HAPPY READING GUYS❤
Elena dan Putri pun sampai di rumah sakit. Setelah bujukan demi bujukan yang di lontarkan Elena tadi mereka langsung berangkat menuju rumah sakit dengan menumpangi mobil milik Putri. Posisi rumah sakit yang tidak terlalu jauh membuat keduanya lebih cepat sampai di tempat tersebut.
Mereka berdua masuk kedalam rumah sakit dan berjalan menuju ruangan tempat donor darah. Putri berjalan didepan sedangkan Elena berjalan dibelakang.
Senyum Elena terbit dikala Putri ingin mendonorkan darahnya pada Dimas, walau terlihat terpaksa namun Putri nampaknya masih peduli dengan kesembuhan sang Bapak. Terlihat dari wajah wanita itu saat memasuki rumah sakit. Wajahnya nampak kusut, Elena tidak tau apa arti dibalik wajah itu namun Elena yakin pasti berhubungan dengan sang Bapak.
"Setelah donor darah, Kakak mau kan jenguk Bapak?" sahut Elena yang berjalan sejajar dengan Putri.
Putri sekilas melirik Elena namun ia kembali menatap jalanan dihadapannya. "Gak! gue kesini cuma mau donorin darah dan setelah itu udah, gue sibuk jadi gue gak punya waktu ketemu Bapak." ketusnya.
"Bapak kangen sama Kakak, kenapa Kakak gak peduli gini sama Bapak?!" Elena lama-lama kesal dengan sikap Putri yang mengacuhkan Dimas, itu adalah Ayah kandungnya sendiri tapi kenapa Putri tega pada Bapaknya?
Kaki Putri terhenti ketika mendengar ucapan yang dituturkan Elena. Ia berhenti dan menatap Elena yang juga berhenti disampingnya.
"Gak peduli lo bilang? buktinya ini gue dateng kesini repot-repot mau donorin darah gue, terus lo bilang gue gak peduli gitu? lagian juga percuma gue peduli sama Bapak. Bapak aja gak pernah peduli sama gue dulu!" Putri lantas melanjutkan langkahnya kearah hadapannya meninggalkan Elena yang masih terdiam.
Tak lama Elena langsung mengikuti Putri kembali. Ia menunduk tidak mengerti jawaban dari Putri. Padahal Ayahnya dulu sangat peduli pada Kakaknya, sampai-sampai dia disekolahkan hingga lulus S1, kurang peduli apa Bapaknya?
Sampai didepan sebuah ruangan, disana ada bacaan ruang pendonor darah yang artinya itu adalah ruangan tujuan Elena dan Putri.
Salah satu suster keluar dari dalam ruangan itu membuat Elena segera mendekat.
"Sus, Kakak saya mau donorin darah buat pasien atas nama Dimas." ucap Elena dengan tersenyum.
Putri hanya diam cuek dibelakang Elena. Yang terpenting sekarang disini ia hanya mendonorkan darahnya untuk Dimas dan setelah itu selesai.
Suster itu nampak tersenyum ramah. "Baik, pendonor silahkan masuk. Kami akan memeriksa tubuh pendonor terlebih dahulu lalu baru kita segera lakukan tindakan," ucap ber-tag Alma itu dengan berbalik dan masuk kembali kedalam ruangan itu.
Elena menatap Putri dibelakangnya.
"Lo diem aja disini. Biar gue yang masuk," sahut Putri dengan berjalan masuk menuju ruangan dihadapan Elena.
Elena masih diam. Ya, mungkin dirinya lebih baik menunggu disini sambil berdoa agar semuanya berjalan dengan lancar dan sang Ayah bisa segera dioprasi.
Elena duduk dikursi tunggu yang tepat berada disamping pintu yang dimasuki Putri tadi. Ia menunduk dengan merapalkan tangannya. Sekarang Putri adalah orang yang bisa menyelamatkan hidup Dimas, jadi Elena banyak berharap dengan perempuan itu.
"Ekhem."
Saat sedang memejamkan matanya tiba-tiba Elena dikagetkan dengan suara dari arah samping kanannya. Dengan cepat ia menatap asal suara tersebut.
"Sudah ku bilang kau lebih baik istirahat dirumah."
"Bagaimana aku bisa istirahat! sedangkan Bapak masih kritis dirumah sakit," Elena menunduk kembali. Mengingat nama Bapaknya membuat Elena kembali sedih.
Bryan menghela nafasnya pelan. Ya, tadi dirinya mendapatkan kabar dari dokter yang ia suruh menjaga Dimas jika Bapak dari gadis disampingnya ini kembali kritis, dan harus mejalani operasi untuk kedua kalinya. Ia tau penyakit Dimas tidak boleh dianggap sepele karna penyakitnya cukup parah dan bisa merengang nyawa, namun ia juga kasian pada Elena yang terlihat kurang istirahat.
"Kau sedang apa disini?" tanya Bryan dengan pandangan penuh tanya.
Elena mendongakan wajanya. "Dokter udah tau kan aku kesini mau apa? pastinya buat liat keadaan Bapak Dok, saya disini pastinya karna Bapak."
"Ck! maksud ku itu kau sedang apa disini! didepan ruangan pendonor!" kesal Bryan.
Elena terdiam. Ia kira Dokter ini bertanya dirinya sedang apa dirumah sakit ini. "Anu-"
Lagi-lagi Bryan kesal dengan Elena yang ditanya malah menjawa seperti itu. Gadis ini masih grogi apa bagaimana bertemu dengannya?
Tak lama pintu disamping Elena terbuka menampilkan sesosok wanita yang tadi bersamanya.
Elena bangkit dan menatap Putri yang masih memasang wajag cueknya.
"Kak, gimana?" tanya Elena penasaran sekaligus takut. "Golongan darah Kakak cocok kan sama Bapak?" tanyanya.
"Yaiyalah cocok. Gue kan anak kandungnya, gimana sih." ketus Putri.
Ya, pastinya seorang Ayah dan anak kandung memiliki golongan darah yang sama. Elena hanya tersenyum tipis mendengarnya. "Makasih ya Kak, berkat Kakak, Bapak bisa segera di operasi." senangnya.
"Gue heran, lo dapet darimana uang buat bayar operasi Bapak? lo jual tubuh lo?"
Deg!
"Aku gak mungkin ngelakuin itu buat Bapak." jawab Elena. "Mau aku dapet dari mana bukan urusan Kakak, karna Kakak gak bantu biaya rumah sakit Bapak. Jadi Kak Putri gak usah tau." lanjutnya. Elena mengumpulkan keberanian untuk berbicara tadi walau hatinya merasa tak enak.
"Lancang banget lo ngomong gitu!" Tangan Putri mencengkram lengan Elena keras membuat gadis itu sedikit kesakitan. "Oh ya, mungkin ucapan gue bener ya? haha dibayar berapa lo sama om-om hidung belang itu?" ujar Putri dengan terkekeh.
"Le-lepasin Kak," Elena mencoba melepaskan tangan Putri dari lengannya. Cengkraman itu keras membuatnya kesakitan.
"Lepasin dia." sahut seseorang dari arah belakang Elena.
Bryan bangkit dari duduknya dan berdiri disamping Elena. "Jangan belaku tidak sopan disini atau mau saya panggilkan satpam?" Bryan menatap lengan Putri dan menghempaskannya keras dari lengan Elena.
Mata Putri membulat ketika melihat pria tampan disamping adiknya. Ia kenal dengan pria itu. "Dokter Br-bryan?"
Putri tak menyangka dirinya bisa bertemu dengan sosok Bryan disini. Siapa yang tak senang bertemu dengan pria tampan sekaligus pewaris harta keluarga Atmaja? Putri segera merapihkan rambutnya dan bajunya agar terlihat cantik.
Putri tersenyum manis menatap Bryan dengan pandangan seperti perempuan-perempuan lainnya. "Kita belum kenalan ya?" Ia segera mengangkat tangannya untuk memberi jabatan sebagai tanda perkenalannya. "Aku, Putri mutiara. Dokter bisa panggil aku Putri." ucapnya tersenyum manis.
Bryan menatap tak minat jabatan tangan dihadapannya. Ia masih memasang wajah dinginnya.
Tak menerima balasan membuat Putri menurunkan tangannya dengan senyum masam. "Ternyata Dokter Bryan lebih tampan dari foto-foto yang muncul di berita. Aku gak nyangka bisa ketemu Dokter disini."
Elena hanya diam melihat kedua orang ini. Wajah Putri sangat berbeda dari yang tadi, saat bersamanya Putri memunculkan wajah malasnya sedangkan ketika bertemu dengan Bryan, wanita itu malah tersenyum manis sembringah.
Tiba-tiba dari arah pintu disamping Putri terbuka lebar menampilkan Suster yang tadi. Suster itu tersenyum menatap ketiga orang ini.
"Maaf, darah untuk pasien atas nama Dimas sudah siap jadi kita akan melakukan operasi secepatnya pada pasien." sahut suster itu dengan ramah.
Elena menatap Suster itu dengan tersenyum. Semoga saja operasi kedua ini berjalan lancar dan Bapaknya bisa sembuh kembali.
"Yasudah, kamu tolong siapkan peralatan operasi. Saya akan ikut ambil alih, panggilkan juga Dokter terbaik disini." dingin Bryan.
Putri terdiam mendengar itu. Uang dari mana Elena dapat mengoprasi Dimas? apalagi Bryan ikut ambil alih dioperasi Bapaknya.
"Baik Dok, kalo begitu saya permisi. Mari," suster itu menunduk dan berjalan menjauhi ketiga orang tadi untuk menjalankan perintah yang tadi diberikan.
Bryan mengalihkan pandangannya pada Elena disampingnya. Ia mengenggam erat tangan gadis itu membuat Elena sedikit tersentak kaget. "Ikut aku."
Elena membulatkan matanya lalu berjalan mengikuti Bryan dari belakang. Pria itu menarik tangannya erat jadi Elena terpaksa mengikuti langkah pria itu.
Putri masih terdiam ditempatnya. Ucapannya tadi tidak direspon oleh Bryan membuatnya kesal. Ia menatap kedua orang itu dengan mata penuh tanya. Mengapa Elena bisa bertemu dengan Bryan? mereka juga terlihat dekat satu sama lain membuatnya sedikit cemburu.
Banyak yang ingin berdekatan dengan Bryan namun pria itu hanya acuh dan dingin. Tapi sekarang ia malah melihat tatapan acuh dan dingin itu hilang ketika melihat Adiknya-Elena. Pasti ada maksud dari ini semua.
Dan Putri harus mencari tau semua itu.
↔↔↔
Terimasih kasih sudah membaca❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
thour jgn SMP putri jadi pelakordi antara Elena dan Brayn
2023-04-17
0
Yani
Dih putri kepedean banget 😁😁😁
2023-01-17
0
cindy k hinata
hanya share info tentang donor darah dan golongan darah
1. donor darah tidak bisa dilakukan di Rumah Sakit seperti di cerita ini kecuali rumah sakit tersebut sudah punya UTD RS, dan darah yang sudah didonorkan tidak bisa langsung dipakai karena ada tahapan pemeriksaan dan pengolahan darah dan itu 24 jam
2. Tidak semua anak yang mempunyai golongan darah beda dengan orang tuanya bukan anak kandung, golongan darah anak tidak bisa dilihat hanya dari salah satu orang tua ayah atau ibu tapi harus dari keduanya karena golongan darah anak hasil perkawinan dari golongan darah ayah dan ibu
memang ini hanya novel tapi alangkah lebih baik jika informasi yang diberikan sesuai sehingga tidak membuat orang yang belum mengerti jadi salah informasi. tapi aku suka dengan jalan cerita novel ini, semoga bisa menambah wawasan para pembaca.
2021-04-21
2