...--------------------------------...
******
"Mam, Mama nggak ngantor?"
"Nggak sayang, kenapa?"
"Nggak sih Mam, nggak ada apa-apa. Rindu ada kuliah jam 10 Mam, habis kuliah Rindu mungkin akan melanjutkan misi membebaskan Siska ya Mam. Jadi misalnya Rindu pulang telat, Mama nggak usah khawatir ya. Rindu pasti akan baik-baik saja, lagian ada Steven dan Rindu juga pakai cincin yang Mama kasih kan."
"Baiklah sayang, tapi ingat pesan mama, jangan lupa berdoa dan berhati-hatilah. Jika terjadi sesuatu hubungi mama ok."
"Siap Mam, Rindu ke kamar dulu ya Ma, mau siap-siap ke kampus."
"Ia sayang."
Rindu meninggalkan mamanya di ruang keluarga dan melangkah menaiki tangga ke lantai dua menuju kamarnya. Rindu langsung bersiap-siap untuk ke kampus.
"Mam, Rindu pamit ya."
"Ia sayang, kamu hati-hati di jalan ya."
"Ia Mam."
Rindu keluar dari dalam rumah dan langsung menemui Pak Agung.
"Pak, antar Rindu ke kampus ya."
"Baik Non, ayo."
Rindu dengar diantar Pak Agung, kini sedang melaju ke kampusnya.
Beberapa saat kemudian akhirnya sampai di kampus.
"Pak makasih ya, nanti nggak usah jemput Rindu ya Pak, soalnya Rindu masih ada urusan. Tadi Rindu juga udah ijin sama Mama."
"Baik Non."
Rindu berjalan masuk ke dalam kampusnya, ia terus melangkah hingga akhirnya sampai di kelas.
"Hai Wi, udah sampai aja kamu."
"Hai Rin, ia nih."
Dosen masuk dan kuliah pun dimulai, mereka semua mengikuti kelas hingga selesai.
"Rin ke kantin yuk."
"Ayo Wi."
Rindu dan Dewi melangkah ke kantin, mereka memesan makanan dan duduk menunggu pesanan mereka di meja kosong yang masih tersedia di sana.
Pesanan mereka akhirnya datang.
"Ayo, selamat makan Wi."
"Selamat makan juga Rin."
Keduanya menyantap makanan mereka dengan sambil bercerita hingga tak terasa makanan di piring mereka habis.
Setelah membayar, keduanya keluar dari kantin.
"Udah nggak ada kelas lagi kan?"
"Ia Rin, udah nggak ada lagi."
"Hmmmm, kalau gitu sebaiknya aku pulang sekarang deh," Rindu bergumam namun masih didengar Dewi.
"Kamu udah mau balik aja Rin, kan masih siang."
"Ia Wi, ada yang harus gue lakukan soalnya. Gue mau nolongin seseorang Wi."
"Nolongin orang? Siapa Rin?"
"Siska, namanya Siska Wi."
"Emangnya dia kenapa, dia siapanya kamu Rin?"
"Panjang ceritanya Wi, aku pamit ya, nggak apa-apa kan."
"Gimana kalau aku ikut kamu Rin, hehehehe. Hitung-hitung petualangan bareng kamu kan."
"Tapi Wi, gue nggak mau sampai loh kenapa-napa nanti."
"Emang misinya berbahaya?"
"Nggak juga sih, tapi."
"Kalau nggak berbahaya ma santai Rin, udah ayo aku ikut."
Dewi menarik tangan Rindu keluar dari gedung kampus mereka, keduanya kini menunggu taksi pesanan mereka.
"Dengan non Rindu?"
"Ia Pak, saya Rindu."
"Wi, ayo masuk."
Dewi dan Rindu masuk dan mobil pun melaju ke alamat yang dituju Rindu dan Dewi.
Rindu memutuskan untuk menceritakan pada Dewi, agar Dewi tidak kebingungan.
"Wi, aku mau ceritain semuanya sama kamu. Biar nanti kamu nggak kebingungan, jika setelah mendengar ceritanya dan kamu mau pulang, boleh kok."
"Apaan sih Rin santai aja, ayo cerita."
Dewi terlihat excited menunggu Rindu bercerita..
"Wi, Siska yang akan kita tolongin ini adalah anak dari sosok yang minta bantuan aku. Siska ini dijual ayahnya sejak usia 7 tahun ke tempat PSK gitu, nama ibunya Siska adalah Ketty.
Ketty datang dan meminta bantuan aku, makanya aku bantuin dia, awalnya aku nggak tau di mana Siska. Setelah mencari tahu dengan cara mengintai ayahnya, akhirnya aku tau dia dijual ayahnya sejak usia 7 tahun.
Sejak ibunya meninggal 10 tahun lalu."
Rindu mengakhiri ceritanya dan melihat raut wajah Dewi yang kebingungan.
"Wi, kok malah diam?"
"Gue, gue bingung. Kamu bilang ibunya sudah meninggal 10 tahun lalu kan, lalu kenapa sekarang dia minta bantuan kamu? Nggak mungkin dia hidup lagi kan Rin."
"Hahahaha oh soal itu, hhmmmm gimana ya Wi. Sebenarnya aku itu punya kelebihan Wi, aku bisa melihat makhluk tak kasat mata. Sejenis hantu gitulah."
"What?"
"Yang benar Rin?"
"Ya benar lah Wi, masa gue bohong. Sosok Ketty ibunya Siska nemuin aku beberapa hari yang lalu, dia minta bantuan aku untuk menemukan di mana anaknya, makanya sekarang kita ke sini. Ayo turun."
****************
Rupanya mereka sudah sampai di rumah prostitusi itu, Rindu dan Dewi keluar dari dalam taksi.
Rindu kemudian memanggil Ketty dan Steven dalam hatinya.
"Steven, Ketty, kemarilah."
Sedangkan Steven, Om Besar, dan Ketty sedang ngerumpi di pohon besar yang ada di halaman depan rumah Rindu.
Tiba-tiba Steven dan Ketty mendengar Rindu memanggil nama mereka berdua.
"Om Besar, maaf ya Steven harus pergi sekarang. Ada urusan mendadak."
"Aku juga ya, bye."
Ketty dan Steven sama-sama menghilang membuat sosok yang di panggil Om Besar itu kebingungan..
"Lagaknya mereka berdua udah kayak orang penting aja," ucap Om Besar.
Wuuuusshhhh...
Steven dan Ketty muncul di samping Rindu.
"Kak ini siapa?"
"Dia teman kakak, namanya Dewi. Katanya sih mau bantuin kakak."
"Ooohh, terus gimana ini Kak?"
"Ia Rindu, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Ketty.
"Tentu kita akan mengeluarkan anak kamu dari sana, tapi masalahnya aku nggak tau wajah anak kamu kan."
"Tapi Steven tau Kak."
"Oh ia ya, ya udah kita masuk aja ke dalam, tapi gimana caranya ya biar nggak ketahuan."
"Kak gimana kalau kita lewat pintu samping aja."
"Hmmmm ya udah ok."
Sedangkan Dewi berpikir Rindu sedang memikirkan sesuatu, ia hanya diam di samping Rindu. Karena Rindu berbicara dengan Ketty dan Steven melalui pikirannya saja.
"Wi ayo."
"Kita kemana ini Rin, mana tempatnya kek gitu lagi, ini suami-suami yang ke sini apa nggak kasian ya sama isterinya di rumah sana."
"Ya namanya juga manusia kalau sudah dikuasai nafsu, apapun akan dilakukan dan tidak akan memikirkan perasaan istri dan anak-anaknya."
"Ya sudah ayo Rin, katanya mau bebasin Siska."
"Ayo."
Kedua gadis itu mengendap-endap menuju pintu samping, ini masih siang tentu mereka akan mudah ketahuan, beruntung Steven dan Ketty ada di sana.
Jadi mereka selalu berusaha mengalihkan perhatian orang-orang jika ada yang menuju ke samping rumah tempat di mana Rindu dan Dewi sedang mengendap-endap.
Akhirnya mereka bisa masuk ke dalam rumah dengan aman.
"Steven, di mana kemarin kau melihat Siska?"
"Ayo ikuti Steven Kak."
Steven dan Rindu masih berbicara lewat pikiran.
"Wi ayo ikut aku, ingat jangan sampai kita ketahuan."
"Ok Rin, ayo."
Saat mereka sedang mengendap-endap, tiba-tiba ada seseorang yang datang ke arah mereka, cepat-cepat Rindu dan Dewi bersembunyi.
"Sembunyi Wi sembunyi, ada yang mendekat."
Keduanya langsung bersembunyi dibalik lemari kecil yang ada di sana. Orang itu melangkah melewati mereka berdua, sedangkan Steven dan Ketty hanya diam menunggu.
"Akhirnya, ayo keluar Wi."
"Ayo Rin."
Rindu dan Dewi kembali mengikuti Steven, tentu saja hanya Rindu yang bisa melihat Steven, sedangkan Dewi tangannya digandeng terus oleh Rindu.
"Kok belum sampai sih Steven?"
"Bentar lagi Kak, di depan sana kamarnya."
"Huh, baiklah."
Mereka terus melangkah sembari menghindari siapapun yang mungkin bisa melihat mereka, dan akhirnya mereka tiba di kamar Siska.
Rindu dalam hatinya berharap agar Siska ada di dalam, sehingga ia tak akan kesusahan jika sampai Siska sedang tak berada di kamarnya.
"Kak, ini kamarnya."
"Baguslah, tapi sebaiknya Ketty, kamu masuk dan cek lebih dulu apa Siska ada di dalam atau tidak."
"Baiklah Rindu, aku akan masuk ke dalam."
Ketty menembus pintu dan masuk ke dalam kamar, sedangkan Rindu, Dewi dan Steven yang tak terlihat menunggu di luar.
.
.
...--------------------------------...
Hai hai hai. 🥀😘
Terimakasih ya udah baca Novel Nunna sampai episode ini, semoga kalian suka ya. Jangan lupa kalau ada saran apapun, langsung di komentar ya.
Thanks semuanya.
Sehat-sehat ya kalian semua, jaga kesehatan apalagi pandemi kek gini kan.
나는 당신 모두를 사랑합니다 ♥️
Tuhan Yesus Memberkati kalian semua. †
...--------------------------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments