...--------------------------------...
********
"Mam, Rindu pamit ya, ada kelas jam 7 soalnya."
"Pagi banget ya sayang."
"Ia Mam, malas banget kuliah pagi. Bye Mam, Sis."
"Bye sayang, hati-hati di jalan."
"Bye Rindu."
Rindu menemui Pak Agung yang sudah siap mengantarkannya ke kampus pagi ini.
"Pagi Pak, maaf ya Rindu ngerepotin pagi-pagi sekali ke kampus soalnya."
"Nggak apa-apa Non, ayo masuk Non."
Mobil melaju membawa Rindu menuju kampusnya, sedangkan Siska di rumah saja.
"Sis, tante pergi sekarang ya. Kamu nggak apa-apa kan tante tinggal, di sini ada Bi Ina kok."
"Ia Tante, Siska nggak apa-apa kok, Tante hati-hati ya di jalan."
Siska menyalami Bu Mita sebelum Bu Mita ke kantor, Bu Mita meninggalkan rumah dengan taksi, mobil dipakai rindu soalnya..
Sebenernya ada mobil satu lagi di rumah mereka, tapi Bu Mita tak bisa mengendarainya.
"Sebaiknya aku belajar mengendarai mobil, takutnya Rindu nanti sibuk dan aku juga sibuk, kasian Pak Agung harus kesana kemari ngantar aku dan Rindu."
Bu Mita berbicara pada dirinya sendiri.
Siska yang berada di rumah Rindu, selesai sarapan ia bingung harus ngapain sekarang.
"Ngapain ya, bosan juga kalau sendiri di rumah sebesar ini. Sebaiknya aku ke dapur saja bantu Bi Ina."
Siska melangkahkan kakinya menuju dapur dengan membawa piring kotor bekas mereka sarapan tadi.
"Loh non Siska, kenapa nggak tungguin bibi aja yang ambil piring kotornya dari meja."
"Nggak Bi, nggak apa-apa biar Siska aja, Siska juga nggak tau mau ngapain Bi. Biar Siska bantuin Bibi di dapur ya."
"Tapi Non."
"Bi panggil Siska aja ya, nggak usah pakai embel-embel non. Hehheeh, lagian Siska juga bukan siapa-siapa di sini."
"Baiklah nak Siska, kalau begitu nak Siska boleh bantuin bibi."
Siska tersenyum dan dia mulai membantu Bi Ina mencuci piring dan kemudian beres-beres rumah, ia melakukannya dengan ikhlas, ia bersyukur diterimah di rumah ini.
Rindu akhirnya sampai di kampus.
"Makasih ya Pak."
"Sama-sama Non."
Rindu berlari ke arah kelasnya, 10 menit lagi jam 7, ia takut terlambat.
Hossh hosh hossh...
"Kamu kenapa Rin?"
"Hehehe takut telat Wi, nah kan 5 menit lagi."
"Hahahahaha segitunya kamu, ya udah ayo duduk."
Rindu duduk di tempat duduknya yang berada di samping Dewi, beberapa menit kemudian dosen masuk dan kuliah pun di mulai.
Tepat jam 9 kuliah selesai, dua jam duduk di kelas membuat pantat Rindu rasanya langsung tepos.
"Udah masuk pagi-pagi, lama banget lagi."
Rindu mengomel pelan, beruntung dosen sudah keluar dari kelas. Dewi yang mendengar omelan Rindu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Ke kantin yuk."
"Ayo Wi, gue juga lapar banget, tadi nggak sempat sarapan soalnya."
Kedua sahabat itu melangkah menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah demo sejak tadi.
Makanan pesanan mereka akhirnya tiba, keduanya langsung melahap makanan dalam piring masing-masing.
"Akhirnya kenyang juga."
"Ia Rin, kenyang banget gue."
"Terus kita ngapain sekarang?" tanya Dewi.
"Masih ada satu mata kuliah lagi kan?"
Dewi mengangguk.
"Gimana kalau kita duduk di taman aja, sambil menunggu jam kuliah selanjutnya."
"Boleh, ayo."
Keduanya membayar makanan mereka lalu keluar dari dalam kantin & melangkah menuju taman kampus, ternyata di taman ada beberapa anak yang juga memilih duduk di sana sambil menikmati angin sejuk yang dihasilkan pohon besar di sekitar taman.
"Sejuk juga ya di sini."
"Ia Wi, lumayanlah buat ngadem kek gini."
Mereka berdua duduk sambil memainkan handphone masing-masing, kadang-kadang cerita, kadang-kadang menutup mata dan menyandarkan kepala di bangku.
"Hooamm, hampir aja ketiduran gara-gara ngadem di sini. Hehehe."
"Ia Rin, aku juga hampir ketiduran."
****************
Tak jauh dari tempat dimana Rindu dan Dewi berada, rupanya ada sosok yang memperhatikan mereka, sosok itu mulai mendekati Rindu, sepertinya ia tertarik dengan aura yang dimiliki Rindu.
Rindu yang sedang asik dengan hpnya merasakan bahwa ada sesuatu yang mendekat, ia mengangkat kepalanya dan mencari kesana kemari dan akhirnya menemukan sosok itu.
"Haiiisss, harus apa ketemu sama mereka lagi, mana kepala doang lagi," ucap Rindu dalam hatinya.
Sosok yang mendekati Rindu dan Dewi ternyata hanya sosok berbentuk kepala tanpa organ tubuh lainnya. Sosok itu menggelinding bagaikan bola mendekat ke arah Rindu.
"Apa kau melihat ku?"
"Jawab aku, apa kau melihat ku?"
"Anak manusia, apa kau melihat ku?"
Sosok itu berulang kali bertanya pada Rindu, namun apa daya, karena Rindu sedang mengantuk ia malah menutup matanya dan berpura-pura tidak melihat sosok yang sedang berbicara itu.
Sedangkan Dewi biasa saja, karena ia tak melihat sosok kepala itu. Sosok kepala yang kini tepat berada di depan Dewi dan Rindu terus-terusan memanggil Rindu.
"Apa dia tidak melihat ku?"
"Tapi ia memiliki aura yang biasanya bisa melihat makhluk sebangsa ku."
"Lalu kenapa dia tidak melihat ku."
"Atau dia hanya pura-pura tidak melihat ku?"
Sosok itu berdialog sendiri, Rindu yang sebenarnya tidak tidur tentu mendengar itu semua.
"Awas saja jika kau mengganggu ku, aku akan menendang mu seperti bola sehingga kau terlempar sampai ke Kutub Utara," ucap Rindu dalam hatinya.
Sosok itu terus berdiam di sana, ia berusaha menggelindingkan kepalanya ke arah kaki Rindu dan Dewi.
"Rin, bangun, ayo masuk, bentar lagi mata kuliah kedua dimulai."
Dewi membangunkan Rindu yang sebenarnya tidak tidur.
"Hoamm, ya udah ayo. Jangan sampai kita telat, duh mana pegal lagi ni kaki."
Rindu beralasan kakinya pegal, ia bangun dan menghentak-hentakkan kakinya dan tepat mengenai sosok kepala yang ada di situ. Setelah itu Rindu tiba-tiba mengayunkan kakinya, dan...
Buggh...
Rindu menendang sosok kepala itu hingga terlempar jauh dari depan mereka, dalam hatinya Rindu sudah tertawa terbahak-bahak.
"Hahahahaha, emang enak, siapa suruh ganggu waktu santai Rindu," Rindu berucap dalam hati..
Hahahahahaha.
Steven yang baru saja sampai melihat Rindu menendang sosok kepala itu tertawa terbahak-bahak, beruntung Rindu dan Dewi sudah pergi dari situ.
"Apes banget dia ditendang kak Rindu, jadi bola kan kamu. Hahahaha."
Sedangkan sosok yang ditendang Rindu.
"Duh, tu anak mantan pemain bola apa? Nendang kok kuat banget, aku sampai terlempar jauh karenanya."
"Dia itu liat aku nggak sih, bingung jadinya."
Sosok itu berbicara pada dirinya sendiri. Steven tiba-tiba melayang dan mendekati sosok itu.
"Hei kamu kenapa?"
"Kenapa kamu tanya-tanya? Pergi kamu dari sini, atau aku akan membunuh mu," sosok itu tiba-tiba marah.
"Eits santai napee, kan Steven cuma nanya. Udah tinggal kepala doang sombong amat, entar ditendang kak Rindu lagi baru tau rasa, hahahahah."
Steven menghilang meninggalkan sosok kepala itu.
"Jadi, dia sebenarnya bisa melihat ku. Tapi dia dengan sengajanya menendang kepala ku, sial, awas kau gadis kecil. Aku akan membalas mu, arrrgghh."
Suasana yang awalnya tenang tiba-tiba menjadi suram karena kemarahan sosok itu, Steven yang sebenarnya belum jauh dari sana kaget merasakan aura besar yang dikeluarkan sosok itu.
"Wah, ku kira cupu ternyata suhu. Gawat, aku harus kasih tau kak Rindu nanti, jangan sampai dia balas dendam sama kak Rindu dan kak Dewi."
Steven menghilang dan pergi mencari Rindu di kelasnya.
...--------------------------------...
...Hai hai hai....
...Terimakasih ya udah baca Novel Nunna sampai episode ini, semoga kalian suka ya. Jangan lupa kalau ada saran apapun, langsung di komentar ya....
...Thanks semuanya....
...Sehat-sehat ya kalian semua, jaga kesehatan apalagi pandemi kek gini kan....
...나는 당신 모두를 사랑합니다...
...Tuhan Yesus Memberkati kalian semua. †...
...--------------------------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments