Elena menghapus matanya dan berlari keluar dari rumah sakit ini. Ia akan pergi ke-rumah kakanya untuk memberitahu ini semua.
Disepanjang jalan ia juga mencoba untuk menelpon sang kaka tapi sayangnya telponnya malah dimatikan, entah kakanya itu sedang apa tapi ia berdoa saja agar Putri berada dirumahnya.
Elena berlari menuju rumah kakanya, karna jarak antara rumah sakit dan rumah kakanya itu tidak terlalu jauh jadi Elena lebih baik berlari daripada membuang uangnya untuk menaiki tranportasi.
Air matanya tidak kunjung berhenti diwajah cantiknya, ia takut terjadi apa-apa pada Bapaknya.
Tunggu ya Pak, semoga ka Putri mau bantu biaya rumah sakit Bapak hiks
Beberapa menit berlari akhirnya Elena sampai didepan rumah yang cukup besar menurutnya, ia segera masuk kedalam halaman rumah tersebut dan mengetuk pintu utama rumah ini.
Tok tok tok!
"Ka! ka Putrii! ini Elena kak!" teriaknya dengan mengetuk pintu rumah kakanya.
"Kakak!! bukain pintu nya! Elena tau pasti kakak didalam!" teriak kembali Elena masih dengan mengetuk pintu rumah kakanya.
"Hiks kak!" Elena masih mencoba memanggil kakanya tapi sayangnya pintu dihadapannya ini masih belum terbuka.
Tapi tak lama pintu itu pun terbuka dan menampilkan sesosok perempuan cantik yang sangat familiar di-mata Elena.
"Hiks kak Bapak kak." Elena menangis dihadapan Putri-Kakanya.
Ya! yang membuka pintu itu adalah Putri yang tak lain adalah sang kaka, wajah Putri nampak malas menatap adik semata wayangnya ini.
"Apa? kamu mau minjem uang lagi? kakak gak punya uang. udah kamu pergi sana." sahut Putri dengan malas.
Elena menggelengkan kepalanya. Ia meraih tangan sang kaka dan mengenggamnya erat. "Bapak kak, Bapak masuk rumah sakit hiks katanya bapak kena tumor hiks dikepalanya." air mata Elena masih menetes menatap sang kaka yang hanya biasa-biasa saja mendengar penjelasanya tadi.
"Jadi intinya lo mau apa kesini?" sinis Putri.
Elena menarik nafasnya kasar. "Bapak harus segera dioprasi kak tapi aku gak punya uang buat bayar-." sebelum Elena melanjutkan ucapannya tiba-tiba saja Putri menghempaskan tangannya kasar.
"Tuh kan! kenapa sih setiap lo kesini pasti minjem duit terus? emang kata lo biaya rumah sakit gak mahal apa?" Putri melipatkan kedua tangannya di-dada.
Elena menghapus air-matanya dan menatap sang kaka. "Kakak mau kan bayar rumah sakit Bapak?" tanyanya pelan.
"Gak! cari uang itu susah! gue gamau ngeluarin duit gue cuma buat bayar operasi Bapak jadi mending lo cari aja duit sendiri sana," Putri berbalik dan menutup pintu rumahnya tapi sebelum itu Elena menahan agar pintu dihadapannya ini tidak tertutup.
"Itu Bapak loh kak! Bapak! kalo Bapak kenapa-napa gimana hah? hiks Bapak dulu kerja keras biar kakak bisa kuliah, tapi kenapa kak Putri malah giniin Bapak?" Elena tak menyangka kakaknya tidak mau membantu biaya operasi Bapaknya.
Putri menghela nafasnya dan menatap adiknya. "Itu udah tugas dia, seorang Bapak emang harus nyekolahin anak-nya sampai lulus! udah cukup gue ngirimin uang tiap bulan ke lo buat Bapak jadi lo mending pergi sana karna gue tetep gakmau ngeluarin uang sepeser-pun cuma buat biaya rumah sakit!"
Elena menangis menatap sang kakak yang segitu teganya dengan Bapaknya. Padahal sekarang mereka hanya punya Bapak jadi sudah seharusnya mereka menjaga satu-satunya orang tua yang mereka miliki. "Uang yang kakak kirim itu cuma cukup buat kontarakan sama listrik! belum biaya makan sama yang lainnya kak! emang kakak pikir uang yang kakak kirim ke aku cukup buat hidup sehari-hari? gak cukup kak! gak cukup hiks." Elena menangis menatap Putri yang masih santai dengan wajah biasanya.
"Ya sisanya lo lah kan Bapak punya dua anak masa harus gue sih yang nampung semuanya? lagian lo udah lulus SMA jadi pastinya lo udah kerja, masa duit biaya rumah sakit aja gak punya." Putri menatap sinis Elena yang menatapnya dalam.
"Aku baru dipecat kak dari kerjaan aku hiks aku juga belum digaji bulan ini hiks." jelas Elena membuat Putri membulatkan mulutnya.
"Dipecat? kasian." ucapnya sedih. "Tapi tetep aja gue gamau ngeluarin uang buat Bapak." kejam Putri membuat Elena memegang tangan kakaknya erat dan memohon agar Putri mau meminjam-kan uangnya untuk biaya rumah sakit karna penyelamatnya sekarang hanya kakaknya lah.
"Elena mohon kak, Elena bakal ganti uang kakak nanti hiks Elena janji bakal ganti semuanya tapi kakak mau ya bayar uang rumah sakit Bapak." Elena memohon agar sang kakak mau membantunya.
Dengan cepat Putri menghempaskan tangannya dari tangan Elena yang membuat adiknya itu tersentak kaget.
"Gue bilang enggak ya enggak! lagian kalo lo mau ganti lo mau bayar pake apaan hah? kerjaan aja gak punya pake mau sok-so'an ganti." Putri memutar bola matanya malas.
"Hiks Elena mohon sama kakak, kalo Bapak gak di-operasi secepatnya nanti Bapak kenapa-napa hiks." Elena takut jika Bapaknya harus menyusul sang ibu yang sudah tenang disana, ia tak mau ditinggal oleh sang Bapak.
"Terus gue peduli gitu? udah deh sana! lo kesini cuma buang waktu gue aja tau gak!"
"Kak, Elena mohon kak. Elena gak tau harus minjem kesiapa lagi buat biaya Bapak hiks." Elena masih memohon pada kakanya tapi sepertinya Putri tetap acuh.
"Lo jual aja tuh tubuh lo biar dapet duit."
Deg!
Hati Elena sakit mendengar itu, kenapa kakaknya ini mengatakan hal itu padanya? padahal seharusnya kakaknya ini menggantikan posisi ibunya dikehidupannya tapi kenapa dengan teganya Putri mengatakan hal itu?
"Hiks hiks Elena gak mungkin pake cara kotor itu kak." ucap Elena dengan menggelengkan kepalanya.
"Cuma itu cara biar lo cepet dapet duit dan gak ngemis kek gini ke gue!"
Elena langsung menghapus air matanya dan menatap tajam kakaknya. "Elena gak ngemis! Elena cuma mau kakak bantu biaya operasi Bapak! Bapak itu satu-satunya orang tua yang masih ada kak!"
Putri masih diam menatap acuh adiknya.
"Ibu diatas sana pasti kecewa ngeliat kakak yang lupa diri kayak gini! oke kalo kakak gak mau bantu biaya operasi Bapak, Elena pergi dari sini." setelah megucapkan itu Elena berlari menjauh dari rumah sang kaka.
Hatinya sakit sekaligus kecewa mendengar kakaknya yang sama sekali tak mempedulikan sang ayah. Menurutnya pasti kakaknya punya banyak uang karna memang dia cukup sukses dipekerjaannya tapi kenapa Putri tak mau membantunya membayar rumah sakit? walau sedikit tidak masalah bukan?
*Hiks Buu aku harus apa sekarang? barang dirumah juga udah dijualin hiks apa aku harus ngikutin apa yang dibilang kak Putri tadi*?
↔↔↔
Suportnya jangan lupa!
Kalo ada kata-kata atau kalimat yang salah mohon koreksi dan kritikannya ya😙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
anisah
anak durhaka si putri ...ingat kisah Malin kundang ngk km put??
2023-07-21
0
Katherina Ajawaila
putri hatinya terbuat dr apa y, saudara kandung ada juga sih, yg kaya gitu di dunia nyata😉😉😉😉
2023-04-17
0
Yani
Putri anak durhaka
2023-01-16
0