Hasan berjalan menyusuri jalan, menapakan kakinya jalanan ini membuat hati Hasan menangis pilu, kenangan saat berjalan kaki dengan kedua orangtuanya terlintas seperti reka adegan ulang dalam benaknya.
Rasanya waktu itu belum lama, namun kenyataannya mereka telah lama pergi, rasa rindu yang semakin menggebu, ingin segera bertemu namun lagi-lagi takdir yang berkuasa.
Hasan tersenyum getir saat telah sampai dihalaman rumahnya dulu, sejenak Alfin berdiri memandang sekeliling rumah yang kini telah menjadi kenangan "Ayah,Ibu aku pulang lagi kesini, sekarang bukan hanya untuk menengok tapi untuk tinggal disini." suara getir Hasan dalam hati.
Hasan memperbaiki gendongan tasnya lalu mengucapkan "Bismillahirrohmanirrohiim." lalu Hasan melangkah menuju pintu rumahnya, sebelum Hasan masuk kedalam rumah, Hasan mengucapkan salam.
Hasan masuk kedalam kamar kedua orangtuanya dulu, Hasan duduk disisi ranjang dan menatap lemari tempat pakaian kedua orangtuanya dulu, Hasan lalu berdiri dan membuka lemari tersebut "Apa ini?" Hasan melihat ada sesuatu yang aneh.
"Ini pasti punya Ibu." gumam Hasan lalu duduk disisi ranjang sambil membawa kotak kayu yang berukuran sedang berwarna cokelat ditangannya.
Perlahan Hasan membuka kotak tersebut, namun Hasan kesulitan membukanya karna kotak itu ternyata menggunakan sandi untuk membukanya.
Hasan mencoba satu-persatu kata sandi menggunakan tanggal lahir kedua orangtuanya, namun kotak tersebut masih belum bisa dibuka "Kok gak bisa." gumam Hasan.
Saat Hasan menggunakan kata sandi berdasarkan tanggal lahirnya, Hasan tersenyum karna kotak tersebut bisa dibuka "Apa isinya ya?" Hasan bertanya sendiri.
Hasan membuka kotak tersebut dengan rasa penasaran "Cuman kertas?" Hasan mengernyitkan keningnya bingung dengan isi kotak tersebut yang hanya berisi kertas yang tergulung dan diikat dengan pita merah kecil.
^
Dirumah Panji
Arman masih tak habis pikir dengan apa yang anak Panji lakukan terhadap Hasan, selama ini Arman pikir kehidupan Hasan baik-baik saja, karna Hasan slalu berkata baik-baik saja.
"Aku tak habis pikir padamu wahai anak muda, engkau mengusirnya tanpa alasan yang jelas!" Arman berucap sambil menatap Putra dengan tajam.
"Lalu Paman sendiri kenapa begitu peduli dengan gembel itu! dia itu pembawa sial Paman!" Putra masih tidak takut akan tatapan Arman.
"Putra berhenti berbicara apapun!" Panji mengeraskan suaranya.
"Assalamualaikum." tiba-tiba seseorang masuk kedalam rumah Panji.
"Wa'alaikumsalam." serempak menjawab salam dan melihat siapa yang datang, ternyata Zaki anak pertama Panji dan Ayu.
Zaki melihat ada Paman Arman, Zaki segera memberi salam sopan dan menyalimi tangannya, Arman membalas salam Zaki.
"Ada apa?" tanya zaki yang melihat tidak ada kehangatan seperti biasanya.
"Kenapa kalian mengusir Hasan!" ucap Arman dingin.
Deggg Zaki mematung mendengar pertanyaan Arman, Zaki juga tidak tau harus bicara apa kepada mereka "Maaf kan kami Paman," Zaki menunduk merasa bersalah karna tak bisa mencegah Putra mengusir Hasan.
"Sudahlah! saya tidak mau membuang waktu untuk kalian, berapa kerugian perusahaanmu Panji?" tanya Arman ingin segera pergi dari rumah dan mencari Hasan.
"Maksudnya?" tanya Panji yang bingung dengan arah bicara Arman.
"Cepat katakan! tidak usah mengulur waktuku!" ucap Arman dengan tegas.
"Sabar Pah," Rumi mengusap tangan sang suami untuk meredakan amarahnya.
Panji yang merasa takut dengan Arman sekarang hanya bisa pasrah "1Milyar Pak," ucap Panji takut dan menunduk, begitu juga dengan Ayu.
Arman lalu menghubungi seseorang "Bawakan uang 1Milyar, aku akan share lokasinya sekarang!" ucap Arman ditelfon.
"Siap bos!" ucap Jefry Asisten kantor HJ.GRUP dibalik telfon.
HJ.GRUP adalah nama kantor Jacson ayah Hasan, perusahaan yang sangat disegani, berkat kepemimpinan Jacson yang cerdas dan hebat. Selama Jacson tidak ada perusahaan itu berada dalam kuasa Arman dan Jefry, dan semua berjalan semakin maju, berkat dedikasi Jacson semasa hidupnya.
Jefry tiba dilokasi yang sudah Arman berikan, Jefry turun dari mobil dan membawa koper yang berisi uang permintaan Arman, Jefry berjalan dengan gagahnya, karna usianya pun belum cukup tua saat ini. Saat Jefry telah yakin dengan alamatnya, Jefry segera mengetuk pintu "Assalamualaikum." salam Jefry ketika pintu terbuka.
"Wa'alaikumsalam." serempak menjawab salam Jefry.
Jefry berjalan kearah Arman dan menyerahkan koper yang berisi uang kepadanya "Ini Pak," ucap Jefry sambil menyodorkan kopernya.
Arman menerima koper itu dan membukannya, saat dilihatnya asli Arman lalu memberikan koper itu kepada Panji dalam keadaan koper terbuka, terlihatlah tumpukan uang seratus ribuan didepan mata Panji dan keluarga "Ini uangnya! anggap aja ini ganti rugi selama Hasan berada disini!" ucap Arman dengan acuh.
"Sungguh Pak, kami tidak meminta balasan apapun karna telah merawat Hasan disini, kami sangat menyayangi Hasan dan tidak meminta imbalan apapun, kami juga mohon maaf atas ulah Putra Pak Arman," ucap Ayu sambil menangis.
Panji,Zaki dan Putra terkejut dengan apa yang ada didepannya saat ini "Ini maksudnya apa Paman?" tanya Zaki yang merasa aneh.
"Kalian terima saja! sebagai imbalan telah merawat Hasan selama ini, walaupun pada akhirnya saya kecewa pada kalian!" tegas Arman.
Arman berdiri dan ingin pergi dari rumah Panji, namun perkataan Putra membuatnya berhenti "Putra heran, kenapa Paman sampai segitunya dengan Hasan," Putra tersenyum sinis.
"Diam Putra!" bentak Ayu.
"Maafkan Putra Pak Arman," Ayu mengatupkan kedua tangannya memohon kepada Arman.
Arman melihat Ayu sekilas lalu kembali melihat Putra "Wahai anak muda, hidupmu ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan hidup Hasan yang kamu katakan gembel itu," Arman berucap didekat telinga Putra.
"Apa maksud Paman?" Putra penasaran dengan perkataan Arman.
Arman tersenyum "Kamu akan tau nanti, dan saat kamu tau nanti aku harap kamu siapkan jantung yang kuat," ucapan Arman membuat keluarga Panji membisu. Arman pun segera berlalu dari rumah Panji.
"Suruh orang buat cari Hasan Jef!" ucap Arman sambil berjalan kemobil.
"Baik bos!" Jefry langsung menelfon seseorang yang diperlukan untuk mencari Hasan.
Mobil Arman dan Jefry sudah pergi meninggalkan rumah Panji, Panji hanya mematung tidak tau apa yang harus dilakukannya, namun Zaki merasa heran dengan perilaku Arman "Pah..kenapa Paman Arman sampai sebegitu pedulinya dengan Hasan ya Pah, dia juga kasih Papah uang sebanyak ini? menurut Zaki ini gak masuk akal Pah," ucap Zaki memecahkan keheningan yang tercipta karna ucapan terakhir Arman kepada Putra.
"Papah juga gak tau Zak,"
"Lalu bagaimana dengan uang ini Pah?" tanya Zaki.
"Ya untuk mengganti kerugian perusahaan Papah Zak, mau apa lagi," pasrah Panji.
"Kira-kira Hasan sekarang dimana ya Pah, sudah makan apa belum, tidur dimana nanti," ucap Ayu dengan pandangan kosongnya karna memikirkan Hasan.
Panji melihat kearah istrinya "Semoga dia baik-baik saja Mah," ucap Panji menenangkan.
"Mamah heran sama kamu Put, kenapa kamu melakukan ini, kamu tau? dulu ayah Hasan lah yang menolong keluarga kita dari himpitan hutang yang semakin menumpuk karna perusahaan Papahmu tidak bisa beroperasi karna ada yang memfitnahnya,hingga dicekal tidak boleh beroperasi lagi,"
"Tidak tau orangtua Hasan mendapatkan uang darimana, tapi mereka datang disaat yang tepat dan membayar lunas hutang-hutang Papahmu, dan sekarang Mamah malu sekali kepada Almarhum kedua orangtua Hasan, karna Mamah tidak bisa membalas budi kebaikannya, karna kedengkianmu!" ucap Ayu lalu bangkit dan berlari menuju kamarnya sambil menangis.
Panji dan kedua anaknya melihat kepergian Ayu dengan hati yang merasa bersalah, Panji pun teringat akan kebaikan kedua orangtua Hasan dulu "Papah harap, setelah ini kamu bisa sadar Put!" Panji pun bangkit dan berlalu menyusul istrinya.
Putra hanya menunduk, entah apa yang Putra rasakan, perkataan Ayu tadi membuat mulutnya seakan terkunci dan tak mampu untuk berbicara lagi. Zaki tanpa mengatakan apapun pergi meninggalkan sang adik yang mungkin sedang menyesali perbuatannya.
^
"Pah...lebih baik sekarang kita pulang, besok kita kekampus, kan Hasan kuliah dikampus yang sama kaya Melati Pah," ucap Melati.
"Iya kamu benar Mel, kita pulang dulu, besok kita akan kekampus kamu, semoga Hasan besok ada dikampus ya," Arman melihat anaknya dispion dan tersenyum, Melati mengangguk mendengar ucapan Papahnya.
"Pah...apa Ayu juga tidak tau siapa Jacson dan Fatimah sebenarnya?" tanya Rumi tiba-tiba.
(besok lagi 😁😁 ngantuk ay nya, jadi maaf kalau banyak typo 😂😂)
*semangat kaka-kaka 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Rasya Arsya
alfin saha?
2022-09-18
0
Adiwaluyo
mantap
2021-12-09
0
Mamah Enok
aku baru nemu ini novel bagus keren cerita awal menarik 😃
suka pokok nya
2021-12-06
0