masih disini?!"
Elena menunduk, ia memang selalu begitu jika Dokter ini menatapnya tajam karna ketika tatapan itu bertatapan dengan matanya jantung miliknya serasa akan copot jadi Elena memilih menunduk untuk menghindari tatapan tajam pria ini.
"Ak-aku takut Dok." pelannya yang masih bisa didengar Bryan.
"Takut? tidak ada yang perlu kau takut-kan disini! Keluarga ku tidak akan mungkin menggigitmu." ujar Bryan.
Elena meneggukkan salivanya kasar. "Bukan itu Dok."
"Lalu apa?"
"Anu-" Elena masih menunduk dengan wajah binggungnya, ia harus menjelaskan bagaimana pada Dokter ini? apa dirinya harus bilang jika dirinya tidak pantas berada disini? apa dirinya harus bilang jika dirinya tidak pantas menikah dengan Dokter pemilik rumah sakit ini?
"Anu apa?!" lama-lama Bryan akan kehabisan kesabarannya jika Elena tetap seperti ini. Selalu saja membuatnya kesal.
"Anu-" mendadak Elena gugup, apa ia membatalkan saja untuk meng-iyakan ajakan nikah pria ini? Elena menjadi labil sekarang.
"Huh! kelamaan sekali kau ini!" Bryan segera menarik lengan Elena untuk mengikutinya.
Elena yang merasakan itu langsung terkejut namun ia pasrah. Ia pun mengikuti setiap langkah pria dihadapannya karna tangannya ditarik pelan oleh pria ini.
Ketika sudah memasuki rumah megah ini mata Elena langsung teralihkan menatap setiap ukiran dan pernak-pernik dirumah ini. Bibirnya sedikit mengulas senyum mendapati ukiran rumah yang membuatnya terkagum-kagum.
Besar sekali
Elena tak habis-habis memuji rumah ini, mungkin Elena akan betah jika tinggal disini.
Tiba-tiba pria dihadapannya berhenti membuat dirinya pun ikut menghentikan langkahnya. Mata Elena menatap sesosok pria tampan yang berdiri dihadapan keduanya.
"Wih Kakak bawa siapa tuh? liat dong." ucap seseorang itu.
Mendengar itu Elena langsung bersembunyi dibalik tubuh tegap Bryan, ia masih sedikit takut.
Bryan yang merasakan Elena bersembunyi dibelakangnya langsung menatap tajam pria dihadapannya.
"Bukan urusan mu!" tegas Bryan membuat Elena dibelakangnya sedikit bergeming.
Pria dihadapan Bryan itu sedikit terkekeh memperlihatkan lesung pipinya. "Ayolah Kak, kenalin sama Aiden dong."
Ya, dia adalah Aiden Atmaja. Adik kandung dari Bryan sekaligus pewaris kedua dikeluarga Atmaja.
"Eh ada apa ini," tiba-tiba dari arah hadapan Elena datang kembali sesosok wanita berusia lanjut namun masih terlihat cantik dimata Elena.
Elena makin merapatkan tubuhnya dipunggung Bryan, ia tidak tau siapa lagi itu.
"Kakak bawa perempuan kerumah ini Mah, masa Aiden gak boleh kenalan." ucap Aiden dengan mengkerutkan wajahnya.
Wanita berusia itu menatap Bryan dan juga wanita yang tak terlalu jelas dibelakang pria itu karna tubuhnya tertutupi oleh punggung Bryan.
"Kamu bawa siapa Yan?" sahut wanita itu.
"Tuh Kak, Kakak bawa siapa? atau jangan-jangan?" Aiden tersenyum manis menatap sang Kakak dengan menaikkan kedua alisnya pertanda menggoda.
Bryan masih diam, ia binggung akan menjelaskan darimana-nya. Tiba-tiba ia merasakan tangannya digenggam erat oleh wanita dibelakangnya, ia merasakan tangan yang menggenggamnya mulai terasa dingin.
"Dia calon istri Bryan." tegas Bryan yang langsung ditatap melotot oleh kedua orang dihadapannya, nampak jika mereka terkejut dengan tuturan darinya.
__
Sekarang mereka berada diruang tamu, ketika Bryan mengatakan soal tadi, wanita berusia itu menyuruh Bryan dan calon istrinya 'katanya' untuk duduk disofa ruangan tersebut.
Wanita berusia itu nampak menatap serius Bryan. "Kamu beneran Yan? itu calon istri kamu?" tanyanya.
Elena hanya diam dengan duduk disamping Bryan, ia tidak tau harus berbicara atau berbuat apa jadi dirinya hanya diam dengan pandangan takut.
Bryan sekilas menatap Elena lalu kembali menatap wanita berusia itu. "Iya Mah."
Wanita berusia itu adalah Mamah dari Bryan, yang tak lain Nyonya dari rumah ini.
Meldi menatap wanita yang sedari tadi diam disamping anaknya. "Kamu beneran calon istri dari Bryan?"
Elena mendongakkan kepalanya menatap wanita berusia itu lalu mengalihkan pandangannya pada Bryan yang juga menatapnya dengan pandangan tajam seperti meng-isyaratkan sesuatu.
Mendapatkan tatapan tajam dari pria itu dengan segera Elena mengangguk menatap wanita berusia itu. "Iya Nyonya."
"Nama kamu siapa?" tanya Meldi.
"Elena Alyandra." gugup Elena. Ia takut tidak diterima disini. Apa dia batalkan saja perjanjiannya dengan dokter ini?
Meldi mengangguk singkat mendengar itu, ia masih menatap Elena dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kamu beneran mau sama Bryan? gak karna dipaksa pria itu-kan?"
Elena membulatkan matanya lalu menatap Bryan kembali.
Bryan menatap tajam Elena dengan mengangguk pelan agar wanita disampingnya ini meng-iyakan saja.
"Elena?" tanya sekali lagi Meldi untuk memastikan gadis itu.
"Eh Iyah." Elena kembali menatap Meldi dengan tersenyum manis namun didalam hatinya ia hanya terpaksa tersenyum.
Maafkan aku tuhan, aku jadi berbohong pada Ibu ini tapi itu karna terpaksa jadi dosanya tolong dilimpahkan saja pada Dokter disampingku ini karna dia yang menyuruhku berbohong
Elena merasa berdosa karna telah berbohong, ia memang terpaksa menikah dengan Bryan tapi dirinya tidak memiliki pilihan lain.
"Tangannya dilepas kali, digenggam mulu tuh tangan. Gak kesemutan emangnya?" sahut cowok yang duduk disamping Meldi.
Mendengar fakta itu membuat Elena menatap tangannya, ia lupa jika dirinya masih bergenggaman dengan pria disamping ini, dengan cepat Elena melepaskan tangannya dan lebih memilih merapalkan kedua tangannya.
Bryan hanya diam, entah kenapa ketika Elena melepaskan genggamannya dirinya merasakan ada yang sedikit berbeda.
Aiden dan Meldi hanya terkekeh pelan menatap kedua orang dihadapannya.
"Kamu beneran mau nikah sama Bryan?" ucap sekali lagi Meldi. Ia hanya tidak ingin anak pertamanya malah memaksa gadis itu untuk mau dinikahinya.
"Iya Nyonya, saya mau menikah dengan Dokter Bryan." ucap Elena tersenyum tipis.
Senyum mengembang tercetak diwajah Meldi. "Akhirnya ada juga yang mau menikah sama kamu Yan, Mamah kira kamu gak suka sama perempuan. Mamah udah was-was, takut kalo kamu suka sama sejenis."
Bryan membulatkan matanya, ia terkejut mendengar ucapan sang Mamah. Apa Mamahnya ini berpikiran jika dirinya seorang gay? Walau Bryan cuek tapi ia masih normal, ia masih menyukai seorang perempuan.
↔↔↔
Terimkasih sudah membaca❤
Tetap stay menunggu cerita ini okey?
Autor akan usahakan untuk up agar certa ini tidak menggantung🌈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
semoga kel Brayn baik y Thour, ada rasa dekdekan juga bacanya 🤫🤫🤫
2023-04-17
1
Yani
Aduh mmh tega banget sama anak" di kira punya kelainnan 😁😁🤭
2023-01-17
0
Siti Nur Dianti
🤣🤣🤣🤣
2022-10-16
0