...----------------...
****************
Setelah selesai dengan mata kuliah pertama, Rindu ingin pergi ke kantin, tentu saja ditemani Steven yang selalu melayang di sampingnya.
"Kak Rindu mau kemana?"
"Mau ke kantin Steven."
Rindu menjawab Steven, kali ini ia sengaja memasang earphone di telinganya sehingga orang-orang akan berpikir bahwa ia sedang mengobrol lewat telepon.
Kedua makhluk berbeda alam itu melangkah dan melayang ke arah kantin, tentu saja yang melayang adalah Steven, dan yang melangkah adalah Rindu.
"Bu saya pesan nasi goreng pake sosisnya 1 ya. Saya tunggu di meja sana ya Bu."
"Baik Neng."
Rindu duduk disalah satu meja kosong di dalam kantin, sembari menunggu pesanannya, ia memainkan handphonenya.
Steven bahkan ikut-ikutan duduk di samping Rindu, makanan yang Rindu pesan akhirnya datang.
"Neng ini pesanannya, mau minum apa?"
"Oh ya ampun, maaf ya Bu, tadi saya lupa pesan sekalian sama minum, bikin Ibu repot jadinya. Saya pesan es jeruk satu Bu."
"Tidak apa-apa Neng, baik ditunggu ya."
Ibu kantin pergi menyiapkan minuman untuk Rindu, kembali ia datang dengan segelas es jeruk.
"Ini Non, es jeruknya."
"Terimakasih ya Bu."
Setelah Bu kantin pergi, Rindu mulai menyantap nasi goreng sosis pesanannya.
"Kak Rindu, apa Steven boleh coba nasi gorengnya?"
"Emang kamu bisa makan?"
"Heheheh nggak tau juga sih Kak, tapi rasanya Steven ingin mencobanya, sepertinya enak Kak."
"Terus gimana dong cara kamu makan?"
"Kaka pisahin aja dikit buat aku, nanti akan aku coba makan. Hehehe."
"Baiklah."
Rindu membagi nasi gorengnya untuk Steven, satu piring berdua, itulah yang sedang terjadi diantara mereka.
Steven mulai mencoba mengambil nasi goreng dan memasukkan kedalam mulutnya, dan happ... Ternyata ia bisa makan layaknya manusia, ia bingung, tapi juga senang, apa karena dia sudah lama di dunia ini?
Selama ini ia hanya menghirup aroma dari setiap makanan, baru kali ini, ia merasa benar-benar bisa makan layaknya manusia pada umumnya.
"Eh, ternyata kamu bisa makan ya."
"Ia Kak, Steven juga baru tau, tapi Steven seneng."
"Senang, karena nanti kamu akan habiskan makanan ku bukan.!"
"Heheheh Kak Rindu bisa aja."
Setelah menyantap makanan dan kenyang, Rindu dan Steven duduk di bangku taman menunggu jam mata kuliah kedua dimulai.
Kini mereka sudah kembali ke kelas Rindu, dosen sedang mengajar di depan, tiba-tiba Rindu ingin ke toilet. Rindu bangun dari duduknya dan ijin untuk ke toilet.
"Kak, mau Steven temenin?"
"Nggak usah, kamu di sini saja. Lagian Kakak nggak lama kok, hanya ke toilet."
"Ok deh."
Rindu keluar dan berjalan menuju toilet kampus, setelah melewati dua lorong, akhirnya ia sampai, Rindu buru-buru masuk kedalam, ia sudah tak tahan untuk pipis.
Setelah menyelesaikan urusannya di toilet, Rindu hendak keluar, namun saat ia membuka pintu toilet, ternyata di sana ada sosok pocong yang menyeringai ke arah Rindu.
Bukan rasa takut yang paling besar dialaminya, tapi malah rasa kagetnya.
"Aakkkh pocong sialan, bruukk."
Spontan Rindu menendang pocong di depannya, otomatis pocong itu jatuh dan terguling-guling di lantai, tanpa menghiraukan si pocong, Rindu kembali dengan sedikit berlari kedalam kelas.
"Aduuhh, bagaimana bisa ada anak seperti dia, takut bukannya sembunyi atau lari, masih sempat-sempatnya nendang, kan gue jadi menggelinding seperti ini di lantai."
Si pocong berusaha bangun, dengan susah paya ia berusaha, akhirnya bisa bangun.
"Lagian, gimana sih pakian ini, susah bet dah, apes banget hidup gue. Eh, kan gue udah mati."
Ia berdialog pada dirinya sendiri, dengan melompat-lompat, pocong itu berkeliling kesana-kemari, beruntung tidak ada yang bisa melihatnya.
***********
Rindu sampai ke kelasnya..
"Huh huh huh."
Ia membuang nafas panjang, lalu masuk kedalam kelasnya.
"Ada apa Kak, mukanya gitu amat.!"
"Hizzhhh, tadi pocong sialan itu ngagetin gue."
"Pocong? terus di mana dia Kak?"
"Nggak tau, tadi gue tendang dan dia jatuh di sana."
"Hahahahah Kakak nendang tu pocong, jangan-jangan kagak bisa bangun lagi dia Kak. Hahahahaha."
Steven tertawa puas.
"Ya biarin, siapa suruh ngagetin gue."
"Steven ijin cek di sana ya Kak."
"Hmmm, tapi jangan lama ya."
"Siap Kak."
Steven menghilang, meninggalkan Rindu di kelas, Steven berkeliling mencari pocong yang tadi mengagetkan Rindu di toilet.
"Nah, jangan-jangan itu pocongnya."
Steven berucap saat ia melihat sesosok pocong di ujung koridor. Steven mendekati pocong itu dan menarik ikatan di kepalanya, membuat si pocong kaget karena tiba-tiba ia melayang-layang dan diayunkan ke kanan kiri.
"Aduuhh, woi berhenti, pusing ni pala gue."
"Hahahahha loh pocong yang tadi ngagetin Kak Rindu di toilet kan? ngaku loh.!"
"Rindu, jadi nama cewek yang nendang gue tadi itu Rindu?"
"Ia, dia Kakak gue, namanya Rindu. Berani loh ya ngagetin Kak Rindu, rasakan ini."
Kembali Steven menarik ikatan kepala pocong itu lalu melemparkannya ke lantai, si pocong menggelinding kesana kemari, ia berusaha untuk bangun, namun naas, lagi dan lagi, Steven membuatnya menjadi seperti mainan.
"Aduh stop, stop, stop, pusing ni pala aing, kamu anak kecil jahat banget sama orang dewasa."
"Siapa suruh kamu gangguin Kak Rindu."
"Udah ya, stop, janji deh nggak akan ganggu anak itu lagi. Apes banget gue."
"Hahahahaha, bener ya, awas kalo ingkar."
Steven meninggalkan si pocong, dan kembali ke dalam kelas.
"Eh poci, nape loh? dihajar loh sama tu bocah?"
Si kunti yang sejak tadi memperhatikan mereka mendekat saat Steven pergi..
"Ia nih Kun, apes banget hidup gue."
"Hidup? loh pikir loh masih hidup? Hihihihihi."
"Ah tak tau lah."
"Gimana ceritanya?"
"Tadi gue iseng ngagetin seorang anak perempuan di toilet, eh gue malah ditendang, dan tadi, gue malah dijadikan mainan sama tu bocah."
"Emang tu bocah siapa?"
"Kagak tau gue, katanya adik dari cewek yang gue kerjain."
"Hihihihihi kasian banget loh ya, gimana kalau kita balas tu bocah perempuan."
"Nggak ah, malas gue, ntar malah gue yang apes."
"Udah loh tenang aja, kan ada gue."
Si kuntilanak dan si pocong bernegosiasi untuk kembali mengerjai Rindu, anggap pembalasan karena tadi si pocong dihajar Steven.
*******
Rindu dan Steven sedang berjalan di sepanjang koridor, mata kuliah hari ini sudah selesai, mereka akan kembali ke rumah.
Wuuuusshhhh....
Tiba-tiba si Kunti ada di sana, mengagetkan Rindu.
Plak..
"Bisa nggak, kalau datang, nggak usah pake ngagetin segala, kalo gue jantungan gimana?"
"Aduuhhh."
Tak lama si pocong datang.
"Eh, mau ngapain lagi loh, masih kurang yang tadi? mau lagi?"
Steven mengepalkan tangannya, pocong itu tentu saja takut, tapi sesuai janji si kuntilanak bahwa ia akan membantu, maka si pocong berusaha untuk tidak takut.
"Ia, kita kesini untuk membalas perbuatan kalian berdua, cewek ini yang sudah menendang gue tadi."
"Oh, maksud loh, loh mau ditendang lagi?"
Rindu berkata sambil mengambil ancang-ancang untuk menendang.
"Hei lawan aku."
Kuntilanak itu bersuara. Rindu melihat kuntilanak di depannya, ia sudah tidak takut lagi, hanya sedikit mual dengan bau badan sosok-sosok itu.
Dengan sigap Rindu langsung menarik rambut panjang kuntilanak itu.
"Auuuuuw auuw, lepasin, sakit tau."
"Sakit, masa sih, ni sekali lagi."
Kembali Rindu menjambak rambut kuntilanak itu, si kunti berusaha meraih Rindu dengan jari-jarinya, namun Rindu kenyataannya adalah anak yang pecicilan.
Dengan santainya ia menjambak lalu berputar-putar membuat si kunti merasakan pusing di kepalanya.
Sedangkan Steven jangan ditanya lagi, ia sedang menghajar pocong yang berusaha kabur, jika ia meloncat-loncat, maka Steven dengan cepat melayang lalu menendangnya, si pocong terguling-guling di lantai, dengan santainya Steven melompat-lompat di badan pocong itu, lalu kembali menendang seperti bola.
Tendangan Steven membuat pocong itu terhempas hingga menembus tembok ruangan, sedangkan Rindu dan si kunti masih saling menyerang, tentu saja si kunti masih tak bisa melepaskan rambutnya dari tangan Rindu.
"Pergi nggak, atau mau gue jadikan perkedel?"
"Apa itu perkedel?"
"Ya ampun, masih berani nanya apa itu perkedel? mau loh gue giling di mesin penggiling daging?"
"Jangan, jangan, jangan, gue, gue pergi aja deh, dari pada digiling."
"Ya udah pergi sana."
Rindu menendang tepat di kepala si kunti, membuat kunti itu melayang, lalu pergi jauh.
"Bodoh, loh pikir loh daging bisa digiling? cuma roh doang padahal. Hahahaha."
Setelah membereskan si kunti dan pocong, Steven dan Rindu akhirnya bisa pulang ke rumah.
"Hahahhaha gimana Kak? asik nggak berkelahi dengan si kunti."
"Ye, asik pala loh."
"Hahahahah."
Steven malah tertawa terbahak-bahak.
...----------------...
...See you next episode kesayangan Author....
...Jaga kesehatan ya kalian. Borahae....
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Pande Dwiyantini
sumpah kocakk,,sampe nangis ketara...🤣🤣🤣🤣
2022-05-01
1