Elena yang merasakan ada seseorang disamping-nya langsung menatap seseorang itu, ia terkejut kaget ketika mendapati ada seorang laki-laki yang cukup tampan duduk disampingnya.
Mereka saling bertatapan sekarang, Elena menatap pria itu dengan bingung tapi tak lama Elena langsung memutuskan tatapan antara keduanya dan memilih untuk kembali menunduk dengan mendoakan Bapaknya agar tidak terjadi sesuatu didalam sana.
"Pakai ini untuk menghapus air-mata mu itu," ucap pria disampingnya membuat Elena kembali menatap pria itu, tatapan-nya tertuju pada sapu tangan yang diberikan untuknya.
"Tidak usah, makasih." jawab Elena tak minat.
Bryan yang merasa bantuannya ditolak itu langsung menarik telapak tangan wanita disampingnya dan memberi sapu tangan miliknya. "Terima saja! aku sudah berbaik hati meminjamkan sapu tanganku tapi kau malah menolaknya." ucap Bryan dengan sedikit kesal.
Bagaimana tidak kesal? Bryan tidak biasa ditolak oleh wanita manapun tapi kenapa wanita disampingnya ini malah menolak bantuannya? disaat banyak wanita yang ingin berdekatannya dengannya mengapa wanita yang entah ia ketahui namanya ini malah terlihat biasa saja? memangnya wanita ini tidak tahu siapa dirinya?
Elena menatap laki-laki disampingnya dengan bingung, kenapa pria ini memaksa? lagian juga dirinya tidak terlalu membutuhkan sapu tangan ini. Tapi akhirnya Elena mau tak mau menerima sapu tangan itu dan memegangnya. "Terimakasih." singkatnya.
Elena kembali menunduk dengan kedua tangan yang menutup wajahnya, Bryan yang melihat itu hanya diam tak tahu apa yang ada dipikiran orang disampingnya. Entah kenapa juga dirinya berada disini? kenapa dirinya memberikan sapu tangan miliknya untuk dipakai wanita ini? Bryan bingung karna hatinya yang menyuruhnya untuk melakukan itu lain dengan apa yang berada diisi kepalanya.
Tak lama pintu ruangan disamping Elena terbuka. Elena yang melihat itu langsung berdiri dan menatap pria berjas putih yang baru saja keluar dari ruangan Bapaknya.
"Bapak saya gapapa kan Dok? Bapak saja baik-baik aja kan?" tanya Elena dengan khawatir.
Dokter bertag Dion itu menggeleng pelan. "Kita harus segera melakukan operasi pada pasien, saya hanya khawatir jika tidak langsung diberikan tindakan bisa-bisa sesuatu yang tidak diinginkan terjadi." jelas Dokter itu membuat wajah Elena kembali sedih.
"Tolong Dok, saya mohon lakuin yang terbaik buat Bapak saya hiks." Elena memohon agar Dokter dihadapannya ini mau menolongnya untuk langsung melakukan tindakan.
"Saya akan melakukan yang terbaik pada pasien. Saya akan melakukan tindakan secepatnya ketika administrasi sudah terselesaikan."
Air mata Elena kembali menetes, ia harus mencari uang darimana lagi untuk membayar rumah sakit Bapaknya? "Saya mohon Dok saya janji akan bayar secepatnya tapi saya mohon lakuin dulu yang terbaik untuk Bapak Dok, saya janji bakal bayar biayanya." Elena bingung. Apa dirinya harus melakukan apa yang diucapkan Putri padanya? agar dirinya bisa cepat mendapatkan uang?
"Maaf mbak, ini sudah peraturan rumah sakit. Jadi saya tidak bisa membantu banyak, kita akan melakukan tindakan setelah urusan administrasi terselesaikan." Jelas sekali lagi dokter itu membuat wajah Elena bertambah sedih.
"Sejak kapan peraturan itu dibuat?" dingin seseorang membuat dokter yang berdiri dihadapan Elena menegang.
Bryan bangkit dari duduknya dan berdiri disamping wanita yang entah namanya tadi. "Sejak kapan rumah sakit memprioritaskan pembayaran dibandingkan nyawa orang lain?" ucap sekali lagi Bryan membuat Dokter bernama Dion itu diam.
Elena hanya diam tak berniat berbicara apa-apa. Matanya tertuju pada seseorang yang berada didalam ruangan disampingnya.
"Maaf tuan, saya hanya melakukan prosedur dari pihak rumah sakit." ucap Dion dengan menunduk.
Bryan menatap tajam Dokter dihadapannya. Tapi ia kembali mengalihkan pandangannya pada wanita yang nampak diam dengan menatap kedalam ruangan ini. Tiba-tiba saja ia tersenyum miring, Bryan memiliki banyak rencana didalam pikirannya untuk wanita yang berani-beraninya menolak bantuannya tadi.
"Panggil semua dokter terbaik dirumah sakit ini, kita lakukan operasi sekarang. Aku akan ikut ambil alih dalam operasi ini." dingin Bryan menatap wanita disampingnya dengan senyum miring diwajahnya.
Elena yang mendengar itu langsung menatap pria disampingnya. Ia menatap dalam pria yang entah ia ketahui namanya.
Dokter bernama Dion itu langsung mengangguk. Ia tak berani melawan pada Bryan yang tak lain adalah pemilik rumah sakit ini. Dengan segera ia berbalik untuk menyiapkan ruangan operasi.
"Kau tidak ingin berterimakasih padaku?" Bryan menaikkan sebelah alisnya pada wanita dihadapannya yang sedari tadi hanya diam menatapnya.
Elena langsung tersadar dalam lamunannya, ia meneguk salivanya kasar dan tersenyum masam. "Terimakasih Dok terimakasih, saya janji akan melunaskan biaya-nya." ucap Elena.
"Oh ya, siapa namamu?" tanya Bryan.
"E-elena alyandra." gugup Elena, ia gugup karna pria dihadapannya ini menatapnya intens membuat dirinya sedikit tidak nyaman.
Bryan mengangguk singkat, ia menatap Elena dengan diam seperti menunggu sesuatu.
Elena yang merasa ditatap itu langsung mengalihkan pandangannya. "Do-dokter ngapain liatin saya kayak gitu." sahut Elena dengan gugup. Jantungnya sekarang seperti akan lompat dari tempatnya karna melihat tatapan pria dihadapannya.
"Kau tidak ingin menanyakan namaku?" Ya, Bryan sedari tadi menunggu wanita bernama Elena ini menanyakan namanya atau sekedar berbasa basi lainnya seperti wanita lain ketika berhadapan dengannya. Tapi kenapa wanita didepannya ini malah diam setelah mengatakan namanya.
"Untuk apa?" jawab Elena yang terlihat malah bingung membuat Bryan kesal dengan wanita itu.
"Kau tidak tau siapa aku?" lanjut Bryan menatap Elena tajam.
Elena mengangkat wajahnya menatap cowok didepanya yang menatapnya tajam, didalam hatinya ia bingung ada apa dengan pria ini? lagian juga siapa dirinya? memangnya Elena harus tau dia siapa? ia saja baru bertemu dengannya hari ini.
"Tidak." jawab singkat Elena membuat Bryan mengumpat dalam hati. Seperti wanita didepannya ini mau bermain-main dengannya.
"Ck! kau-"
Sebelum Bryan melanjutkan ucapannya tiba-tiba saja ada Dokter yang mendekat kearahnya yang membuat Bryan tak jadi berbicara.
"Ruangan operasi sudah siap Tuan." ucap Dokter itu menunduk.
Bryan dengan cepat mengangguk. Ia menatap kembali Elena dengan dingin. "Kau tetap diam disini, setelah operasi selesai aku akan melanjutkan pembicaraanku tadi." setelah mengucapkan itu Bryan melangkah pergi menjauhinya.
Elena menatap beberapa suster yang mendorong Bapaknya keluar dari ruangan untuk menuju keruangan operasi. Ia masih diam dengan pandangan melihat kearah depannya.
Memangnya pria itu siapa? mengapa sepertinya Dokter yang tadi menuruti ucapannya?
Banyak pertanyaan dikepala Elena, tapi ia tak ambil pusing dengan segera ia menyusul sang Bapak yang sudah berada tak jauh darinya. Ia mengikuti brankar yang membawa Dimas pergi dari ruangan sebelumnya.
Semoga saja Bapak bisa sembuh ya tuhan
↔↔↔
Jangan lupa dukungannya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
anisah
sayang ini hanya di dunia halu...klu di dunia nyata aku berharap bisa berkenalan dgn seorang dokter..😊
2023-07-24
1
Yani
Ya tau dari mana dr Bryan orang bertemu
2023-01-16
0
Siti Nur Dianti
lanjut
2022-10-16
0