Jangan lupa like, vote dan komen nya.
Semua itu sangat berarti bagi autor😙
Maaf karna aku jarang up dicerita ini, jadi ngebuat kalian menunggu❤
HAPPY READING GUYS🍁
↪↪↪
Elena menatap makanan yang masih banyak dihadapannya, ia baru makan setengah dari berbagai macam makanan ini tapi perutnya sudah cukup kenyang sekarang.
"Kenapa diam? ayo makan lagi." ucap dingin pria dihadapan Elena.
Pria itu sedari tadi hanya diam dengan menatap wajah Elena membuat wanita itu sedikit kurang enak untuk bergerak karna Dokter ini seperti memperhatikan setiap gerak geriknya.
"Ak-aku sudah kenyang Dok." Elena menatap Bryan dengan sedikit takut, apa pria dihadapannya ini akan menyuruhnya membayar sendiri? uang dari mana dia.
Bryan menatap Elena dengan intens. "Yasudah."
"Tapi saya gak punya uang Dok buat bayarnya, sa-saya gak bisa bayar makanan sebanyak ini." pelan Elena dengan khawatir, ia takut Bryan akan tetap memaksanya untuk membayar padahal jelas-jelas dirinya saja tidak memiliki pekerjaan jadi bagaimana ia memiliki uang?
"Kau yakin tidak memiliki uang sepeser-pun?" selidik Bryan.
Dengan cepat Elena mengangguk, pria dihadapannya ini padahal jelas-jelas sudah tau jika dirinya tidak memiliki uang tapi kenapa malah bertanya kembali?
"Iy-ya."
"Yasudah akan aku pinjamkan uang ku untuk membayar makanan ini tapi kau harus ingat, kau harus membayarnya kembali padaku." dingin Bryan dengan tersenyum miring menatap gadis didepannya.
Bayar? hutang dirumah sakit saja sama sekali belum aku bayar! tapi malah nambah lagi hutang ku hiks padahal aku tidak memesan sebanyak ini tapi Dokter itu malah menyuruhku membayar semuanya.
"Iya, aku akan membayar lunas dengan hutang-hutang dirumah sakit, Pak Dokter tenang aja." ucap Elena dengan wajah kesalnya.
Melihat wajah dari wanita dihadapannya membuat Bryan sedikit tersenyum, ingat hanya sedikit jadi senyumannya tidak terlihat oleh Elena maupun orang lain.
"Yasudah kita pulang sekarang," Bryan bangkit dari duduknya dan siap untuk berjalan menuju kasir.
Elena masih diam duduk dikursi, ia menatap makanan dihadapannya yang tidak habis. Makanan disini masih banyak yang tidak disentuh olehnya jika makanan ini dibuang pasti akan mubazir.
Bryan sudah berjalan mendekat kearah kasir untuk membayar makanan yang dipesannya. Lain dengan Elena yang masih terdiam ditempat tadi.
"Kalo gak dimakan pasti makanan ini akan dibuang nanti," Elena menatap sekitarnya ketika matanya menangkap seseorang yang dicarinya, Elena pun segera memanggil orang itu untuk mendekatinya.
"Iya Kak? ada yang bisa saya bantu?" ucap seseorang itu yang tak lain adalah pelayan restaurant ini.
"Em bisa tolong bungkusin makanan ini gak? sayang masih banyak makannya," jawab Elena dengan menatap makanan dimeja.
Pelayan itu ikut menatap kearah pandang wanita yang memanggilnya tadi lalu ia kembali menatap wanita itu. "Baik Kak, saya akan membungkus-nya, mohon ditunggu ya Kak," setelah mengucapkan itu pelayan tadi pergi menjauh untuk membungkus makanan-makanan itu.
Elena tersenyum manis, daripada dibuang? mending dirinya memberikan makanan ini nanti pada orang-orang, Elena hanya meminta dibungkuskan makanan yang belum sama sekali ia sentuh jadi tidak masalah bukan jika nanti dirinya membagikan makanan ini? toh belum ia makan juga.
"Ayo kita pulang." ucap seseorang dari arah belakang Elena.
"Sebentar Pak." Elena masih menunggu makanannya di bungkus oleh pelayan itu.
Bryan menatap heran gadis itu, padahal sudah ia bayar namun untuk apalagi Elena disini? "Kau menunggu siapa?" tanyanya.
Sebelum Elena menjawab, seseorang yang ditunggu dirinya pun datang. Seorang pelayan dengan beberapa kantong kresek ditangannya mendekat kearah Elena dan Bryan yang berdiri dimeja tadi.
"Ini Kak makanannya," pelayan itu memberikan kantong kresek yang dipegangnya pada Elena.
Dengan cepat Elena menerima beberapa kantong bungkusan itu. "Makasih yah Mbak."
"Sama-sama Kak." setelah memastikan sudau tidak dibutuhkan lagi pelayan itu pun pergi untuk menjalankan tugasnya kembali.
Elena menatap makanan-makanan ditangannya yang sudah terbungkus rapih.
"Kau memesan makanan lagi?" tanya Bryan heran.
"Ini makanan yang tadi Dok," jawab Elena dengan menunjuk meja yang sudah terlihat kosong.
"Kau membawanya pulang? ck! dirumahku sudah tersedia makanan jadi kau tidak perlu membawa makanan lagi kerumah." lanjut Bryan dengan malas, apa wanita dihadapannya ini ingin memakan ini kembali dirumah?
Elena hanya acuh dengan melangkahkan kakinya menuju keluar restaurant ini. "Suka-suka aku dong, ini kan termasuk uang aku walau uangnya minjem, tapikan nanti akan ku bayar."
Bryan menggelengkan kepalanya mendengar tuturan perempuan itu, walau dia berbicara dengan pelan namun Bryan masih bisa mendengarnya.
Mereka berdua berjalan keluar dari restaurant yang mulai ramai dengan pengunjung. Elena dan Bryan kembali menuju kearah mobil yang terparkir diparkiran rumah makan ini.
Elena terdiam disamping mobil Bryan, apa dirinya akan disuruh menyetir lagi?
"Kenapa kau masih diam? cepat masuk kedalam mobil," Bryan membuka pintu mobil bagian pengemudi lalu ia masuk kedalam sana dan menutup kembali.
Elena masih diam, kenapa pria itu duduk disana? apa Bryan yang akan menyetir? lalu ia harus duduk dimana?
Kaca mobil disampingnya terbuka menampilkan Bryan yang menatapnya. "Hey! mau ku tinggal kau disini? cepat masuk." lanjut Bryan.
"Dok-dokter yang akan menyetir?"
"Iya! aku tidak mungkin membiarkanmu menyetir kembali, aku tidak mau mobilku sampai lecet." dingin Bryan dengan mengingat kejadian tadi ketika Elena yang menyetir mobilnya dengan kecepatan kencang.
Jadi Dokter ini lebih sayang pada mobilnya?!
"Cepat masuk atau ku tinggal."
Mendengar itu Elena langsung berlari memutari mobil ini dan membuka pintu penumpang dibelakang, ia masuk kedalamnya dan duduk disana.
Bryan menatap Elena melalu spion kaca dimobilnya, sekarang ia kesal dengan gadis perempuan itu. "Kenapa kau duduk dibelakang? kau pikir aku supir-mu? cepat pindah kedepan."
"Aku disini saja Dok." jawab Elena dengan takut, ia tidak mau duduk disamping pria karna kejadian tadi. Ia takut pria itu bermacam-macam.
"Kau membantahku?" dingin Bryan membuat suasana dimobil ini mendadak berubah.
Elena merasakan tangannya merinding sekarang. "Iya-iya aku pindah," Elena pun membuka pintu lalu berpindah tempat duduk disamping pria itu.
Setelah sudah siap untuk melaju mobil yang dikemudikan Bryan pun berjalan menjauhi restaurant itu dengan kecepatan sedang. Mereka akan pergi kerumah milik Bryan, Elena menatap jalanan dihadapannya yang cukup senggang, hari sudah malam jadi tidak terlalu banyak kendaraan sekarang.
Keadaan mobil cukup sunyi karna kedua manusia itu memilih untuk diam dengan pikiran masing-masing sampai pada disaat lampu merah menyala mobil Bryan pun berhenti.
Elena menatap ke-segala arah dihadapannya, tiba-tiba matanya melihat seorang wanita tua sedang duduk dipinggir jalan membuat hati Elena merasa iba.
"Dok, kita nanti mingir sebentar ya disana," Elena menunjuk jalan dihadapannya yang hanya beberapa meter saja dari tempatnya.
Bryan ikut menatap arah pandang wanita disampingnya lalu kembali menatap jalanan dihadapannya. "Hm."
Lampu hijau sudah menyala, dengan cepat Bryan melajukan mobilnya menuju arah yang ditunjuk Elena tadi.
Saat mobil sudah berhenti Elena pun dengan cepat membuka mobil yag di tumpanginya dan turun dari sana. Ia berjalan mendekati wanita tua yang dilihatnya tadi. Tak lupa juga sebelumnya ia mengambil kresek yang tadi dirinya bawa.
Bryan yang melihat itu ikut turun dari mobilnya dan mengikuti Elena dari belakang.
Elena mendekat kearah Ibu tua itu lalu mensejajarkan tubuhnya agar bisa menatap wanita itu.
"Maaf Bu?" sapa Elena dengan tersenyum.
Ibu-Ibu yang tadi sedang menunduk itu menatap kearah yang memanggilnya tadi. "Iya? ada apa Neng?"
Wajah lesu dan lelah terlihat dari Ibu-Ibu itu membuat hati Elena sedikit terenyuh. "Nih ada sedikit makanan buat Ibu, Ibu makan ya?" Elena memberikan beberapa kresek makanan yang berada ditangannya.
Wanita itu nampak gembira, dengan wajah tersenyumnya ia menjabat tangan Elena dan menyalaminya. "Makasih Neng, makasih banyak."
Melihat itu Elena langsung menarik tangannya, ia tidak enak jika diperlakukan seperti itu. "Sama-sama Bu, maaf cuma bisa bantu segini."
"Segini saja sudah alhamdulillah." wanita itu tersenyum menatap Elena lalu pandangan teralihkan pada pria disamping gadis dihadapannya lalu senyumnya kembali muncul.
"Pasti kalian suami istri ya? kalian sangat cocok, Ibu doain semoga pernikahannya langgeng dan cepat diberi momongan." ucap Ibu itu dengan memegang tangan Elena.
Elena membulatkan matanya dan menatap pria disampingnya, ia tidak tau jika Bryan ternyata mengikutinya. "Dia bu-"
"Doakan saja Bu, agar wanita itu cepat memberikanku keturunan." sahut Bryan memotong ucapan Elena dengan tersenyum miring.
Mendengar tuturan itu membuat pipi Elena memanas.
Menikah saja belum sudah berbicara soal momongan!! lagian juga aku tidak berharap memiliki momongan dari pria ini
Elena tau pernikahan ini hanya terpaksa, ia terpaksa mau karna memang untuk memenuhi pembiayaan rumah sakit Ayahnya. Dan menurut Elena pasti pernikahan ini tidak akan berlangsung lama.
↔↔
Terimasih sudah membaca❤
Mohon kritikannya dan juga sarannya😙
Lanjut? komen ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
anisah
awas aja klu si dokter bilang ngk sayang sama elena....ingat dok cinta datang Krn terbiasa...
2023-07-24
1
Katherina Ajawaila
Brayn lucu juga walaupun dingin sekali nyeletuk mesra juga😘😘😘😘
2023-04-17
0
Yani
Buat dr Bryan jatuh cinta duluan thor
2023-01-17
0