Hasan dan yang lain pergi dari rumah kediaman Hasan, Hasan dan Jefry menaiki mobil Arman, sedangan Albert dan Elois menaiki mobil Grissam.
Mobil Arman melaju mendahului mobil Gerissam, Arman menatap fokus jalanan "Apa mereka bisa menerima kenyataan ini." batin Arman.
Hasan menyenderkan kepalanya pada kursi mobil, wajahnya terlihat sendu saat ini, karna dirinya akan kemakam kedua orangtuanya "Eyang dateng Ayah,Ibu." batin Hasan.
Arman melihat Hasan dari kaca spion mobilnya "Kamu kenapa San?" tanya Arman yang melihat wajahnya sendu.
"Tidak apa-apa Paman, Hasan hanya memikirkan bagaimana perasaan Eyang kalau tau anaknya sudah tidak ada," jawab Hasan lirih.
"Kamu memang anak yang baik San, orangtuamu berhasil mendidikmu, Paman bangga dengan sikap dewasmu," puji Arman.
^
Mobil Grissam terus mengikuti mobil Arman "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Jacson Sam," Elois tak henti-hentinya tersenyum sejak tadi.
"Aku juga!" Grissam merangkul pundak istrinya.
Mobil Arman memasuki gang yang akan membawa mereka ketempat Jacson dan Fatimah, Albert bingung mengapa mobil Arman memasuki gang makam "Sepertinya ini gang makam Tuan," ujar Albert karna mellihat kanan-kiri jalan adalah makam.
Elois tersadar dan membenarkan duduknya begitu juga dengan Grissam "Mungkin jalannya memang harus lewat sini kali Bert," gumam Grissam, walaupun sebenarnya hati Grissam pun merasa aneh.
"Sam apa benar mereka akan membawa kita bertemu dengan anak kita?" Elois merasa khawatir.
"Tenang El, percaya saja pada mereka," Grissam merangkul Elois kembali.
Mobil Arman berhenti dipintu masuk makam dan memakirkan mobilnya ditempat parkir, Arman dan yang lain turun dari mobil.
Mobil Grissam pun ikut berhenti disamping mobil Arman.
Hasan menghampiri mobil Grissam dan mengajak mereka untuk masuk, namun baru beberapa langkah suara Elois memberhentikannya "Tunggu! maksud kamu membawa kemari apa? kami ingin bertemu anak kami Jacson, kenapa kamu membawa kami kemari?" suara Elois berat seakan ketakutannya tadi itu terjadi.
"Ikuti Hasan saja Eyang, nanti Eyang akan tau," Hasan kembali melangkah, hatinya kembali merasa sedih, sesekali Hasan menundukan kepalanya untuk menutupi kesedihannya.
Hasan berhenti dipusara kedua orangtuanya, kediaman Jacson dan Fatimah yang sudah 8tahun mereka tinggali, namun makamnya masih terlihat sangat rapih, karna Hasan selalu membayar seseorang untuk membersihkan makam kedua orangtuanya dengan uang yang Hasan dapatkan dari saku Panji.
Arman dan yang lain pun ikut berhenti, Grissam menatap Hasan dengan penuh tanda tanya, Hasan pun mengerti "Ini tempat tinggal Ayah dan Ibuku Eyang, mereka sudah tinggal disini selama 8tahun lalu," penjelasan Hasan membuat tubuh Elois lemas dan bersimpuh ditengah-tengah makam Jacson dan Fatimah.
Grissam pun melakukan hal yang sama, mereka merapa pusara Jacson sambil menangis, airmatanya terus mengalir dipelupuk mata mereka. Mereka tak mampu berkata-kata, kenyataan ini sungguh membuat hati mereka hancur.
"Ini salahku Sam, ini salahku!" teriak Elois menyalahkan dirinya sendiri.
"Kenapa harus anakku, kenapa tidak aku saja yang mati Sam! aku belum meminta maaf kepadanya! ayo bangunkan dia Sam! bangunkan dia!" Elois berteriak dan menarik-narik kerah baju Grissam.
Hasan menengadahkan kepalanya ke langit, menyembunyikan kesedihannya, apa yang mereka lakukan saat ini sama dengan apa yang Hasan lakukan dulu, sampai saat ini pun Hasan selalu mengingat kepergian kedua orangtuanya.
Elois menangis dan memegangi batu nisan anaknya "Mommy datang Son, Mommy minta maaf atas kebodohan Mommy, Mommy salah dan tidak merasakan perasaanmu," gumam Elois sambil menangis.
"Maafkan Mommy Son," ujarnya lagi.
Grissam menangis sambil menunduk, harapan bertemu dengan anaknya ternyata menoreh duka dalam hatinya, Grissam merasa bersalah tidak bisa membujuk keegoisan istrinya saat itu bahkan selama ini.
Hasan menghampiri kedua Eyangnya itu "Eyang...Ayah dan Ibuku pasti sudah memaafkan kalian, Ayah dan Ibuku tidak pernah menanggung dendam dan kebencian kepada siapapun," tutur Hasan lalu mengusap punggu Grissam dan Elois.
Penuturan Hasan membuat Elois dan Grissam tambah menangis "Ini salahku! ini salahku! bangun Jacson, Mommy merindukanmu!" tangis Elois semakin menjadi.
"Tuan...Nyonya...lebih baik doakan mereka, aku yakin mereka sudah berbahagia ditempatnya," saut Arman yang berdiri didepan Elois dan Grissam.
Semua pun terdiam dan mereka menundukan kepalanya, semua menangis mengenang jasa Jacson dan Fatimah semasa hidup, sedangkan Elois dan Grissam menangis karna rasa bersalah yang sangat dalam kepada anak dan menantunya itu.
Hasan mengajak Elois dan Grissam untuk pulang karna mereka sudah cukup lama berada dimakam, dengan berat hati Elois dan Grissam meninggalkan makam dan mengikuti Hasan untuk pulang.
^
Sampai dirumah Hasan mempersilahkan Elois dan Grissam beserta yang lain untuk masuk kedalam rumahnya dan beristirahat.
"Nak...dimana kamar kedua orangtuamu, Eyang ingin beristirahat dikamar mereka," Hasan mengantar Elois kekamar orangtuanya.
Sedangkan yang lain masih diruang tamu, Albert dan Jefry diperintahkan untuk mencari makanan dan minuman diluar oleh Arman, tinggalah Hasan, Arman dan Grissam diruangan itu.
"Bagaimana Jacson bisa meninggal Man?" tanya Grissam menatap kosong.
Arman pun menceritakan kejadiannya, walaupun Arman tidak dalam kejadian namun penjelasan polisi cukup untuk Arman ceritakan.
Grissam syok mendengar penjelasan dari Arman "Siapa yang tega membuat mereka celaka? aku yakin kecelakaan itu tidak lah wajar!" geram Grissam.
"Eyang...kecelakaan itu hanya keteledoran saja kok Eyang," ucap Hasan menenangkan Grissam.
"Tidak cucuku! Eyang yakin ini ada yang tidak beres! Eyang akan mencari tau!" tegas Grissam
Arman mengerti dengan perasaan Grissam, Arman pun sempat berfikir seperti Grissam, namun karna pihak polisi yang menyelidikinya tidak menemukan bukti apa-apa, Arman pun diam dan mengikhlaskan sahabatnya itu.
"Aku juga sempat berfikir seperti itu Om, tapi pihak poslisi tidak menemukan apapun dalam kecelakaan itu untuk bukti," timpal Arman.
"Aku akan menyelidikinya Man!" ucap Grissam dengan geram.
Grissam nelihat sekeliling rumah anaknya itu, matanya kini berkaca-kaca kembali "Kenapa Jacson bisa hidup sesederhana ini Man?" tanya Grissam.
Arman tersenyum menaggapi pertanyaan Grissam "Itu karna Jacson memiliki istri seperti Fatimah Om, tapi Jacson meninggalkan warisan yang sangat banyak untuk Hasan," Arman melirik Hasan dan tersenyum.
"Kamu jangan bercanda Man," Grissa tersenyum kecut menganggap bahwa omongan Arman adalah candaan.
"Aku tidak bercanda Om, Jacson sebenarnya adalah orang yang berhasil walaupun saat pergi dari rumah mewah itu dia tidak membawa apapun," puji Arman.
Grissam mengerutkan keningnya "Kalau Jacson memang orang berhasil, lalu kenapa tinggal dirumah kecil seperti ini Man?" Grissam merasa aneh dengan penjelasan Arman.
"Sebenarnya mereka menunggu Hasan dewasa Om, mereka melakukan ini agar Hasan tidak terikat dengan harta, dan Om lihat sendiri bukan, bagaimana sikap Hasan yang sangat dewasa ini," penjelasan Arman membuat Grissam menangis terharu, dia pun langsung memeluk cucunya itu.
"Maafkan Eyang...Eyang tidak pernah menggendongmu saat bayi," ucap Grissam merasa bersalah.
Hasan mengusap punggung Grissam "Sudah Eyang, kita mulai dari awal lagi," ucap Hasan.
(besok lagi 😁😁)
semangat berpuasa dan semoga lancar segalanya. 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Asep Daus
mewek dech😭😭😭
2021-11-26
0
Zahra
kenapa yaa,, AQ bisa menangisi ini cerita novel,,,,, menghayati benar setiap bait kata"", air mata mau tumpah beneran,,, ,seakan ini nyata 😭😭😭😭
2021-08-27
2
Nay AoiBara
. Benar* mengandung bawang
2021-08-26
1