BAB17: Donor Darah

Elena berjalan kembali menuju kearah ruang tamu setelah selesai menerima panggilan telpon tadi. Saat sampai diruangan tersebut terlihat jelas jika keadaan disini sudah nampak sepi, tidak ada gadis yang ditemui nya tadi.

Elena mengedarkan pandangannya ke sekeliling penjuru ruangan ini namun ia sama sekali tak melihat keberadaan gadis itu.

Apa tadi kelamaan ya?

Mungkin saja gadis yang bernama Caca tadi lama menunggunya alhasil gadis itu pun pergi meninggalkannya. Tapi Elena tidak ingin berpikir panjang sekarang, Ia harus segera pergi ke rumah sakit karna keadaan Ayahnya kembali kritis. Tadi yang menelpon adalah tetangganya-Merlin, wanita itu sedang berada dirumah sakit tempat sang Bapak dirawat, entah sedang apa namun Elena tidak ambil pusing karna yang ada dipikirannya sekarang hanyalah kondisi Bapaknya.

Dengan cepat Elena berjalan keluar dari rumah ini. Ia sudah berpamitan dan menitip salam kepada salah satu pekerja disini. Elena terburu-buru sekarang jadi dirinya tidak sempat jika harus berkeliling rumah ini untuk mencari Tuan dan Nyonya rumah ini.

Elena berlari keluar, untung saja didepan gerbang tidak ada satpam jadi Elena dengan mudah keluar dari sini.

"Aku harus naik apa?" Elena binggung dirinya ada dimana sekarang. Dengan cepat ia membawa ponselnya kedalam genggamannya lalu membuka goggle maps untuk melihat dimana sekarang dirinya berada.

Saat sudah tau ada dimana, Elena dengan segera berjalan mengikuti arah ponselnya, ia sekarang berjalan mencari jalan raya untuk menaiki bis kota ataupun angkot yang bisa mengantarkannya ke rumah sakit.

Sampai disamping jalan raya Elena pun diam menunggu ada angkutan umum lewat. Ia tidak mempunyai uang untuk menaiki taksi tapi jika hanya untuk menaiki angkot mungkin ia masih punya walau pas.

Saat ada angkot yang lewat Elena segera menaiki kendaraan tersebut dan diam didalamnya. Di sepanjang jalan Elena merapalkan doa untuk kesembuhan sang Bapak.

Tak lama angkot itu pun berhenti disebuah simpang jalan membuat Elena turun dari kendaraan tersebut. Setelah membayar Elena langsung berlari menuju kearah rumah sakit. Angkot itu memang tidak turun didepan tujuannya jadi Elena memutuskan untuk berlari saja daripada harus mengeluarkan uang kembali untuk menaiki angkot.

Sampai didepan rumah sakit Elena langsung masuk kedalamnya dan berjalan cepat menuju kearah ruangan Bapaknya.

"Mbak Merlin!" Elena berlari mendekat kearah tetangganya itu yang nampak terduduk disebuah kursi tunggu didepan ruangan Dimas.

"Bapak gimana Mbak?!" tanya Elena kembali dengan khawatir.

Merlin menunduk, nampak wajah mendung tercetak diwajah wanita dewasa itu membuat Elena menjadi takut.

"Mbak? Bapak gapapa kan? jawab Elena mbak!" mata Elena mulai berkaca-kaca, ia duduk disamping Merlin dengan menatap wanita itu penuh tanya sekaligus khawatir.

"Bapak kamu kritis Na, tadi jantungnya sempat lemah dan sekarang lagi diperiksa sama dokter." ucap Merlin pelan.

Tuturan itu membuat Elena lemas, Elena ikut menunduk menutup semua wajahnya dengan kedua tangannya.

Hiks Bapak yang kuat ya Pak, Elena belum bisa bahagiain Bapak hiks jadi Elena mohon Bapak yang kuat, Elena gak mau pisah sama Bapak

Elena berdoa agar Bapaknya bisa kembali sehat dan berkumpul dengannya kembali nanti.

Tak berselang lama pintu ruangan Dimas pun terbuka menampilkan seorang Dokter dengan beberapa perawat yang keluar.

Elena dan Merlin bangkit dari duduknya dan mendekat kearah Dokter itu. Nampak wajah serius tercetak diwajah Dokter ber-tag Dion.

"Pasien harus kembali di-oprasi, keadaannya semakin hari semakin buruk jadi saya sarankan kita lakukan operasi sekali lagi."

"Operasi?" Elena tak percaya jika Bapaknya harus kembali di operasi, biaya operasi terbilang cukup mahal, apa dia harus terus-terusan berhutang pada Bryan?

Dokter itu mengangguk. "Iya, kita lakukan sekali lagi untuk memastikan jika tumor di otak pasien sudah benar-benar hilang."

"Hiks lakuin aja yang terbaik buat Bapak Dok, biar Bapak cepet sembuh." Jika Bapaknya harus dioperasi lagi Elena akan men-setujuinya, masalah uang Elena akan mencari pekerjaan nanti.

"Tapi kita butuh pendonor darah untuk melakukan operasi, kebetulan stok golongan darah pasien sedang habis disini, saya juga sudah menghubungi PMI dan beberapa rumah sakit lainnya untuk menanyakan stok darah pasien disana namun sampai saat ini mereka belum juga memberi kabar." ucap sekali lagi Dokter itu.

Elena menatap Merlin disampingnya yang masih terdiam lalu kembali menatap Dokter dihadapannya. "Ambil darah saya Dok."

"Kamu yakin Na?" Merlin menatap Elena dengan pandangan penuh tanya. Ia hanya memastikan saja apa Elena yakin dengan keputusannya.

"Yakin Mbak, Mbak tenang aja ya Elena bakal baik-baik aja kok." ucap Elena dengan tersenyum menatap Merlin.

Elena kembali menatap Dokter itu. "Bisa kan Dok?" tanyanya.

"Bisa, kita periksa dulu tubuh Nona dan golongan darah Nona untuk memastikan Nona dalam keadaan sehat, jika semua sudah cocok kita baru bisa melakukan pendonoran," setelah mengucapkan itu Dokter yang memeriksa keadaan Dimas tadi pun menatap suster yang masih berdiri disampingnya. "Sus, bisa tolong antarkan Nona ini ke ruangannya?"

Suster cantik itu mengangguk meng-iyakan ucapan Dokter. "Siap Dok." tatapannya pun teralih pada wajah Elena. "Mari Nona, ikuti saya."

Sebelum berjalan mengikuti Suster itu Elena terlebih dahulu menatap Merlin. "Elena titip Bapak ya Mbak," ucapnya tersenyum. Lalu setelah itu Elena pun segera berjalan mengikuti Suster tadi dengan berdoa semoga saja darahnya cukup untuk operasi Bapaknya.

Beberapa menit perjalanan menyusuri rumah sakit akhirnya Elena dan Suster tadi sampai didepan sebuah pintu. Dengan segera Suster bertag-Sarah ini membuka pintu tersebut dan masuk kedalamnya diikuti Elena dibelakang.

"Nona silahkan duduk dulu, saya akan mengecek suhu tubuh Nona dan mengambil sedikit sampel darah untuk melihat golongan darah Nona." sahut suster itu dengan tersenyum menyuruh Elena untuk duduk disebuah brankar yang sudah disediakan diruangan ini.

Segera Elena pun mengangguk dan naik untuk duduk dibrankar tersebut. Suster itu nampak pergi untuk mengambil peralatan medis, tak lama suster tadi pun kembali mendekat kearah Elena. Sekarang Elena mulai melakukan pemeriksaan kondisi tubuhnya. Elena yakin dirinya dalam keadaan sehat.

"Tubuh Nona dalam keadaan sehat, sekarang kita ambil sedikit darah Nona ya." Suster itu menggenggam jari Elena dan sedikit menusukkan jarum menyebabkan darah keluar dari jari tersebut.

"Shh." Elena merasa sedikit sakit namun tidak terlalu. Sebenarnya ia sedikit takut dengan jarum suntik tapi ini demi sang Bapaknya.

Suster itu terlihat menaruh tetesan darah Elena ke sebuah kartu khusus untuk di observasi agar cepat mengetahui jenis golongan darah Elena. Selain pengecekan darah melalui laboratorium, pengecekan darah juga dapat melalui kartu khusus dan akan diperiksa sesuai dengan panduan yang diberikan. Elena cukup paham karna saat SMA ia mengambil kelas IPA dan mengikuti ekstrakulikuler PMI di sekolahnya, jadi Elena cukup tau dengan semua itu.

"Sebentar ya Nona," suster itu pergi dari hadapan Elena dan berjalan entah kemana.

Elena hanya diam, sedari tadi ia tidak putus-putusnya berdoa untuk ke sembuhan sang Bapak.

Beberapa menit kemudian suster itu datang kembali mendekati Elena yang masih terduduk di pinggiran brankar rumah sakit. Suster itu nampak menatap Elena dengan wajah yang sulit diartikan.

"Gimana Sus?" tanya Elena.

"Maaf Nona ternyata golongan darah Nona berbeda dengan pasien atas nama Dimas. Setelah melihat tes darah tadi Nona memiliki golongan darah A sedangkan pasien bergolongan darah O."

Mata Elena membulat mendengar penjelasan perempuan dihadapannya. Apa katanya? berbeda? tapi bagaimana mungkin? dirinya adalah anak dari Dimas tapi kenapa darahnya berbeda?

"Suster pasti salah, gak mungkin darah saya berbeda dengan Bapak saya sendiri." Elena tak percaya pada Suster itu, mungkin saja pekerja ini salah mengeceknya? atau mungkin kartu itu yang salah?

"Saya sudah mengecek beberapa kali Nona dan hasilnya tetap sama, berbeda. Saya sudah coba mengulang kembali melalu sampel darah Nona dan hasilnya memang tidak berubah."

Elena terdiam, fikirannya sudah pergi entah kemana sekarang. Jika darahnya tidak cocok, dirinya harus mencari pendonor dimana lagi untuk sang Bapak?

"Sebaiknya Nona menghubungi keluarga lainnya, siapa tau ada yang memiliki golongan darah yang sama dengan pasien, kami juga sedang berusaha mencari pendonor karna kita harus cepat melakukan tindakan." ucap sekali lagi Suster itu.

Mnedengar kata 'keluarga lainnya' membuat nama terlintas dikepala Elena. "Sa-saya akan cari pendonornya Sus," Elena segera turun dari brankar ini dan berjalan keluar. Ia akan menemui seseorang sekarang.

Elena segera melangkah keluar dari rumah sakit. Ia berlari menyusuri jalanan padat dikota ini. Elena harus cepat agar kondisi Bapaknya tidak semakin memburuk.

Ya, sekarang Elena akan pergi kerumah sang Kakak-Putri. Berhubung rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah sakit tempat sang Bapak dirawat Elena pun memilih untuk berlari daripada menaiki kendaraan.

Setelah beberapa menit, Elena sampai disebuah rumah yang cukup besar. Dengan segera ia mendekat kearah pintu rumah itu

Toktoktok!

"Kak! kakak ini Elena Kak, Elena mohon buka pintunya," teriak Elena dengan mengetuk - ngetik pintu dihadapannya.

Elena menghapus air matanya yang sudah mulai mengering diwajahnya. Ia harus tetap kuat dan tegar sekarang.

Toktoktok!

"Kak, Elena mau bicara sama Kakak, Elena mohon buka pintunya."

Elena masih mencoba mengetuk-ngetuk pintu untuk membuat pemilik rumah ini keluar.

"Ngapain kamu disini? gak sopan teriak-teriak."

Mendengar suara dari arah belakangnya membuat Elena berbalik dan menatap asal suara tersebut.

"Ma-maaf." Elena menatap wanita cantik dihadapannya.

"Mau ngapain lagi kesini?"

"Bapak Kak, Bapak butuh-" sebelum Elena menjelaskan tiba-tiba saja wanita itu memotong ucapannya.

"Uang lagi? Elena-Elena, udah gue bilang gue gak bisa bantu biaya rumah sakit Bapak. Lo pikir biaya rumah sakit gak mahal?" ya, wanita itu adalah Putri yang tak lain adalah sang Kakak, anak pertama dari Dimas.

Dengan cepat Elena menggelengkan kepalanya. "Elena kesini bukan mau minta uang, Elena cuma mau kakak bantu donorin darah buat Bapak. Bapak butuh pendonor Kak buat operasi, Elena mohon Kakak mau ya bantu Bapak?"

Harapannya sekarang hanyalah Putri karna wanita itu satu-satunya keluarga yang di milikinya.

Putri menaikkan kedua alisnya. "Donorin darah buat Bapak? kenapa gak lo aja sih? kenapa harus gue?"

Elena menunduk. "Elena g-gak bisa Kak." ia binggung bagaimana menjelaskan.

"Gue gak mau, lo cari aja sana pendonor lainnya." ketus Putri dengan berjalan menuju kearah pintu.

Elena yang melihat Kakaknya akan masuk kedalam rumah langsung mencegah Putri supaya tidak masuk. Ia belum selesai berbicara pada Kakaknya.

"Kakak gak mau bantuin Bapak? Bapak kritis Kak, apa Kakak gak kasian sama Bapak?!" ucap Elena, dirinya tidak habis fikir Kakaknya sekejam ini tidak mau membantu Dimas.

Putri memutar bola matanya malas menatap Elena yang berdiri dihadapannya. "Gak, kan ada lo anak kesayangannya Bapak jadi lo aja sana yang donorin Bapak."

"Elena mohon sama Kakak hiks, kasian Bapak Kak, Elena cuma minta Kakak donorin darah buat Bapak biar Bapak cepet di operasi." air mata Elena lagi-lagi turun. Ia memegang tangan Putri agar wanita itu mau membantu Dimas.

"Lo emangnya punya duit buat operasi Bapak? pake acara bilang biar cepet-cepet dioperasi. Kalo biayanya aja belum ada gak usah cari pendonor." sahut Putri dengan malas.

"Kakak gak usah mikirin biaya operasi Bapak, biar semua itu Elena yang mikirin. Elena cuma mohon Kakak mau donorin darah buat Bapak," Elena masih memegang telapak tangan Putri agar wanita itu tidak pergi lagi.

"Lepas!" Putri menghentakan tangannya untuk melepaskan tangan Elena dari tangannya. "Gue bilang gue gak mau! kenapa lo maksa? lagian lo sendiri juga bisa kali? kenapa harus gue sih?!"

Elena menggenggam kembali tangan Kakanya. "Elena mohon sama Kakak, kakak mau ya? sekalian Kakak jenguk Bapak hiks Elena mohon sama Kakak."

"Gue bilang gak ya enggak, lepasin!" Putri masih mencoba melepaskan tangannya dari Elena.

"Gak, Elena gak mau lepasin sebelum Kakak mau donorin buat Bapak." ucap Elena dengan kuat.

"Gue gak mau!"

"Elena mohon sama Kakak hiks."

Helaan nafas terdengar diwajah Putri. "Ck! yaudah! gue mau donorin darah buat Bapak setelah itu lo jangan ganggu hidup gue lagi dan jangan pernah kesini lagi!" tajam Putri.

Elena tersenyum masam. Akhirnya Kakaknya mau mendonorkan darahnya untuk Dimas walau dengan wajah terpaksa tapi Elena tetap senang Putri mau membantu sang Bapak dan menjenguk Dimas kerumah sakit.

↔↔↔

Terimakasih sudah membaca❤

Jangan lupa Like, vote, favorit dan komennya ya untuk mendukung cerita ini ya!

Salam manis buat semuanya😍

Terpopuler

Comments

Neli Allen

Neli Allen

terbuat dari apa ya otak fitri kok bs sekejam itu .ke bapak nya sendiri lagi bukan teman loh

2023-09-01

0

anisah

anisah

mungkin elena bukan anak kandung bapaknya ...

2023-07-24

0

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

sombong nya putri , kelewatan y semoga ngk ada penyesalan besok2 nya

2023-04-17

0

lihat semua
Episodes
1 ELENA ALYANDRA
2 BRYAN ATMAJA
3 BAB1: Bekerja
4 BAB2: Dipecat
5 BAB3: Rumah sakit (1)
6 BAB4: Rumah Putri
7 BAB5: Bertemu
8 BAB6: Kesal Bryan
9 BAB7: Iya atau tidak?
10 BAB8: Keputusan Elena
11 BAB9: Rumah Elena
12 BAB10: Kesedihan Elena
13 BAB11: Di Restaurant
14 BAB12: Kebaikan Elena
15 BAB13: Rumah Bryan
16 BAB14: Surat perjanjian
17 BAB15: Isi perjanjian
18 BAB16: Bertemu Abraham
19 BAB17: Donor Darah
20 BAB18: Curiga Putri
21 BAB19: Operasi kembali
22 BAB20: Amarah Abraham
23 BAB21: Sadar
24 BAB22: Di Kantin
25 BAB23: Kedatangan Abraham
26 BAB24: Menikah
27 BAB25: Kesal Elena (1)
28 BAB26: Sampai
29 BAB27: Gengsi
30 BAB28: Pesta
31 BAB29: Bertemu Wilson
32 BAB30: Wilson kecewa
33 BAB31: Insiden di kamar mandi
34 BAB32: Sarapan pagi
35 BAB33: Genggaman tangan
36 BAB34: Menemui Dimas
37 BAB35: Karna Pijatan
38 BAB 36: Rencana Meldi
39 BAB37: Tertarik?
40 BAB38: Paman Arlan
41 BAB39: Sosok Pria Di Figura
42 BAB40: Cemburu?
43 BAB41: Apa Aku Mencintainya?
44 BAB42: Perhatian Bryan
45 BAB43: Hamil?
46 BAB44: Kekesalan Chaca
47 BAB45: Salah Paham
48 BAB46: Rumah Sakit (2)
49 BAB47: Maaf
50 Bab48: Selamat Jalan Bapak
51 BAB49: Bertemu Putri
52 BAB50: Pemakaman
53 BAB51: Ke-Khawatiran Bryan
54 BAB52: Keputusan
55 BAB53: Bunga
56 BAB54: Cerai?
57 BAB55: Perdebatan Chaca dan Aiden
58 BAB56: Nasehat Abraham
59 BAB57: Rencana bekerja
60 BAB58: Sarapan Pagi
61 BAB59: Kesal Elena (2)
62 BAB60: Permintaan Chaca
63 BAB61: Berangkat
64 BAB62: Kecelakaan
65 BAB63: Tuduhan
66 BAB64: Elena tersadar
67 BAB65: Buta
68 BAB66: Kedatangan Putri
69 BAB67: Donor Mata
70 BAB68: Sarah Widiya
71 BAB69: Rencana Pertemuan
72 BAB70: Pertemuan
73 BAB71: Kekesalan
74 BAB72: Pernyataan Putri
75 BAB73: Kegembiraan
76 BAB74: Berdetak kencang
77 BAB75: Pulang bareng Putri
78 BAB76: Ungkapan Wilson
79 BAB77: Festival Pasar Malam
80 BAB78: Bertemu Putri
81 BAB79: Pulang
82 BAB80: Taman Belakang
83 BAB81: Sindiran Chaca
84 BAB82: Kode anak?
85 BAB83: Aiden
86 BAB84: CCTV Rumah
87 BAB85: Rencana Aiden & Chaca
88 BAB86: Aksi Chaca
89 BAB87: Pesta (2)
90 BAB88: Fakta
91 BAB89: Fakta (2)
92 BAB90: Pelukan
93 BAB91: Menyendiri
94 BAB92: Kehebohan Rumah Sakit
95 BAB93: Kunjungan Elena
96 BAB94: Artikel tentang Elena
97 BAB95: Malu!
98 BAB96: Kesal Chaca
99 BAB97: Perubahan Bryan
100 BAB98: Godaan Abraham
101 BAB99: Bulan madu?
102 BAB100: Sampai
103 BAB101: Di Kamar Hotel
104 BAB102: Teman Lama Bryan?
105 BAB103: Sakit Hati Elena
106 BAB104: Elena Cemburu?
107 BAB105: Bersiap Diri
108 BAB106: Pernyataan Cinta Bryan
109 BAB107: Jadi Mia itu?
110 BAB108: Aku mencintaimu [ End ]
111 Ekstra Part 1
112 Ekstra part 2
113 Ekstra part 3
114 Esktra part 4
115 Ekstra part 5
116 Ekstra part 6
117 Ekstra part 7
118 Ekstra part 8
119 Ekstra part 9
120 Ekstra part 10
121 Ekstra part 11
122 Ekstra part 12
123 Ekstra part 13
124 Ekstra part 14 [End]
Episodes

Updated 124 Episodes

1
ELENA ALYANDRA
2
BRYAN ATMAJA
3
BAB1: Bekerja
4
BAB2: Dipecat
5
BAB3: Rumah sakit (1)
6
BAB4: Rumah Putri
7
BAB5: Bertemu
8
BAB6: Kesal Bryan
9
BAB7: Iya atau tidak?
10
BAB8: Keputusan Elena
11
BAB9: Rumah Elena
12
BAB10: Kesedihan Elena
13
BAB11: Di Restaurant
14
BAB12: Kebaikan Elena
15
BAB13: Rumah Bryan
16
BAB14: Surat perjanjian
17
BAB15: Isi perjanjian
18
BAB16: Bertemu Abraham
19
BAB17: Donor Darah
20
BAB18: Curiga Putri
21
BAB19: Operasi kembali
22
BAB20: Amarah Abraham
23
BAB21: Sadar
24
BAB22: Di Kantin
25
BAB23: Kedatangan Abraham
26
BAB24: Menikah
27
BAB25: Kesal Elena (1)
28
BAB26: Sampai
29
BAB27: Gengsi
30
BAB28: Pesta
31
BAB29: Bertemu Wilson
32
BAB30: Wilson kecewa
33
BAB31: Insiden di kamar mandi
34
BAB32: Sarapan pagi
35
BAB33: Genggaman tangan
36
BAB34: Menemui Dimas
37
BAB35: Karna Pijatan
38
BAB 36: Rencana Meldi
39
BAB37: Tertarik?
40
BAB38: Paman Arlan
41
BAB39: Sosok Pria Di Figura
42
BAB40: Cemburu?
43
BAB41: Apa Aku Mencintainya?
44
BAB42: Perhatian Bryan
45
BAB43: Hamil?
46
BAB44: Kekesalan Chaca
47
BAB45: Salah Paham
48
BAB46: Rumah Sakit (2)
49
BAB47: Maaf
50
Bab48: Selamat Jalan Bapak
51
BAB49: Bertemu Putri
52
BAB50: Pemakaman
53
BAB51: Ke-Khawatiran Bryan
54
BAB52: Keputusan
55
BAB53: Bunga
56
BAB54: Cerai?
57
BAB55: Perdebatan Chaca dan Aiden
58
BAB56: Nasehat Abraham
59
BAB57: Rencana bekerja
60
BAB58: Sarapan Pagi
61
BAB59: Kesal Elena (2)
62
BAB60: Permintaan Chaca
63
BAB61: Berangkat
64
BAB62: Kecelakaan
65
BAB63: Tuduhan
66
BAB64: Elena tersadar
67
BAB65: Buta
68
BAB66: Kedatangan Putri
69
BAB67: Donor Mata
70
BAB68: Sarah Widiya
71
BAB69: Rencana Pertemuan
72
BAB70: Pertemuan
73
BAB71: Kekesalan
74
BAB72: Pernyataan Putri
75
BAB73: Kegembiraan
76
BAB74: Berdetak kencang
77
BAB75: Pulang bareng Putri
78
BAB76: Ungkapan Wilson
79
BAB77: Festival Pasar Malam
80
BAB78: Bertemu Putri
81
BAB79: Pulang
82
BAB80: Taman Belakang
83
BAB81: Sindiran Chaca
84
BAB82: Kode anak?
85
BAB83: Aiden
86
BAB84: CCTV Rumah
87
BAB85: Rencana Aiden & Chaca
88
BAB86: Aksi Chaca
89
BAB87: Pesta (2)
90
BAB88: Fakta
91
BAB89: Fakta (2)
92
BAB90: Pelukan
93
BAB91: Menyendiri
94
BAB92: Kehebohan Rumah Sakit
95
BAB93: Kunjungan Elena
96
BAB94: Artikel tentang Elena
97
BAB95: Malu!
98
BAB96: Kesal Chaca
99
BAB97: Perubahan Bryan
100
BAB98: Godaan Abraham
101
BAB99: Bulan madu?
102
BAB100: Sampai
103
BAB101: Di Kamar Hotel
104
BAB102: Teman Lama Bryan?
105
BAB103: Sakit Hati Elena
106
BAB104: Elena Cemburu?
107
BAB105: Bersiap Diri
108
BAB106: Pernyataan Cinta Bryan
109
BAB107: Jadi Mia itu?
110
BAB108: Aku mencintaimu [ End ]
111
Ekstra Part 1
112
Ekstra part 2
113
Ekstra part 3
114
Esktra part 4
115
Ekstra part 5
116
Ekstra part 6
117
Ekstra part 7
118
Ekstra part 8
119
Ekstra part 9
120
Ekstra part 10
121
Ekstra part 11
122
Ekstra part 12
123
Ekstra part 13
124
Ekstra part 14 [End]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!