Jangan lupa Like dan votenya ya!
Jangan lupa juga dukungan & suport untuk author yang masih amatir ini!
Sudah kan?
Langsung yuk baca.
HAPPY READING GUYS🍁
__
Elena hanya tersenyum tipis mendengar itu, sepertinya Mamah dari Dokter ini cukup royal dan baik karna terlihat dari murah senyumnya.
Meldi terkekeh melihat wajah kesal dari anak pertamanya ini, tapi ia bersyukur akhirnya anaknya mau menikah dan sebentar lagi pastinya keluarga ini akan kedapatan anggota keluarga baru.
"Wah calon kakak ipar ternyata hebat juga ya naklukin hati kak Bryan." Aiden tersenyum menatap Elena.
Mendengar kata 'calon kakak ipar' membuat Elena tersanjung, ia pikir keluarga ini tidak akan menerimanya sebagai menantu tapi pikirannya salah, ia ternyata diterima baik disini.
"Kalo Papah tau pasti Papah juga ikut seneng. Duh Aiden jadi gak sabar denger suara bayi dirumah ini nanti" lanjut Aiden dengan menunjukan deretan gigi putihnya.
"Hush! kamu ini Den, tapi Mamah juga gak sabar sih punya cucu hehe." kekeh Meldi.
Elena binggung mendengar maksud dari ucapan kedua orang dihadapannya. Bayi? cucu? maksudnya apa?
Lain dengan Bryan yang hanya diam dengan pandangan dinginnya. Apa perempuan disampingnya ini mau melahirkan anaknya nanti? tapi diam-diam Bryan tersenyum miring, ia sepertinya mempunyai banyak rencana untuk Elena.
Meldi mengalihkan tatapannya dari Aiden ke Elena yang sebentar lagi akan menjadi menantunya. "Oh ya, kamu tinggal dimana?" tanyanya.
"Saya tinggal di-" sebelum Elena berbicara tiba-tiba saja ada suara yang memotong ucapannya.
"Mulai sekarang Elena akan tinggal disini." ucap Bryan dengan menatap sekilas wanita disampingnya lalu menatap Meldi.
Wajah terkejut muncul di benak Ibu 3 orang anak itu tapi tak lama wajah terkejutnya itu berubah menjadi senyuman. "Bagus deh kalo Elena mau tinggal disini." ucap Meldi menatap Elena kembali.
"Calon kakak ipar mau tinggal disini? tapi kok gak bawa tas."
Mendengar itu Elena menatap samping kiri dan samping kanannya, seketika ingatannya muncul jika tasnya masih berada di mobil milik Bryan. Pandangan Elena beralih pada Bryan untuk mengodekan sesuatu tapi sepertinya Bryan tidak peka dengan tatapannya.
"Anu- tasnya masih dimobil, Ka-kalo begitu saya ambil dulu," Elena segera bangkit dari duduknya untuk mengambil tasnya yang masih berada diluar.
"Eh gak usah, biar Bryan aja yang ambil, kamu lebih baik duduk aja." sahut Meldi. Wanita itu segera menatap Bryan dengan pandangan tajam.
Bryan yang ditatap oleh sang Ibu pun lantas melirik Elena dengan dingin. "Biar dia sendiri saja yang mengambilnya." ucapnya.
Meldi makin menajamkan matanya pada Bryan, anak pertamanya ini sama sekali tidak bisa menyenangkan hati seorang wanita. Masa calon istrinya yang harus membawakan tasnya? seharusnya Bryan lah yang membawakannya karna dia laki-laki.
Elena menatap Bryan masih dengan posisi berdiri, pria itu hanya acuh dengan ucapan wanita didepannya. "Tidak apa-apa Nyonya, biar saya saja yang mengambil tasnya." ucap Elena mengalihkan pandangannya pada Meldi.
"Biar Bryan aja yang ngambil." Meldi kembali menatap Bryan tajam. "Ya kan Bryan? kamu mau kan ambilin pakaiannya?"
Bryan diam namun tak lama ia pun bangkit dari duduknya. "Yasudah biar aku ambilkan," ujar Bryan dengan menatap Elena penuh arti lalu pria itu melangkah kearah luar untuk menuju mobil.
Elena tersenyum diam didalam hati, Dokter itu sepertinya menurut sekali dengan Ibu ini. Tapi sebenarnya ia ingin mengambil tasnya sendiri agar dirinya bisa pergi dari ruangan ini, jujur ia merasa tegang berhadapan dengan keluarga Bryan.
Meldi bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati Elena, ia nampaknya menyukai wanita itu, ia merasa senang mendapatkan mantu seperti Elena. "Saya berterimakasih karna kamu mau menikah dengan Bryan, beruntungnya juga Bryan bisa milikin kamu, saya yakin kamu gadis baik-baik," Meldi mengelus pipi Elena lembut.
"Saya yang seharusnya berterimakasih Nyonya karna Nyonya mau menerima baik kehadiran saya." jawab Elena tersenyum hangat.
"Jangan Nyonya, panggil saja saya Mamah, sama seperti Bryan."
Deg!
Mamah? Ibu?
"Mamah?" mata Elena mulai berkaca-kaca, ia jadi mengingat almarhum Ibunya yang sudah tiada, jika mengingat hal itu entah kenapa airmatanya tidak bisa ditahannya namun sekarang ia mencoba agar tidak menangis.
Meldi yang melihat tatapan sendu dari gadis didepannya ini binggung, ia menurunkan tangannya dari pipi Elena. "Loh kamu kenapa?"
Dengan cepat Elena menyentuh matanya sebelum air matanya turun. "Ah gapapa kok Nyo- eh maksudnya Mamah." diucapan terakhir Elena memelankan suaranya.
Meldi hanya tersenyum, ia ingin tau ada apa dengan Elena sekarang tapi ia tidak ingin menanyakannya lebih jauh.
"Bryan emang sikapnya begitu." Meldi mengingat-ngingat kelakuan anaknya tadi saat tidak ingin mengambil tas milik Elena. "Mamah dukung kalian berdua kok, karna Mamah yakin kalian berjodoh."
Entah kenapa kalimat terakhir yang dilontarkan Meldi membuat hati Elena bergetar, apa memang mereka berjodoh? rasanya tidak mungkin. Elena merasa bersalah karna membohongi wanita dihadapannya yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya.
Elena hanya tersenyum membalasnya, ia sudah tidak tau akan berbicara apa.
"Yasudah kalo gitu Mamah kedalam dulu ya, kamu duduk aja dulu sampai Bryan datang."
Elena mengangguk mendengar itu.
Setelah mendapat balasan Meldi pun sedikit mengelus puncuk kepala Elena pelan lalu berbalik untuk melangkah lebih dalam kerumahnya.
Elena yang melihat itu hanya diam masih dengan posisi berdiri, ia menatap cowok yang masih duduk disofa sembari menatapnya diam. Dilihat-lihat mungkin umur mereka tidak terlalu jauh.
"Calon kakak ipar kita belum kenalan-kan?" Aiden bangkit dan berjalan mendekati Elena. Ia lalu berdiri dihadapan wanita itu.
Aiden mengangkat tangannya untuk memberi jabatan tangan dengan Elena. "Gue Aiden anak kedua dari keluarga ini, adik pertama dari kak Bryan, gue masih kelas dua belas SMA dan masih jomblo."
Elena menatap tangan dihadapannya lalu menatap pria itu yang cukup tampan mirip dengan Bryan. Ia tersenyum lalu mengangkat tangannya untuk menerima jabatan tangan Aiden tapi sebelum itu tangannya terlebih dahulu digenggam oleh seseorang dibelakangnya.
"Ck! kau jangan berdekatan dengannya, aku tidak mau otak mu dihasut oleh pria itu." ucap Bryan tiba-tiba dengan menatap Aiden tajam.
Pandangan Elena beralih pada Bryan yang sudah berada disampingnya, lalu tatapan pindah pada tangannya yang digenggam Dokter ini.
"Hey! aku tidak mungkin menghasut calon kakak ipar." Aiden memutarkan bola matanya malas.
Bryan menatap Elena dengan pandangan seperti biasa. "Ikut aku" Bryan menarik tangan Elena untuk mengikutinya.
Elena pasrah, tangannya digenggam erat oleh Bryan jadi ia tidak bisa melakukan tindakan.
Aiden yang melihat kedua kakaknya itu diam, sepertinya ia merasa ada sesuatu diantara keduanya.
___
Bryan menarik tangan Elena sampai didepan sebuah pintu kamar berwarna coklat. Mereka berdua pun masuk kedalamnya dengan tangan yang masih saling bertautan.
Ceklek
Mata Elena terkagum-kagum menatap tekstur kamar yang ia masuki sekarang. Cukup mewah namun terkesan elegan.
Bryan melepaskan genggamannya pada Elena dan berjalan mendekati ranjang. Ia menatap laci disamping ranjang tersebut dan membukanya untuk mencari sesuatu.
Saat sudah menemukannya, Bryan langsung mengambil benda tersebut dan menaruhnya diatas meja. Bryan mengambil sebuah kertas dengan pulpen yang berada ditangannya.
Elena terdiam ketika melihat pria itu sedang menuliskan sesuatu disana. Entah apa yang ditulisnya Elena tidak tau.
Saat sudah selesai Bryan pun melangkahkan kakinya mendekat kearah Elena dengan membawa kertasnya.
Elena menatap kertas tersebut dengan binggung, ia menatap Bryan yang sepertinya menyuruhnya untuk mengambil kertas itu jadi mau tak mau Elena mengambilnya dan memegang kertas tersebut.
"Surat perjanjian yang harus kau tanda-tangani." dingin Bryan.
Dengan segera Elena membaca surat perjanjian tersebut secara teliti. Seketika matanya membulat tak percaya dengan isi perjanjianya.
Bryan hanya tersenyum miring menatap tatapan terkejut dari Elena.
"Karna aku belum mempersiapkan perjanjian aslinya jadi aku menulis itu dulu di kertas. Bagaimana? kau hanya tinggal tanda-tangani surat itu lalu kita akan segera menikah."
↔↔↔
Terimakasih sudah membaca❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Neli Allen
apa yaa izzii surat perjanjian yg di tulis bryan
2023-09-01
1
anisah
pasti ujung2nya di langgar dan perjanjian batal...ini..ni..yg bikin krng suka knp sih selalu ada surat perjanjian di setiap novel???
2023-07-24
0
Katherina Ajawaila
seru thour semoga perjaniannya ngk nyeremin y Thour
2023-04-17
0