Hasan berangakat ke London bersama Grissam dan Elois karena saat di London Hasan akan tinggal bersama Kakek dan Neneknya "Tolong jaga Hasan Om..Tante.." pesan Arman ketika mereka sampai dibandara.
Grissam dan Elois mengangguk "Kami akan menjaga cucu kami Man," kata Grissam meyakinkan Arman.
Mata Melati berkaca-kaca saat melihat Hasan "Kakak hati-hati ya, jangan lupakan Melati," ucap Melati dengam suara menahan tangis.
Hasan tersenyum dan mendekat kearah Melati "Insya Allah Kakak akan baik-baik saja, jaga dirimu baik-baik dan belajar yang rajin," pesan Hasan membuat Melati tidak kuasa menahan tangisnya yang sedari tadi dia tahan.
Melati ingin memeluk namun apa daya mereka bukan lah sepasang kekasih halal "Jangan menangis, kita akan tetap berkomunikasi," ucap Hasan, tangannya mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan memberikan sesuatu itu untuk Melati.
"Untukku?" tanya Melati senyumnya mengembang dibibirnya mendapat sesuatu dari Hasan.
Hasan mengangguk dan memberikan senyumannya kepada Melati, Melati menunduk malu dan dia yakin jika kini wajahnya sudah seperti kepiting rebus.
"Jef...ingat kamu harus selalu dibelakang Tuan Muda," pesan Arman kepada Jefry.
"Siap Tuan," Jefry menundukkan kepalanya.
Hasan hanya bisa menghembuskan nafasnya mendengar pesan dari Arman, Hasan tahu sekarang Hasan harus lebih beradaptasi dengan keadaannya saat ini.
Mendengar pesawat yang akan Hasan tumpangi akan segera berangkat, Hasan dan yang lain berpamitan kepada Arman,Rumi dan Melati, Hasan pun melangkah pergi meninggalkan mereka dan mata Melati tak lepas dari memandang kepergian Hasan hingga tak terlihat oleh matanya lagi.
Arman sebenarnya sudah menyuruh Hasan untuk menaiki Jet pribadi Jacson, namun Hasan menolak dengan alasan pengalaman pertamanya, Arman pun tak memaksa Hasan untuk menaiki Jet Jacson yang secara otomatis sudah menjadi milik Hasan.
Melati kembali kerumahnya tanpa semangat lagi, wajahnya terlihat tak ceria seperti biasanya "Mel..." Rumi menyentuh kepala Melati yang tengah menyender dikursi.
Melati menengok kearah ibunya "Iya Mah," jawab Melati lemas.
"Masih kehilangan Hasan?" Melati tidak menjawab pertanyaan ibunya, matanya menatap kosong jalanan yang sedang dia lalui dibalik kaca mobil.
Rumi menghembuskan nafasnya pelan "Berjauhan itu akan menjadikan hati kalian kuat satu sama lain, dan untuk menguji hati kalian juga," tutur Rumi.
Melati menghembuskan nafasnya pelan lalu menganggukan kepalanya pelan mengiyakan apa yang ibunya katakan "Pah. kenapa keluarga Paman Panji tidak ikut untuk mengantar Kak Hasan?" tanya Melati yang dari awal tidak melihat keberadaan mereka untuk sekedar mengantar Hasan.
Arman melirik Melati dari spion mobilnya "Papah juga gak tahu Mel, cuman kata Hasan dia sudah berpamitan kepada keluarga Paman Panji waktu beberapa hari yang lalu," tutur Arman.
Melati mengangkat alisnya heran "Aneh saudara sendiri kok begitu ya Pah," umpat Melati.
"Jangan berprasangka buruk sayang, siapa tahu mereka ada keperluan yang tidak bisa mereka tinggalkan," nasehat Rumi kepada Melati, Melati pun meminta maaf dan kembali diam.
^
"Pah..." teriak Zaki saat memasuki rumah.
"Apaan sih Zak, kok teriak-teriak begitu?" saut Ayu menghampiri Zaki.
"Papah mana Mah?" tanya Zaki.
"Papahmu lagi dikamar, dia sedang sakit Zak," ucap Ayu sedih.
"Papah sakit? aduh maaf ya Mah. Zaki tidak tahu, Zaki baru sempat mampir kerumah ini," ucap Zaki sambil berjalan kekamar menjenguk Papahnya.
"Iya gak papa Zak, Mamah dan Papah tahu kok," ucap Ayu yang berjalan dibelakang Zaki.
Zaki berhenti sebentar dan menghadap ibunya "Putra mana?" tanya Zaki yang tidak melihat Putra sama sekali.
Ayu terdiam menghembuskan nafasnya dengan kasar "Mamah gak tahu Zak, anak itu semakin gak bisa diatur dan dinasehati!" kesal Ayu.
Zaki terdiam dan melanjutkan langkahnya kekamar papahnya "Anak itu benar-benar harus dikasih pelajaran Mah!" ujar Zaki yang sangat geram dengan tingkah adiknya.
"Pah..." panggil Zaki saat memasuki kamar Panji.
Panji menengok kesumber suara "Zak-ki..." gumam Panji dengan suara lirih.
Zaki duduk disamping ranjang sang ayah lalu menggenggam tangan Panji "Kita kedokter ya Pah," Panji tersenyum mendapatkan perhatian dari anak sulungnya.
"Papah sudah kedokter sayang, jangan khawatirkan Papah, kamu urus perusahaan agar sukses," tutur Panji kepada anak sulungnya.
Zaki mengangguk dan berjanji kepada Panji untuk mengurus perusahaannya dengan baik, Setelah menjenguk Zaki meminta ijin untuk keluar sebentar, Zaki pun berjanji malam ini akan menginap dirumah orangtuanya.
^
Zaki menjalankan mobilnya kecafe yang biasa dia datangi, Zaki ingin sekedar bersantai. Zaki keluar dari mobil dan berjalan masuk kecafe, matanya mengedar mencari tempat duduk yang kosong, namun matanya menangkap seorang wanita yang dia kenal beberapa waktu lalu saat main kerumahnya bersama kedua orangtuanya.
Senyum dibibir Zaki mengembang, dia pun melangkahkan kakinya mendekat kearah wanita yang berhasil mencuri perhatiannya, wanita itu sedang melamun sambil mengaduk minumannya "Assalamualaikum." salam Zaki saat sudah berada disamping wanita itu.
Wanita itu tersadar dari lamunannya dan langsung menjawab salam Zaki "Wa'alaikumsalam." jawab Melati.
Wanita itu adalah Melati yang pernah datang kerumah Panji bersama dengan kedua orangtuanya saat mencari Hasan, Zaki tersenyum dan menawarkan diri untuk ikut duduk, Melati pun mengiyakan karena Melati ingat bahwa lelaki tersebut adalah sepupuan dengan Hasan.
"Sendirian?" tanya Zaki saat tidak melihat siapapun yang menemani Melati.
"Iya," jawab acuh Melati.
"Bagaimana kabarmu dan keluargamu?" tanya Zaki lagi.
"Alhamdulillah baik semua Kak," jawab Melati tanpa melihat kearah Zaki.
Zaki tersenyum simpul dengan sikap Melati, jarang ada yang tidak mau melihatnya, tapi kini Zaki diacuhkan oleh seorang wanita, dan itu membuat Zaki merasa penasaran.
"Kabar Hasan bagaimana?" mendengar kata Hasan, Melati langsung melihat kearah Zaki.
"Memang Kakak tidak tahu?" tanya Melati mengangkat kedua alisnya.
Zaki terdiam dan menggelengkan kepalanya, Melati menghembuskan nafasnya "Kak Hasan sudah berangkat ke London," jawab Melati kembali melihat dan mengaduk minumannya.
"Ke London? kok aku gak tahu?" Zaki bertanya-tanya sendiri.
"Hem. kata Papah Kak Hasan sudah berpamitan kepada Paman Panji dan Bibi Ayu waktu beberapa hari yang lalu, tapi tadi tidak ada yang mengantarnya kebandara. hanya ada aku, Papah dan Mamah," ucap Melati kesal.
Zaki terkesiap dengan penuturan Melati, dirinya merasa bersalah namum Zaki benar-benar tidak tahu soal keberangkatan Hasan "Maaf...aku benar-benar tidak tahu kalau Hasan akan berangkat ke London, dan mungkin orangtuaku tidak bisa mengantar Hasan, karena Papahku sedang sakit sekarang," tutur Zaki menjelaskan.
Melati terkejut dan berhenti memainkan sedotan yang ada digelas minumannya lalu melihat Zaki dengan tatapan bersalah "Melati minta maaf Kak, Melati tidak tahu kalau Paman Panji sedang sakit, Kak Hasan pasti sedih kalau mendengar kabar Pamannya sakit," ucap Melati sungguh-sungguh.
Zaki tersenyum "Gak papa, kamu gak salah dan jangan beritahu Hasan, kasihan dia nanti jadi kepikiran disana," tutur Zaki.
"Kak Zaki baik dan dewasa, tapi kenapa Putra begitu menyebalkan!" batin Melati.
(besok lagi Insya Allah 😊😊)
Maaf sangat sangat telat karena ada gangguan 😂😂😂
ah elah kebanyakan alesan lu thor, bilang aja males😂😂
bukan males ay tapi sungguh tidak sempat 😂😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yolanda Tahalea
biar melati sama zaki ajh thor si putra biar keseeellll 😜😜😎😎😈😈
2021-09-08
1
Rosalba
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2021-04-15
3
Angela Jasmine
Lanjuuuttt ❤️❤️
2020-07-30
0