...--------------------------------...
******
Siang hari tepatnya jam 2 siang, Rindu akan pergi ke rumah Ketty, sosok yang meminta bantuan Rindu untuk menemukan anaknya.
Kini ia sedang bersiap-siap di kamarnya, ia akan menggunakan taksi saja, dan ia juga sudah memesannya. Mungkin sebentar lagi taksinya akan sampai..
"Akhirnya selesai, ok, let's go Rindu."
Rindu berucap pada dirinya sendiri dan mulai melangkahkan kakinya menuruni tangga dan langsung keluar dari dalam rumahnya.
"Apa benar ini sama mba Rindu?"
"Ia benar Pak, saya Rindu."
Taksi yang dipesan Rindu ternyata sudah sampai, Rindu masuk dan taksi pun melaju meninggalkan rumah Rindu menuju alamat yang akan ditujunya.
Di dalam perjalanan Rindu memikirkan apa yang akan ia lakukan pertama kali, bagaimana jika suaminya Ketty tidak terimah jika ia ke sana.
"Semoga saja semuanya lancar, sebaiknya aku panggil Steven saja, biar dia bisa nemenin aku."
Rindu memanggil Steven dalam hatinya.
Wuuuusshhhh...
"Ada apa Kak?"
"Udah diam di sini, kamu temenin aku ya."
"Ok deh, tapi kita mau kemana sih Kak?"
"Kita akan ke rumah sosok Ketty, semalam ia meminta bantuan pada kak Rindu."
"Bantuan seperti apa itu Kak?"
"Dia meminta kakak mencari anaknya, menyelamatkan anaknya, karena suaminya suka menyakiti anaknya semasa sosok Ketty masih hidup. Yang dia takutkan sekarang adalah jika suaminya akan semakin menyiksa anaknya itu."
"Oh gitu, baiklah Steven akan menemani kak Rindu kemanapun kak Rindu pergi."
"Makasih ya Steven."
Setelah melakukan perjalanan hampir satu jam, akhirnya mereka tiba di alamat yang dikatakan Ketty sebagai alamat rumahnya.
"Terimakasih ya Pak."
"Sama-sama Non."
Rindu dengan ditemani Steven dan juga Ketty yang ternyata muncul saat Rindu sampai di sana, melangkah menuju depan pintu rumah itu.
Tok tok tok tok tok....
Rindu mengetuk pintu rumah, lama ia menunggu dan mengetuk berulang kali, hingga pintu tiba-tiba dibuka oleh seorang laki-laki dewasa, kemungkinan besar dia adalah suami Ketty.
"Ket, apa dia suami mu?"
Rindu bertanya pada sosok Ketty dalam hatinya.
"Ia Rindu, dialah suami saya, kamu berhati-hatilah. Saya takut dia malah marah pada mu."
"Hhmmmm."
Rindu kembali melihat ke arah laki-laki yang sedang berdiri di depan pintu itu.
"Siapa kamu?"
"Kenalin saya Rindu Om."
"Hm, lalu untuk apa kamu datang ke rumah saya?"
"Saya ingin bertemu Siska Om, Siska ada nggak?"
"Siska, dari mana kamu kenal Siska anak saya?"
"Oh, dulu saya kenal Siska saat ia dan ibunya sedang bermain di mall dan waktu itu Siska hampir diculik."
Rindu berkata seperti itu, tentu saja atas suruhan sosok Ketty yang ada di sampingnya, jika tidak maka mana bisa ia tahu jika Siska pernah hampir diculik.
"Oh begitu, tapi Siska nggak ada di rumah."
"Emang Siska di mana Om?"
"Nggak tau, lagian itu bukan urusan kamu kan?"
"Tapi Om, saya ingin bertemu Siska. Om kan ayahnya, bagaimana bisa Om tidak tau di mana Siska."
"Sudah saya bilang kan, itu bukan urusan kamu. Pergilah, saya tidak punya waktu untuk berbicara dengan mu."
Laki-laki itu menutup pintu dengan keras, hingga membuat Rindu melonjak kaget.
"Astaga, gitu amat sih jadi orang," cibir Rindu.
Rindu menjadi kesal dibuatnya.
"Terus gimana dong Kak, Steven punya ide, heheheh. Gimana kalau Steven masuk ke dalam dan mencari tahu apa yang terjadi."
"Hmmm, boleh juga ide kamu. Sekarang kamu masuk, cari tahu apa yang terjadi, cari tahu apapun yang berkaitan dengan Siska, kamu paham Dek?"
"Siap paham Kak."
Sedangkan Ketty ia tak bisa masuk ke dalam rumahnya, karena suaminya menggunakan sesuatu untuk menghalangi sosok Ketty yang pernah sekali mengganggunya. Karena itulah ia pergi mencari orang pintar dan membuat sosok Ketty tak bisa masuk ke dalam rumahnya.
"Kamu yang sabar ya Ket, kita pasti bisa menemukan Siska anak kamu."
"Makasih ya Rindu, makasih kamu udah mau nolongin aku."
"Sama-sama."
Sedangkan Steven, ia sedang berada di dalam kamar suaminya Ketty. Steven memperhatikan apa yang dilakukan laki-laki itu, namun dikarenakan tidak menemukan apa-apa, ia memutuskan untuk berkeliling mencari tahu sesuatu yang mungkin bisa membantu Rindu.
"Kamar siapa ini, apa ini kamar anaknya Bu Ketty?"
"Steven periksa saja lah."
Steven berbicara pada dirinya sendiri lalu ia mulai melayang-layang mencari, siapa tau ia menemukan sesuatu di kamar ini. Steven menemukan foto, di foto itu ada sosok Ketty dan seorang anak kecil. Mungkin dialah Siska anak Ketty.
"Kayaknya ini anaknya Bu Ketty deh, yang namanya Siska."
Steven kembali mencari-cari dan ia menemukan sebuah buku harian di sana, ia memutuskan untuk membawanya dan akan diberikan pada Rindu saja.
Steven keluar dari kamar Siska, kembali ia berputar-putar hingga ia mendengar ayahnya Siska sedang mengobrol ditelepon.
"Ya kamu atur saja, baiknya bagaimana."
"Ya, asalkan anak itu tidak kembali ke rumah ini."
"Jika dia sampai berusaha kabur, bunuh saja. Lagian saya tidak peduli pada anak sialan itu, dia bukan anak saya."
"Sudah ya, saya sibuk."
Ayahnya Siska mengakhiri obrolan via telepon itu lalu ia melangkah menuju ruang kerjanya.
"Dasar anak sialan, sudah tidak di sini pun masih menyusahkan."
"Sebaiknya aku pergi saja, mungkin bermain-main di sana bisa jadi solusinya. Hahahahha."
Tawa menggema ayahnya Siska yang didengar oleh Steven, Steven kemudian pergi dan keluar dari dalam rumah.
Wuuuusshhhh..
"Gimana Dek?"
"Ini Kak."
Steven memberikan buku harian yang ia temukan di dalam kamar Siska anaknya Bu Ketty.
Buku harian dengan tulisan acak-acakan layaknya tulisan anak 7 tahun itu dibuka oleh Rindu, tidak ada apa-apa di sana.
Setelah bolak-balik ia melihat buku itu, ia menemukan sesuatu di sana. Tulisan acak-acakan, mungkin itu tulisan Siska anaknya Ketty.
"Ayah benci Siska, Ibu ninggalin Siska, Ayah jahat."
Itulah tulisan-tulisan kecil yang ditemukan dan dibaca Rindu dalam buku kecil itu.
"Oh ia Kak, tadi di dalam Steven dengar ayahnya Siska ngomong di telepon."
"Ngomong apa dia?"
"Dia bilang dia tidak ingin anak itu kembali ke rumah, jika anak itu sampai berusaha kabur, bunuh saja. Gitu katanya Kak."
Steven bercerita dengan heboh.
"Rindu, mungkin anak yang dimaksud suami saya adalah Siska, ya itu pasti Rindu, saya yakin."
Ketty mulai khawatir pada anaknya, ia takut anaknya kenapa-napa.
"Terus gimana dong ini, bagaimana kita bisa tau kalau Siska ada di mana sekarang."
Rindu bertanya pada dua sosok yang menemaninya, tak lama ayahnya Siska keluar dari dalam rumah dan Rindu cepat-cepat sembunyi agar tidak ketahuan.
Rindu memutuskan untuk mengikuti ayahnya Siska, mungkin dengan begitu ia bisa mendapatkan petunjuk lebih tentang keberadaan Siska.
Rindu menggunakan ojek, sedangkan Steven dan Ketty melayang mengikuti Rindu. Mobil ayahnya Siska melaju dengan cepat membelah jalan yang ramai.
Lama melaju akhirnya mobil itu berhenti di sebuah gedung, setelah diteliti ternyata itu adalah gedung dimana banyak perempuan-perempuan yang bisa dibayar untuk memuaskan nafsu laki-laki yang datang.
"Ckckckc rupanya suami mu ke tempat menjijikan seperti itu Ket, pantas saja dia tidak mencintai kamu dan anak mu, bahkan kerap kali memukul kalian."
"Ia Rindu, saya nggak nyangka ternyata inilah yang membuat ia sering memukul kami berdua di rumah, hiks hiks hiks hiks."
"Tenanglah, sekarang kita harus mencari cara untuk menemukan anak mu."
"Sebaiknya Steven sekarang kamu masuk ke dalam, cari tahu apapun di sana, semoga kamu mendapatkan petunjuk. Nggak mungkin kan kalau aku yang masuk ke sana."
"Baik kak Rindu, Steven akan masuk ke dalam."
Rindu dan Ketty tetap menunggu di luar, sedangkan sosok Steven melayang dan masuk kedalam gedung itu.
...----------------...
...See you next episode kesayangan Author....
...Jaga kesehatan ya kalian. Borahae....
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments