Selamat membaca❤
Jangan lupa like, vote dan coment-nya ya!☑
↪↪
Elena sekarang berada di-depan ruangan bertulisan operasi diatasnya. Ia merapalkan doa agar operasi Bapaknya lancar dan Dimas bisa sembuh seperti sedia kala.
Jantung Elena berdetak tak karuan, ia hanya takut apa yang ada dipikirannya tidak terwujud tapi semoga saja semuanya berjalan dengan baik.
"Semoga Bapak bisa sembuh ya tuhan," gumam Elena dengan sesekali mendudukkan tubuhnya dikursi tunggu lalu berdiri kembali.
Elena menunduk menatap sapu tangan yang berada ditangan kanannya, ia seketika tersenyum singkat. Ya walau pria itu sedikit dingin tapi mungkin hatinya baik bukan?
Selang beberapa jam akhirnya ruangan operasi itu terbuka memunculkan sesosok pria yang tadi memberikannya sapu tangan. Elena langsung menatap dokter yang entah ia ketahui namanya ini.
"Bapak saya baik-baik aja kan Dok? Bapak bisa sembuh-kan?" tanyanya penasaran dengan sedikit khawatir.
"Kita bicarakan ini diruangan ku." ucap Bryan dingin.
Setelah itu Bryan berjalan melangkah menuju ruangannya, Elena yang menatap itu hanya diam tapi tak lama ia mengikuti dokter pria itu dari belakang.
Keduanya sampai didepan sebuah pintu berwarna coklat dengan tulisan ditengahnya.
Ruangan pemilik Atmaja hospital's
Alangkah terkejutnya ketika membaca tulisan itu, jadi pria dihadapannya ini pemilik rumah sakit tempat dirawat Bapaknya? Pantas saja dokter tadi menuruti ucapan pria ini.
Ceklek
Bryan masuk kedalam ruangan bernuansa hitam putih dengan perlengkapan yang terlihat lengkap, Elena yang melihat itu ikut masuk kedalamnya. Ia sedikit terpukau dengan ruangan ini karna terlihat begitu luas.
"Kau masih ingin berdiri disitu?" ucap dingin pria yang sudah duduk dikursinya.
Elena dengan cepat mengalihkan pandangannya pada meja yang tak jauh darinya, ia langsung berjalan menghampiri cowok tersebut dan duduk dihadapannya.
"Jadi Bapak saya gimana Dok?" to the point Elena kepada pria dihadapannya.
Bryan menatap Elena serius. "Tumor di kepalanya bisa dibilang jinak. Tapi walau tumor itu jinak tetap saja sangat berbahaya pada otak pasien."
"Dan juga saya menemukan komplikasi lain di dalam organ pasien." Bryan menatap tajam Elena. "Apa kau tidak pernah memeriksakan pria tua itu kerumah sakit?" tanyanya.
Elena menunduk, ia menggelengkan kepalanya pelan.
"Ckckck penyakit-nya sudah cukup parah." sahut Bryan dengan menggelengkan kepalanya.
"Tapi masih bisa sembuh-kan Dok?" tanya Elena dengan khawatir.
"Berbanding sepuluh per seratus."
Mendengar itu membuat Elena binggung, ya! Dirinya tidak mengerti apa yang diucapkan pria dihadapannya ini.
"Maksud Dokter?"
Bryan nampak menghela nafasnya pelan. "Yang artinya hanya sepuluh persen saja kesembuhannya."
Deg!
Elena terdiam mendengar itu, ternyata Bapaknya mempunyai penyakit yang cukup parah. Ini adalah kesalahanya, coba saja dirinya sedari dulu membawa Dimas kerumah sakit pasti Bapaknya itu akan segera mendapatkan pertolongan sebelum penyakitnya sampai separah ini.
"Sa-saya mohon Dok kasih yang terbaik buat Bapak saya. Saya pengin Bapak saya sehat lagi Dok saya mohon." mohon Elena agar pria dihadapannya membantu menyembuhkan Ayahnya.
"Ya, mungkin Bapak mu itu harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut dirumah sakit. Jadi saya sarankan pasien harus dirawat inap disini." Bryan tersenyum miring melihat wajah Elena yang nampak tegang.
"Rawat in-inap? Apa gak bisa rawat jalan aja Dok?" tawar Elena. Ia bukannya tidak ingin Bapaknya dirawat disini, Elena hanya binggung dengan biaya rumah sakit nya belum dengan biaya operasi yang nilainya pasti tidak sedikit bukan?
Bryan nampak berfikir. "Penyakit ini sudah cukup parah, saya tidak akan menjamin kesembuhan pria itu jika memilih rawat jalan."
Elena meneguk salivanya kasar. Sekarang pikirannya dipenuhi dengan sang Bapak, ia yakin rawat inap adalah salah satu jalan agar Bapaknya bisa ditangani dengan baik dan bisa saja sembuh bukan? tapi ia juga binggung dengan biaya yang harus dibayarnya karna ia sama sekali tak punya tabungan maupun uang sekarang.
"Ta-tapi jika rawat inap pasti bayarannya akan lebih mahal lagi kan Dok?" ucap pelan Elena dengan menunduk, ia tak tau harus meminjam uang lagi darimana.
Bryan dengan cepat mengangguk sembari tersenyum miring. "Iya, jadi saya harap kau harus membayar semua itu sekarang agar pasien bisa langsung dipindahkan ke ruang rawat."
"Se-sekarang? tapi Dok saya sudah bilang saya akan membayarnya nanti, saya mohon Dok kasih saya waktu untuk membayarnya." mohon Elena dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Sekarang atau pasien saya keluarkan dari rumah sakit ini dan jangan harap ada rumah sakit lain yang mau menerima pria tua itu."
Elena salah menyangka tentang dokter ini. Ia kira Dokter dihadapannya ini masih memiliki hati tapi sayangnya tidak, dia sama sekali tak memiliki hati.
"Saya mohon Dok saya akan bayar semuanya, saya akan cari kerjaan." tekad Elena, ia sudah bulat untuk mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan uang secepatnya.
"Kau janji ingin membayar tapi pekerjaan saja tidak punya." dingin Dokter itu menatap Elena remeh.
Elena menunduk ia tau dirinya belum punya pekerjaan sekarang tapi siapa tau nanti ada yang mau menerima lamaran pekerjaannya bukan?
"Saya akan mencari pekerjaan secepatnya Dok." Elena sudah punya rencana akan melamar pekerjaan disuatu tempat yang sama sekali belum pernah ia datangi, ia tak punya pilihan lain sekarang.
Bryan menatap penasaran wanita dihadapannya, sepertinya wanita ini pede sekali akan segera mendapat pekerjaan. "Memangnya kau ingin kerja dimana?" tanyanya.
Elena menatap Bryan dengan yakin. "Saya mau melamar pekerjaan diclub malam Dok, saya yak-" sebelum Elena melanjutkan ucapannya tiba-tiba saja Bryan menyela.
"Hey! kau mau menjadi santapan laki-laki hidung belang begitu? jika ayahmu tau pasti dia akan sangat kecewa dengan-mu."
Elena kembali menunduk, ada benarnya juga tapi ia tidak punya pilihan lain sekarang. Bryan menatap diam wanita dihadapannya yang menunduk.
"Sekarang kau urus administrasi-nya dulu, saya masih banyak urusan sekarang." Bryan bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari ruangannya meninggalkan Elena yang masih terdiam duduk.
Sebelum Dokter itu pergi jauh dengan cepat Elena berlari mengejar dokter itu.
"Saya mohon Dok saya Mohon saya janji akan membayarnya, tapi saya butuh waktu." Elena memandang Dokter dihadapannya dengan memohon.
"Huh! bagaimana jika aku melunaskan saja biaya operasi Ayahmu itu?" ujar dingin pria tinggi berwajah tampan ini.
Wanita dihadapannya itu nampak terlihat berbinar. "Beneran Dok? terimakasih banyak Dok terimakasih."
"Tapi semua itu tidak gratis." Dokter itu memiringkan bibirnya.
"Mak-maksud Dokter?"
"Aku akan melunaskan semua biaya Ayahmu itu serta pengobatannya sampai dia sembuh dan bayarannya kau harus menikah denganku."
Jantung Elena berdetak tak karuan sekarang, pria didepannya ini mengajaknya menikah begitu?
"Me-menikah?"
Bryan mengangguk. "Hm. kau tinggal jawab iya atau tidak. Jika iya, aku akan secepatnya mencari tanggal pernikahan untuk kita sedangkan jika kau menjawab tidak, kau dan ayahmu itu silakan pergi dari rumah sakit ini."
↔↔↔
Terimakasih sudah membaca❤
Lanjut?
Suport terus ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Neli Allen
ya pastilah elana jawab nya ia mau menikah dg dokter itu asalkan ayah nya sembuh .apa lagi yg bicara itu dokter pemilik rumah sakit itu pula lagi
2023-09-01
0
anisah
aku suka cara dokter langsung cus...bikin hati dak dik Duk...
2023-07-24
0
Alanna Th
yg mau dnikahi dr bryan antrianny spanjang tmbk china lho 👍😂🤣😘😍💗💗💗
2023-05-19
0