Dukungannya ya jangan lupa!
Ikutin terus autornya dengan like, vote dan komen seiklasnya.
HAPPY READING GUYS❤
↪↪↪
Surat perjanjian pra-nikah.
Pihak 1: Bryan Atmaja
Pihak 2: Elena Alyandra
Pihak kedua harus mentaati setiap peraturan yang diberikan pihak pertama selama pernikahan itu berlangsung.
Diantaranya:
1. Pihak pertama selalu benar.
*2. Pihak kedua diharuskan menuruti semua perintah pihak pertama, tidak boleh menolak apa lagi menentangnya.
Pihak kedua tidak boleh mengucapkan kata cerai. Hanya pihak pertama yang boleh memutuskan kelangsungan pernikahan itu.
Selama pernikahan berlangsung, pihak kedua tidak boleh berdekatan dengan seorang pria manapun karna pihak pertama tidak menyukai itu. Begitu pun sebaliknya*.
Pernikahan ini saling menguntungkan kedua belah pihak, jika sudah tertanda tangan berarti keduanya tidak merasa dirugikan dan tidak boleh diganggu gugat.
Jika dirasa ada yang melanggar akan dikenakan sanksi, denda dan hukuman.
Tertanda tangan
Pihak kedua
_
Elena menatap surat perjanjian itu lalu menatap Bryan yang juga menatapnya dengan senyuman andalannya itu. Apa-apaan ini? mengapa jadi Dokter itu yang mengatur semuanya?
"Bagaimana? kau setuju?" sahut Bryan menaikkan salah satu alisnya menatap Bryan.
"Jika aku tidak mau menandatangani ini ba-bagaimana?" tanya Elena. Isi-nya memang tidak terlalu berat untuknya tapi menuruti semua perintah Dokter itu yang ia sedikit takuti. Awal pertemuan saja Dokter itu menyuruhnya untuk menyetir mobil, bagaimana selanjutnya coba? soal berdekatan dengan pria lain, Elena tidak masalah karna ia memang tipikal orang yang tidak mudah dekat dengan seseorang, tentang berdekatan dengan Dokter ini hanya paksaan.
"Kau tinggal pergi dari sini dan bawa Ayahmu itu dari Rumah sakit-ku, kau bayar semua pembayaran pengobatan Ayahmu dan juga biaya operasinya. Dan jangan harap akan ada Rumah sakit yang mau menerima Ayahmu lagi." kejam Bryan.
Elena menghela nafasnya pelan, Dokter ini lagi-lagi mengancamnya dengan sang Ayah. Apa tidak ada ancaman lain? jika sudah soal Ayahnya Elena memilih menyerah, ia tidak mau Dimas kenapa-napa apalagi sekarang kondisinya sedang sakit jadi Elena tak punya pilihan lain.
"Baiklah," Elena mengambil pulpen yang diberikan pria dihadapannya lalu mendatangani surat itu diatas meja yang ada disampingnya.
Selesai mendatangani surat itu Elena pun menyerahkannya pada Bryan.
"Aku juga punya peraturan untuk Dokter," sahut Elena setelah memberikan kertas tersebut.
"Aku tidak menyuruhmu untuk membuat peraturan lagi." dingin Bryan.
Elena menekukkan wajahnya, jika Dokter ini membuat peraturan artinya dirinya juga harus memiliki peraturan bukan? pernikahan ini menguntungkan kedua belah pihak yang artinya keduanya harus sama-sama diuntungkan. Jadi jika Dokter ini membuat peraturan, Elena pun harus mempunyai peraturan.
Bryan menatap wajah Elena yang menekuk. Sepertinya ia memiliki hobi baru. Ia senang jika melihat wajah wanita dihadapannya ini kesal karna terlihat menggemaskan menurutnya.
"Ini pernikahan yang menguntungkan keduanya bukan? kedua belah pihak seharusnya diberikan kesempatan yang sama. Jika Dokter membuat peraturan, aku pun harus membuat peraturan." Elena tetap ingin menyeruakan peraturannya.
"Jika aku tidak peduli dengan peraturan yang kau buat bagaimana?"
"Kita batalkan saja perjanjian ini!" telak Elena, ia lebih baik membatalkan pernikahan ini, Ia merasa tidak adil jika seperti ini.
Bryan menaikkan salah satu alisnya, wanita ini sepertinya mulai berani padanya. "Yasudah kalo begitu kau tinggal bayar saja semua biaya nya, jika kau tidak membayar lunas hari ini juga aku akan membawa kasus ini ke-pengadilan."
Mata Elena seketika membulat mendengar itu.
Lagi-lagi mengancam! kenapa Dokter ini senang sekali mengancamku dengan urusan uang?
"Ak-aku hanya mempunyai satu peraturan, jika Dokter memiliki empat maka aku hanya memiliki satu peraturan." ucap Elena sekali lagi agar Dokter ini mau mendengarkan peraturannya.
Karna penasaran dengan peraturan dari wanita dihadapannya, Bryan pun pasrah. "Yasudah, apa peraturan mu?"
"Tidak ada kontak tubuh."
Wajah Bryan nampak berubah mendengar itu. "Maksud mu?"
"Aku tidak mau dipernikahan ini ada hubungan badan layaknya suami istri." ujar Elena. Ia tidak mau ada hubungan badan diantara keduanya. Elena tidak mau memberikan kesuciannya pada pria yang sama sekali tidak ia cinta.
Bryan sedikit terkekeh mendengar ucapan wanita dihadapannya, lantas ia mendekat kearah Elena membuat wanita itu mundur kebelakang.
Elena gugup sekarang. Pria itu mulai mendekatinya alhasil ia memilih untuk berjalan mundur agar jarak mereka tidak berdekatan tapi sayangnya Bryan tetap melangkah mendekatinya sampai punggung Elena menempel pada dinding dibelakangnya.
"Dok-dokter mau apa?!" ucap Elena sedikit takut.
Posisi keduanya saling berdekatan sekarang, mungkin hanya tinggal beberapa jengkal saja.
Bryan memajukan wajahnya pada wajah Elena. Pria itu nampak tersenyum miring. "Memangnya kau pikir aku mau dengan tubuh kurusmu itu? lagian juga aku tidak mungkin tergoda dengan tubuh kecilmu jadi jangan harap aku akan memberikan tubuhku juga padamu." setelah berbicara itu Bryan pun mundur menjauh dari tubuh Elena.
Elena masih diam, detakan dijantungnya semakin bergetar kencang, antara takut dan tegang. Ia mencoba menormalkan deru nafasnya dengan wajahnya agar tidak gugup.
"Dan juga aku tidak mau Dokter menyentuhku setelah kita menikah nanti." lanjut Elena.
"Kau bilang kau hanya memiliki satu peraturan lalu sekarang kau malah mengucapkan dua peraturan." Bryan menatap Elena dingin.
"Itu sama sa-saja." hubungan badan dan menyentuh tubuh sama saja bukan? sama-sama bersentuhan. Elena tidak mau Dokter ini menyentuhnya untuk kewaspadaan.
"Itu berbeda. Aku akan menuruti ucapan peraturan pertama, tidak ada hubungan badan layaknya suami istri. Untuk peraturan kedua yang kau ucapkan aku tidak mau menerimanya."
Elena menengguk salivanya kasar, jadi maksud dokter ini bagaimana? ia masih tidak mengerti.
"Aku bebas untuk menyentuhmu setelah menikah nanti." Bryan mendekatkan wajahnya pada telinga Elena untuk membisikan sesuatu. "Jadi persiapkan dirimu."
Tubuh Elena diam tidak bergeming, ia membatu mendengar itu. Siap untuk apa?
Bryan kembali pada posisi berdirinya masih dengan berhadapan dengan Elena. "Kau istirahat saja disini, sekarang aku akan kembali ke rumah sakit lagi."
Seketika Elena mengingat jika sang Bapak yang masih berada dirumah sakit. "Aku ikut." ucapnya.
Elena ingin menemani sang Ayah dirumah sakit, kasihan Dimas jika berada disana sendirian.
"Tidak usah, kau lebih baik istirahat saja." tolak Bryan. Perjalanan mereka tadi cukup memakan waktu jadi ia tau jika Elena pasti kelelahan.
"Tapi Bapak-" sebelum Elena menjawab tiba-tiba saja suara memotongnya.
"Aku yang akan menyuruh orang untuk menjaga Bapakmu itu jadi kau tenang saja."
Akhirnya Elena mau tak mau mengangguk. Jika ia tetap berbicara pun akan kalah dengan Dokter itu, jadi Elena memilih untuk meng-istirahatkan tubuhnya dan mungkin nanti setelah tubuhnya sedikit segar ia akan kembali kerumah sakit untuk menjaga sang Bapak.
Bryan pun berbalik dan melangkah keluar untuk keluar dari rumah ini. Jadwal Bryan cukup padat hari ini jadi dirinya harus kembali kerumah sakit.
Elena hanya diam menatap Bryan yag sudah keluar dari kamar ini dan tidak terlihat lagi dimatanya. Ia menatap sekeliling ruangan tempat ia berdiri sekarang. Cukup memiliki tekstur yang indah dan barang-barangnya pun tertata dengan rapih. Ia masih tidak percaya akan tinggal disini karna memang sebelumnya Elena sama sekali tidak pernah tidur atau berkunjung ke rumah mewah seperti ini. Rumah milik Kakaknya saja masih dibawah rata-rata dari besarnya Rumah milik dokter Bryan.
"Lebih baik aku mandi dulu," Elena melangkah menuju salah satu pintu yang tetutup rapat. Ia berjalan mendekati pintu tersebut dan membukanya lebar-lebar.
Mata Elena lagi-lagi membulat kagum. Besar, kata itu tergambarkan dimatanya sekarang.
Elena berjalan masuk kedalam ruangan itu, ya ini adalah kamar mandi. Cukup besar ukurannya mungkin besarnya hampir seperti kamar miliknya dulu.
Karna merasakan badannya sedikit lengket Elena pun segera menutup kembali pintu kamar mandi. Sekarang ia akan membersihkan tubuhnya agar wangi dan tidak lengket.
___
Beberapa menit kemudian Elena keluar dari kamar mandi, ia sudah selesai membersihkan badannya jadi sekarang waktunya ia berganti pakaian.
"Aku ke rumah sakit langsung aja kali ya? kasian Bapak," gumam Elena pelan dengan membuka-buka tasnya untuk mencari pakaian yang akan ia kenakan.
Setelah memakai pakaiannya Elena segera bergegas membawa tas yang ia selempangkan di pundak lalu berjalan keluar dari kamar. Ia memakai dress putih polos yang cukup sederhana. Baju ini adalah salah satu kesayangannya karna dress ini pemberian almarhumah Ibunya saat Ibunya itu masih hidup.
Elena segera berjalan perlahan menuju ruang tamu, ia melangkah dengan mengendap-ngendap karna dirinya tiba-tiba mendengar suara dari arah hadapannya.
Elena menghentikan langkahnya ketika melihat seorang pria dewasa yang sepertinya usianya jauh diatasnya dengan seorang gadis cantik yang berdiri disamping pria itu.
"Kamu siapa?"
___
Hayoloh itu siapa ya kira-kira?
Terimakasih sudah membaca❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
anisah
pasti papa Bryan tenang aja pasti orangnya ngk jauh beda sama mama Bryan orang nya welcom kok..
2023-07-24
0
Katherina Ajawaila
Thour buat Brayn org nta baik thour ngk ego,
2023-04-17
0
Ida Blado
paling sebel kalau ceweknya kek nutrijell
2022-12-06
0