Hasan masuk kedalam rumah besarnya diikuti oleh Arman dan Jefry dibelakangnya, saat Hasan ingin mengetuk pintu namun pintu sudah lebih dulu terbuka dan para pelayan pun berbaris menunduk menyambut tuannya.
Hasan melihat kearah Arman, Arman tersenyum lalu menganggukan kepalanya, Hasan pun melanjutkan perjalanannya "Terimakasih," ucap Hasan kepada pelayan-pelayan, para pelayan pun tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Kerja yang bagus," ucap Arman ketika melewati para pelayan.
"Lihatlah seisi rumahmu ini San, kamu pasti menyukainya," ucap Arman.
Hasan berhenti berjalan dan berbalik menghadap Arman "Aku akan lebih menyukai rumah ini jika orangtuaku masih ada Paman," Arman diam membisu mendengar ucapan Hasan.
Arman pun berjalan mendekat kearah Hasan "Kamu sudah pernah merasakan ini bersama keluargamu San," Hasan mengangkat alisnya karena tidak mengerti apa yang dibicarakan Arman.
Arman terkekeh melihat ekpresi Hasan yang menampakan wajah penuh tanda tanya "Waktu kamu masih bayi, mereka mengajakmu untuk tinggal disini, walaupun itu hanya sebentar," tutur Arman.
Hasan tersenyum simpul dan menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Arman, walaupun itu mungkin terjadi bukan? pasalnya masa bayi itu takkan bisa diingat oleh otaknya! lucu sangat lucu sekali kehidupan yang saat ini Hasan terima! terlalu banyak kejutan yang membuat otaknya harus berpikir lebih keras sekarang.
"Aku ingin kekamarku Paman," Arman pun menyuruh Jefry untuk menunjukan kamar Hasan yang berada dilantai tiga rumah itu, karena sebelumnya Jefry sudah diberitahu oleh Arman soal rumah ini, Jefry pun sangat hafal dengan ruangan-ruangan dirumah itu.
"Silahkan Tuan Muda," Jefry membuka pintu kamar Hasan.
Hasan masuk kedalam kamar, Hasan terkejut karena banyak sekali bingkai-bingkai foto keluarganya dikamarnya "Jef. ini semua? Hasan menunjuk bingkai-bingkai.
Jefry pun paham dengan apa yang Hasan maksud "Orangtua anda Tuan Muda," Hasan menunduk lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
"Ini sungguh lucu Jef!" Hasan tertawa kecil, namun matanya berkaca-kaca.
"Tetapi kasih sayang orangtua Tuan Muda itu bukan lelucon bukan?" Jefry ikut menatap foto keluarga Hasan sambil tersenyum.
Hasan menatap Jefry "Tunjukan aku yang lain," Jefry pun mengangguk dan berjalan mendahului Hasan.
"Ini kamar Tuan dan Nyonya," Jefry membuka pintu, Hasan terpana dengan desain yang sangat enak dipandang, barang-barang yang tertata rapi, banyak sekali bingkai foto menghisai dinding kamar itu, apalagi dengan warna hijau muda menambah keindahan kamar dan sangat menyejukan mata.
"Warna tembok ini pasti ibu yang memintanya, karena beliau sangat suka sekali dengam warna hijau," gumam Hasan menyentuh dinding kamar kedua orangtuanya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Anda benar Tuan Muda, Nyonyalah yang meminta semua ini, bahkan warna kamar Tuan Muda," mendengar kata-kata Jefry, Hasan tersenyum simpul.
"Apa Eyang belum datang Jef? jika mereka datang, biarkan mereka tidur disini," perintah Hasan dan segera diangguki oleh Jefry.
Hasan berjalan mendahuli Jefry dan memeriksa ruangan yang lain "Ini?" tanya Hasan jari telunjuknya menunjuk pintu dimana Hasan berdiri.
"Itu ruang perpustakaan Tuan Muda," mendengar kata perpustakaan Hasan langsung membuka pintu dan menyalakan lampu ruangan tersebut.
Hasan menghembuskan nafasnya, tangannya menyentuh buku-buku yang tertata rapi menurut abjad, tangan Hasan terhenti ketika melihag sesuatu yang membuatnya sangat penasaran.
Hasan mengambilnya lalu duduk disofa yang ada diruang perpustakaan, sedangkan Jefry setia berdiri disamping Tuan Mudanya "Lihat fokoku saat masih bayi begitu gendut bukan?" Hasan menunjukan foto dirinya yang ada dialbum kepada Jefry sambil tertawa kecil melihat foto dirinya saat bayi.
^
Dikampus.
"Si Putra belum datang?" tanya Rio kepada Adi yang baru sampai dikampus.
Adi mengangkat bahunya tanda dia tidak tahu apa-apa "Paling juga gak masuk! karena siswa dan siswi saat ini bukan lagi mengidolakan Putra tapi ganti dengan Hasan! kau tidak dengar saat masuk kampus, semua membicarakan Hasan karena pengumuman waktu itu," Adi menyandarkan badannya karena kesal.
"Iya kau benar!" timpal Rio.
Tiba-tiba Putra datang dan langsung mendudukan dirinya dikursinya dengan wajah yang sangat kesal "Ngapain kalian lihatin aku!" ucap Putra kesal kepada Rio dam Adi yang sedang melihatnya.
"Kamu masih marah sama kita?" Rio menghampiri tempat duduk Putra dan berdiri disamping meja Putra.
"Ha! gak penting!" ucap Putra dengan cuek.
"Put...kita ini menasehatimu karena kita sayang sama kamu, berhenti untuk bersikap selalu benar!" kata-kata Rio membuat mata Putra menatapnya dengan tajam.
Putra berdiri dan mendekat kearah Rio "Aku gak butuh nasehat darimu!" ucap Putra dengan tegas lalu dia pergi meninggalkan Rio dan Adi.
Rio duduk dikursi Putra "Dia benar-benar keras kepala!" gumam Rio kesal.
Adi menghampiri Rio "Sudah lah! biarkan saja dia!" ucap Adi melipat kedua tangannya diatas perutnya.
^
"Pah...apa Kak Hasan akan benar-benar pergi ke London?" tanya Melati yang melihat Arman pulang.
Arman memeluk putri satu-satunya lalu mengusap kepalanya dengan gemas "Kenapa anak Papah bertanya seperti itu hem?" tanya Arman.
"Ih Papah jawab dong!" wajah Melati langsung cemberut.
Arman tertawa melihat ekpresi wajah anaknya "Anak Papah lucu banget kalau ngambek, lusa Hasan akan pergi sayang," ucap Arman sambil berjalan keruang keluarga.
Wajah Melati semakin cemberut mendengar jawaban Arman "Mamah kemana Mel?" tanya Arman yang tidak melihat istrinya dirumah.
"Kesupermarket Pah," jawab Melati, lalu mendudukan dirinya disebelah Arman.
"Pah.. apa Melati boleh pergi ke London juga?" pinta Melati, Arman menatap putrinya dengan penuh tanda tanya.
"Melati...cuman pingin sama Kak Hasan Pah," Melati menunduk takut Arman marah.
Arman menghembuskan nafasnya pelan "Mel...Papah tidak bisa melepaskan kamu untuk pergi lagi," wajah Melati sedih mendengar jawaban Arman.
"Papah dan Mamah tidak pingin jauh-jauh lagi dari anak yang manja ini," Arman mencubit pipi Melati karena gemas melihat wajah Melati yang terlihat sedih.
"Tapi Pah..." tiba-tiba Rumi pulang, Rumi menaruh belanjaan dimeja dapur lalu bergabung dengan anak dan suaminya.
"Ada apa ini?" tanya Rumi yang melihat wajah anaknya sedih, Rumi pun menyalimi suaminya lalu duduk disampingnya.
"Melati pingin ikut Hasan ke London?" jawab Arman.
Rumi melihat Melati "Bener Mel?" tanya Rumi, Melati memandang ibunya dengan memelas lalu menganggukkan kepalanya.
"Maafkan Mamah sama Papah sayang, untuk masalah ini kami tidak bisa menurutinya," Rumi berganti duduk disebelah melati lalu memeluknya.
"Kamu anak satu-satunya kami Mel, kami tidak mau jauh-jauh lagi sama anak Mamah ini," Rumi mengusap pipi Melati.
Melati diam dan menunduk sedih dengan jawaban kedua orangtuanya, Rumi mengerti perasaan anaknya "Kalau Hasan itu jodohmu, kalian nanti akan bersama-sama lagi," ucap Rumi berusaha menghibur hati anaknya.
(besok lagi 😂😂)
jangan lupa bahagia dan sehat selalu kakka-kakak semua 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
kiki
putra ada msalah hidup apa sih
2021-06-07
1
Kas Gpl
ternyata melati suka ma hasan
2021-04-17
1
Rosalba
👍👍👍
2021-04-15
0