Hasan sampai dirumah Bibi Ayu, Hasan melihat sekeliling rumah Bibinya "Rumah Bibi besar ya" Hasan memuji rumah sang Bibi.
Ayu menyuruh Hasan masuk kedalam rumahnya "Ayo Nak, Bibi antarkan Hasan ke kamar Hasan," ajak Ayu, Hasan menuruti Bibinya dia berjalan dibelakang Bibinya.
"Hasan.. ini kamar kamu, kebetulan masih ada kamar kosong dirumah Bibi, maaf kalau kamarnya tidak bagus dan tidak selera Hasan," Ayu duduk disisi ranjang tempat tidur yang nanti akan ditempati Keponakannya.
"Makasih Bibi, Ini aja lebih besar dari kamarku waktu bersama Ayah dan Ibu Bi," Hasan duduk disamping Bibinya.
Ayu mengusap kepala Hasan "Jangan bersedih lagi ya Nak, doakan mereka dari sini agar mereka bahagia disisi Allah," Ayu memberikan semangat kepada Hasan "Kamu harus menjadi anak yang hebat agar mereka bahagia disana," lanjutnya lagi.
Hasan ingin menangis mendengar kata-kata diucapkan oleh Bibinya namun sekuat tenaga Hasan berusaha untuk menahannya"Insya Allah Bi," Hasan menunduk.
"Ya sudah sekarang kamu taruh barang-barang yang kamu bawa tadi ya, Bibi akan memasak dulu buat kita makan malam nanti, nanti kalau sudah selesai kebawah ya Nak?" pinta Ayu, Hasan mengangguk.
^
Ayu memasak didapur bersama Bi Siti Asisten rumah tangganya, suami Ayu sedang berada diruang keluarga memantau pekerjaannya, sedangkan Zaki dan Putra sedang main PS dikamar Zaki.
"Ka..jadi sekarang Hasan tinggal disini?" tanya Putra.
"Mungkin!" jawab Zaki tak melepaskan pandangannya dari PS nya.
"Kenapa harus tinggal disini Ka?" tanya Putra lagi.
"Kan orangtua Hasan dah meninggal semua De, jadi mungkin Mamah sama Papah kasihan sama Hasan, masa Hasan suruh tinggal sendirian dirumah, kan dia masih kecil De!" Zaki memberikan pengertian kepada adiknya.
"Oh...nanti dia juga bakal sekolah sama kita Ka,"
"Ya bareng kamu De! kan Kakak SMP," ledek Zaki.
^
Setelah menaruh barang-barang pada tempatnya, Hasan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah membersihkan diri Hasan menuaikan Shalat magrhib didalam kamarnya, saat Shalat airmata Hasan tak henti-hentinya mengalir mengingat kepergian kedua orangtuanya "Ya Allah..bahagiakan Ayah dan Ibuku, masukan mereka kedalam Surga-Mu Ya Allah" Hasan berdoa sambil menangis mengenang Ayah dan Ibunya.
Setelah melakukan kewajibannya sebagai umat Muslim, Hasan turun kebawah untuk makan malam bersama keluarga Bibinya "Bibi...." panggil Hasan ketika melihat Bibinya yang sedang menata makanan diatas meja makan.
"Eh Hasan, sini duduk Nak, kebetulan Bibi sudah selesai memasak makanan untuk kita makan bersama nanti," Ayu mempersilahkan Hasan untuk duduk dikursi yang sudah Ayu siapkan.
"Terimakasih Bibi," ucap Hasan kemudian dia duduk dikursi yang tadi Ayu siapkan.
"Bibi mau panggil suami dan anak-anak Bibi dulu ya San!" Ayu meninggalkan Hasan untu memanggil suami dan anak-anaknya.
Tak lama Ayu dan yang lainnya turun dari atas, mereka duduk dikursi yang biasa mereka duduki saat makan.
"San, besok kamu pindah sekolah ya? nanti Bibi masukin kamu kesekolah yang sama kaya Putra ya?" ijin Ayu.
"Iya Bibi," ucap Hasan.
"Wah ntar kamu ada temennya Put," ucap Zaki dengan semangat.
Putra hanya diam tak merespon perkataan Kakaknya, dia hanya melirik sang kakak lalu kembali makan.
Mereka makan dengan pikiran-pikiran masing-masing. Setelah makan mereka istirahat dikamar masing-masing.
Putra masuk kedalam kamar Hasan tanpa mengetuk pintu, Hasan yang sedang mengaji menghentikan bacaannya "Putra?" Hasan berucap lirih.
Putra melewati Hasan yang sedang memandangnya heran, Putra rebahan dikasur kamar Hasan "Wah enak ya kamu bisa tinggal dirumahku yang besar ini, padahal dulu kamu tinggal dirumah kecil," sindir Putra.
Degggg Hasan merasa bahwa Putra tidak bisa menerima dirinya didalam rumah itu Hasan berdiri menghampiri Putra "Maksud kamu apa?" tanya Hasan.
Putra langsung duduk ketika mendengar sautan dari Hasan "Kenapa? tersinggung? kamu kan memang orang miskin dan sekarang kamu bisa kaya karna Mamah dan Papahku!" Putra meninggikan nada bicaranya.
Putra berdiri tepat dihadapan Hasan "Jangan cari perhatian sama Papah dan Mamahku!" Putra mendorong Hasan hingga Hasan terjatuh. Putra tanpa merasa bersalah tertawa melihat Hasan terjatuh lalu dirinya keluar dari kamar Hasan dengan gaya sombongnya anak kecil.
Hasan tertunduk tangannya memeluk kedua kakinya, Hasan menangis merindukan kehadiran kedua orangtuanya "Kenapa Putra membenciku Ya Allah" Hasan berucap lirih.
Setelah lelah menangis Hasan tertidur, dia tertidur diatas sajadah yang belum sempat dia lipat karna kedatangan Putra semalam.
^
Keesokan harinya Hasan sudah bersiap dengan pakain seragam sekolahnya, karna hari ini dia akan mulai bersekolah, Hasan turun kebawah untuk menemui sang Bibi "Bibi..." Hasan memanggil Ayu yang sedang menyiapkan sarapan diatas meja.
"Wah...keponakan Bibi rajin sekali, jam segini sudah siap-siap," Ayu menghampiri Hasan dan membenarkan baju Hasan agar terlihat rapi.
Hasan hanya tersenyum, Hasan tidak berniat mengadu kepada Bibinya tersebut tentang kedatangan Putra tadi malam. Mungkin Putra belum siap menerima dirinya seperti yang lain, dam suatu saat nanti Putra pasti menerimanya. Pikir Hasan
"Bibi panggil mereka dulu ya Nak, kamu duduk dulu ya!" Ayu pergi keatas untuk menyuruh suami dan anak-anaknya sarapan.
"Ya Allah...kalian belum mandi juga!" Ayu langsung marah ketika melihat anaknya belum juga beranjak dari tempat tidurnya.
Ayu mematikan AC lalu membuka selimut Zaki dan Putra "Kakak...Putra ayo dong bangun, kalian lihat tuh Hasan jam segini sudah bersiap-siap, tidak seperti kalian susah sekali dibangunin! ayo bangun! kalau tidak gak usah sekolah sekalian!" ancam Ayu membuat Zaki dan Putra segera bangun, mereka berebut kamar mandi dan tak ada yang mengalah satu sama lain membuat wajah Ayu merah karna menahan marah.
"Stoppppppp!" Ayu akhirnya mengakhiri perdebatan dua anak kecil yang sedang berebut kamar mandi.
"Putra... biar Kakak Zaki yang mandi duluan, dia kan SMP, kalian sih bangun nunggu Mamah bangunin, dan kalau bangunin susahnya minta ampun, kalau sudah bangun berebut kamar mandi, pusing lama-lama kepala Mamah Put!" marah Ayu.
"Kalau sudah siap kalian segera sarapan ya,Mamah mau ke Papah dulu," ucap Ayu setelah menyiapkan seragam sekolah anak-anaknya.
"Iya Mah," ucap Putra lesu.
"Jangan lama-lama sayang," Ayu mengusap kepala anaknya sebelum keluar dari kamar anak-anaknya.
"Sudah siap Pah!" ucap Ayu ketika memasuki kamar.
"Sebentar lagi sayang, bantu aku memakai dasi ini," Panji menyodorkan dasi yang ingin dia pakai kepada istrinya, istrinya mengambil dasi yang suaminya berikan dan memakaikanya.
"Apa anak-anak sudah pada bangun?" tanya Panji.
"Sudah!" Ayu menjawab dengan cemberut.
"Sudah ko mukanya cemberut begitu?".
"Gimana gak cemeberut Pah! mereka dah dibangunin tadi tapi setelah aku kekamar lagi mereka tidur lagi, kan sebel Pah!" kesal Ayu.
Panji tersenyum lalu mencium bibir dan kening sang istri "Jangan sebel-sebel pagi-pagi ntar cepet tua loh," ledek Panji.
"Ih Papah nih," seketika wajah Ayu bersemu merah karna perlakuan sang suami.
^
"Nih bawa tas aku!" Putra melempar tasnya kepada Hasan saat sudah sampai digerbang sekolah.
Hasan menangkap tas yang dilempar Putra dengan baik, Hasan hanya menurut kepada Putra walaupun sebenarnya Hasan tidak mau diperlakukan seperti itu, tetapi Hasan hanya diam.
"Awas ya kalau kamu berani mengadu pada Papah dan Mamahku!" ancam Putra. Hasan hanya mengangguk.
Mereka berjalan masuk kekelas6, selama berjalan Hasan berjalan dibelakang Putra, jika Hasan berjalan mendahuluinya Putra pasti akan marah kepada Hasan.
"Taro tasku dikursi itu!" Putra menunjuk kursi yang kosong.
Hasan tanpa membantah menaruh tas dikursi yang tunjuk oleh Putra, Putra sangat senang bisa menyuruh Hasan sekarang dia tersenyum sinis memandang Hasan.
^
#Jangan lupa dukung author lewat Like dan Vot novel author yang receh ini ya kaka-kaka 😊😊😊😊😄😄😄😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Herry Busali
hobby bnr bos buat jagoan nya di aniaya
2023-04-05
0
Herry Busali
hobby bnr bos buat jagoan nya di aniaya
2023-04-05
0
edelweis arabella
kasian byk hasanx
2021-10-29
0