Chapter 12 | Amulet

Reyhan melayangkan bogeman mentahnya ke Anggara dan langsung di cekal Anggara cepat, tatapan Anggara menjadi begitu menunjukkan rasa murkanya. Jova dan Freya yang melihat itu amat getir takut, takut bila pertarungan itu menjadi melukai diri masing-masing. Kini Anggara menghadapi jiwa Reyhan yang lain bukan Reyhan yang ia kenal. Reyhan yang mengayunkan kepalan tangannya pada wajah Anggara, Anggara lebih dulu menahan tangan sahabatnya lalu dengan terpaksa Anggara menendang perut Reyhan hingga Reyhan sedikit terpelanting ke belakang.

Brugh !

“Maaf,” singkat Anggara pada Reyhan.

Reyhan yang tak mau kalah dari Anggara, segera bangkit berdiri dan membalasnya. Anggara menetapkan pandangannya fokus pada si Reyhan, Reyhan telengkan kepalanya kanan kiri  kemudian bersiap melawan Anggara.

GRAP !

Tangan Reyhan yang mengepal dekat muka Anggara, Anggara tahan lagi dan mendorong tangan Reyhan. Sementara Cameron yang berada di sebuah tali-tali yang untuk mengangkat perangkap Freya dan Jova, mencoba mengalihkan perhatian Anggara dari Reyhan. Cameron dengan liciknya menggunakan pedang sebagai pemutus satu tali tersebut.

Tak !

Satu tali putus membuat perangkap penjara untuk kedua sahabat Anggara lainnya berguncang turun, Anggara terperanjat kaget lalu menoleh ke Cameron dengan tatapan tajamnya. Jova dan Freya saling berpegangan tangan bersama rasa takutnya yang tak bisa terpungkiri.

“Hiks Anggaraaaa! Tolongin kitaaa hiks hiks!!”

Suara hisakan tangis Freya membuat Anggara panik bukan main, inilah pertama kali Anggara bersikap panik dalam situasi. Anggara menatap Freya, hanya menatapnya tak bisa berkata apa-apa lagi. Jika menyelamatkan dua sahabat gadisnya, itu berarti Anggara harus melewati Reyhan dan Cameron terlebih dahulu, namun itu sangatlah tidak mungkin. Pemikiran Anggara seketika mendadak kacau bagaimana ia bisa menyelesaikan masalah yang bergantung nyawa tersebut.

Reyhan menatap Anggara melalui memicingkan matanya dengan tersenyum smirk, kesempatan Reyhan membalas Anggara bersama tendangan di wajahnya dengan sangat kuat.

BUAGGHH !!!

Anggara terlempar jauh ke belakang usai di tendang mukanya oleh Reyhan, Anggara terjatuh di lantai sampai terseret beberapa sentimeter, Kepalanya terbentur lantai sangat keras begitupun ada suatu cairan merah pekat yang keluar dari dua lubang hidung Anggara.

“ANGGARAAAAAAAA!!!”

Freya berteriak histeris kepada sahabat kecilnya yang terjatuh miris. Disisi lain, Reyhan tersenyum miring menghampiri Anggara yang terkulai tak berdaya. Reyhan jongkok di depan Anggara seraya mengeluarkan pisau yang tak asing di Anggara. Kini mata Anggara terbelalak lebar melihat pisau bercahaya merah tersebut.

Anggara memutarkan otaknya pada ingatan dirinya di saat ia berada di alam mimpi buruknya.

Flashback On

“Jangan Rey! Jangaaaann!”

“Satu tolakan, tidak akan aku terima sedikitpun. Energimu lah yang satu-satunya terpaling kuat.”

“Rey, gue mohon .. jangan lakukan ini! Gue sahabat lo! Sadar Rey! Sadar! Lo terbawa pengaruh sama makhluk-makhluk jahat disini kan!”

Flashback Off

Anggara yang sempat melamun terbuyar pada tindakan Reyhan yang akan menusuk Anggara menggunakan pisau keramat tersebut, tanpa lama-lama lagi Anggara lantas menggulingkan tubuhnya kesamping mengelak hujaman pisau lipat yang di genggam oleh Reyhan. Disaat sesudah menggelindingkan tubuhnya, sekujur punggung Anggara terasa memar amat sakit, imbas dari benturan lantai yang sengaja Reyhan dorong Anggara tadinya. Tetapi Anggara tetap harus berusaha kuat pada kesakitan ia sekarang, Anggara harus cepat melakukan sesuatu agar bencana mengerikan ini terhempas.

“Reyhan, jangan sampai kau membunuh dia .. jika kau membunuhnya, tak ada tumbal untukku,” timpal Cameron.

“Laksanakan Tuanku, lagi pula aku tak mencoba membunuh manusia menjengkelkan satu ini. Aku hanya akan memberi pelajaran untuknya hingga dia benar-benar tak bisa apa-apa dan tak berdaya.”

Anggara terperanjat kaget pada tuturan dingin dari Reyhan semeskipun itu bukanlah Reyhan yang menjawabnya, melainkan setan yang berada di dalam raga tubuhnya. Anggara meremat tangannya di lantai yang posisi ia merangkak, berpikir akankah semua ini berakhir tanpa korban jiwa? Tidak, jangan sampai ini terjadi. Anggara tak boleh kehilangan akal dan panik begitu saja. Ia harus berpikir jernih dan bertenang sejenak waktu.

“Mengapa kau diam? Oh apakah kau sudah menyerah?” ujar Reyhan bersedekap dada. “Hei jawablah!” sambungnya.

Anggara menatap benci Reyhan. “Gak ada kata menyerah! Gue gak akan menyerah disini. Dan ini belum BERAKHIR!!!”

Anggara mengajak tubuhnya berdiri dengan menahan sakit di seluruh tubuh. Anggara menyeka darah hidung yang mulai mengalir ke bibir atasnya menggunakan tangan ibu jarinya. Tatapan Anggara ke Reyhan sungguh berang. Reyhan menaikkan satu alisnya dengan gaya sombongnya dan Anggara mengukir lengkung bibirnya menjadi kebawah dan agak miring. Dua tangan Anggara mengepal kuat ingin menghajar setan yang merasuki Reyhan.

Reyhan menyeret satu kakinya ke belakang ancang-ancang menendang Anggara. Anggara mempersiapkan dirinya tetap fokus pandangannya, membuang semua pikiran parak ia di otak sementara. Yang benar saja, Reyhan langsung menendang Anggara ke wajah lalu tangkas itu Anggara menangkis kedua tangannya membentengi wajahnya dari tendangan keras Reyhan. Tendangan itu hanya berhasil kena kedua lengan tangan Anggara. Anggara bisa merasakan persendian dua tangannya hampir hancur rapuh.

Di balas kini dengan Anggara dengan menendang kuat keras tulang kaki kering Reyhan sehingga membuat ia terhuyung ke belakang. Reyhan mengumpat geram, ia mengayunkan kaki satunya dari samping agar terkena kepala Anggara, namun Anggara nampak peka, ia membungkukkan badannya. Melesetnya Reyhan ia malah menendang angin saja. Reyhan mendengus murka dan mulai membogem rahang Anggara, di cekalnya Anggara namun Anggara hilang fokus, tendangan maut Reyhan telak kena sasaran ulu hati Anggara, setelah itu Anggara kembali lagi melanting secepat hembusan angin.

BRUGH !!!

Kepala Anggara terasa jauh lebih pening dibanding tadi. Tendangan yang terkena ulu hati pemuda tersebut membuat ia terbatuk-batuk berdarah. Tubuhnya terlentang matanya terpejam kuat akibat kepala sakit sedang bekerja menerjang bak menusuk-nusuk beribuan jarum di kepalanya. Tangannya menempel di dadanya, rasanya sesak sulit untuk bernapas. Freya yang di atas terus histeris meneriaki Anggara sesekali pun memohon untuk berhenti pada hukuman Anggara ini yang dari Cameron.

Anggara menopang tangannya di lantai untuk membantunya kembali berdiri, akan tetapi Reyhan lebih dulu mencengkram kerah jaket Anggara memaksa Anggara untuk berdiri, kedua tangan Anggara mencekal dua tangan Reyhan dengan gemetar. Bukan takut tetapi rasa sakit hebatnya yang membuat ia gemetar seperti itu. Reyhan dengan tenaga sadisnya melempar tubuh Anggara jauh ke belakang sampai Anggara menubruk meja kayu hingga roboh. Sudah pastinya segenap tubuh Anggara begitupun para sendi-sendinya seakan remuk.

GUBRAAKK !!!

Desis dan rintihan Anggara yang kesakitan terdengar sampai sudut ruangan. Tanpa Anggara sadari, sebuah buku yang terbuka tertindih oleh kening Anggara. Anggara mengangkat kepalanya lantas pandangan ia terbentur pada lembaran buku tebal yang sehabis tak sengaja terkena tindihan kening Anggara.

‘Ini buku apa?’

Sampai tiba-tiba mata Anggara bersulih ke gambaran kalung Jimat yang berlian menawan berwarna hijau. Jidat Anggara berkerut tak mengerti apa maksud dari buku tersebut bahkan sampai ada gambar kalung jimat di dalam lembar buku yang menguning tersebut. Sempat-sempatnya Anggara mencari petunjuk dalam buku itu, bola Anggara seketika beralih ke sebuah banyaknya tulisan tentang cara memusnahkan kalung Jimat berlian hijau itu.

‘Kalung Jimat berlian hijau? Cara musnahkan kalung jimat yang di pakai oleh Iblis?’

Anggara menganggukkan kepala seraya menutup buku tentang kalung Jimat tersebut lalu memeluknya beserta membawanya. Reyhan yang telah dapat bisikan pedar Cameron, segera menghampiri berjalan cepat ke Anggara yang masih bertahan nyawa.

“Heh, sedang apa yang kau lakukan?”

“Bukan urusan lo.”

Anggara menyingkirkan meja kayu yang telah roboh dan berceceran dimana-mana bahkan sebagian ada yang sampai mengotori pakaian Anggara. Anggara berdiri dengan mendesis usai itu mengedarkan pandangan sekeliling. Anggara ingin mengetahui dimana kalung Jimat berlian hijau tersebut berada. Mata Anggara mencuat, melihatnya rupanya kalung Jimat hijau tersebut ada pada di leher Cameron, Cameron lah yang memakai kalung Jimat berlian hijau kemilau tersebut.

Anggara berlari sekuat tenaga yang ia punya. Melintasi Reyhan begitu saja, Anggara dengan keberanian luar biasanya berlari membentang satu tangannya ke Cameron yang matanya terpusat di kedua sahabat gadisnya lalu menarik kalung yang di pakai Cameron hingga tercabut dari lingkaran leher Cameron. Cameron menjadi terkesiap kalung Jimatnya telah di rebut oleh Anggara sang pemuda Indigo tangguh akan nyawa serta keberanian yang tak mungkin bisa ditakluki.

“Bocah kurang ajar! Kembalikan kalung Jimat milikku!”

“Oh maaf, sekarang Kalung Jimat lo ada di tangan gue. Gue akan sesegera mungkin memusnahkan kalung Jimat ini yang lo miliki!”

Mata Cameron memerah dengan sorot mata tajam dibalasnya Anggara tersenyum licik smirk tak memedulikan tatapan menyeramkan dari si penguasa alam gaib. Anggara berlari ke ambang pintu, akan tetapi sudah di cegah Reyhan supaya Anggara tak bisa kemana-mana. Sorot mata Reyhan dingin, tetapi hal itu tak membuat Anggara sedikitpun rasa takut, ia menguatkan tekadnya untuk memusnahkan kalung Jimat berlian hijau gemerlap milik Cameron.

Ada peluang Anggara melarikan diri dari cegahan Reyhan, yaitu menerobos melalui samping. Akan tetapi pasti Anggara terkena bogeman mentah lagi dari Reyhan. Ah! Anggara mengacuhkan pikiran negatifnya, Anggara mendorong tubuh Reyhan hingga terpelanting nabrak tembok luar ruangan acara ritual tumbal. Melihat Reyhan terjatuh, Anggara melangsungkan mangkir dari jangkauan Reyhan.

“TUNGGU APA LAGI??!! CEPAT KEJAR ANGGARA!!!”

“Baik Tuan!”

Anggara berlari kencang menelusuri lorong-lorong bawah tanah Kastil dan tanpa berpikir panjang pemuda Indigo itu menaiki tangga kayu untuk menuju kamar Cameron walaupun Anggara tak tahu dimana kamar Cameron, terlalu banyak ruangan di sana. Bola mata Anggara berbolak-balik Kalau jika itu kamar Cameron.

‘Mampuslah gue, ini ruangan banyak banget !’

Anggara mempercepat larinya agar Reyhan yang mengejarnya tertinggal jauh dari Anggara. Ada satu jalan belokan kiri, Anggara segera berlari ke belokan tersebut. Sambil berlari Anggara menyimpan kalung Jimat berlian hijau itu di dalam saku jaketnya supaya tak terjatuh disaat ia lari seperti itu. Bukunya Anggara dekap erat di dada, sesekali ia menengok belakang apakah di sana Reyhan masih terus mengejar Anggara atau tidak. Ternyata Reyhan masih saja mengejar Anggara.

Anggara mencari benda untuk menghalangi Reyhan yang mengejarnya. Mata Anggara mendapati kursi terbuat dari besi di samping salah satu pintu dua daun, tanpa segan-segan itu Anggara berhenti dan tangkas mengangkat kursi tersebut dan melempar kencang ke Reyhan. Kursi itu melayang dengan begitu melesat cepat hingga Reyhan yang tak sempat menghindar terkena kursi besi sampai membuat dirinya jatuh. Anggara tak akan membuang waktu hanya untuk melihat nasib Reyhan yang terjatuh miris, ia melanjutkan larinya pada satu tujuan ialah kamar Cameron. Kamar itulah yang bisa membantu memusnahkan kalung Jimat itu dalam sedetik saja.

Di depan Anggara setelah Anggara belok ke kiri, terdapat sebuah ruangan berpintu dua daun. Tanpa berpikir panjang Anggara segera mendekati pintu tersebut lalu membukanya.

Cklek...

Anggara membuka pintu dua daun tersebut dengan perlahan bersama kepala yang ia condongkan ke dalam ruangan. Sepi tak ada siapapun. Tetapi mata Anggara berpusat ke burung gagak hitam yang tengah menutup mata seolah sedang tidur di sangkar. Anggara perlahan menutup kembali pintu itu dari dalam bersama satu mata yang ia tutup.

Cklek...

Di dalam suatu kamar terlihat tembok serba warna hitam sama dengan semua lorong-lorong Kastil yang berwarna hitam. Anggara melangkah kakinya pelan hingga tak terdengar derap sepatunya. Cahaya sesuatu yang menyilaukan mata Anggara sehingga Anggara memicingkan matanya karena terlalu silau. Anggara sedikit takjub melihat apa yang ia lihat, sebuah buku yang bercover lingkaran dan di tengah dalam lingkaran tersebut ada ukiran bintang.

Anggara memajukan langkahnya ke dekat buku tersebut yang berada di dalam lemari kaca transparan minimalis. Anggara bertanya-tanya dalam hati, buku apa lagi itu, sebelumnya ia telah menemukan buku tebal tentang Kalung Jimat berlian hijau dan kini ia menatap buku tebal satu lagi yang sekarang ia lihat. Anggara tak tahu itu buku apa. Buku yang bersinar keemasan.

Anggara mengalihkan pandangan mata ia dari buku asing tersebut, ia misinya mencari tiga cairan merah, kuning, biru yang ada di dalam toples kaca. Pandangan Anggara teralihkan pada kotak peti di bawah samping kursi sofa single. Satu lutut kaki Anggara ia topang di lantai yang berukiran tanpa ada garis-garis di setiap sisi-sisi para kotak lantai. Tangannya terulur untuk membuka peti ukuran sedang tersebut. Lagi-lagi Anggara menyipitkan matanya karena di dalam peti tersebut seminaukan mata sipit Anggara.

Mulut Anggara menganga dan tercengang menatap beberapa toples kaca yang berisikan cairan banyaknya jenis warna. Toples tersebut ada 20 yang berarti ada 20 warna berbeda juga di dalam setiap toples kaca. Anggara yang meletakkan buku kalung Jimat berlian hijau tersebut ia ambil dan membukanya di bagian panduan pemusnah kalung Jimat. Anggara kemudian membaca tata cara memusnahkan benda itu.

“Ada satu cara untuk memusnahkan kalung Jimat berlian hijau ini, dengan cara mengambil tiga toples yang di dalamnya ada sebuah cairan pemusnah berwarna cairan merah, hijau dan terakhir adalah biru.”

Setelah membaca paragraf pertama, Anggara meletakkan balik buku tersebut dan mengambil tiga toples berwarna cairan yang sesuai pada dalam buku. Usai mengambilnya satu persatu dan meletakkannya di lantai samping buku kalung Jimat, Anggara membaca bacaan ke paragraf kedua.

“Usainya itu, ambilah satu toples kaca kosong di laci peti dan ambilah satu pengaduk kaca.” Anggara menghentikan bacanya di akhir barisan satu. “Peti ini emangnya ada lacinya?”

Anggara meraba-raba sisi-sisi kotak peti coklat itu untuk mencari laci yang ada dalam bacaan buku. Tangan Anggara yang meraba berhenti.

‘Yes ketemu juga ini laci !’ batin Anggara senang.

Anggara membuka laci tersebut hingga menimbulkan 'greeekk' lumayan terdengar keras. Anggara membuka laci itu cukup lebar, Anggara menemukan satu toples kaca dan satu pengaduk kaca. Anggara mengambil dua benda itu lalu menaruhnya di lantai tempat dimana tiga toples cairan yang Anggara letakkan. Tak lupa Anggara menutup lacinya kembali dan mulai menghadap bacaan buku.

“Kemudian tuangkan semua tiga cairan tersebut ke dalam toples kaca kosong. Diharapkan jangan sampai sedikitpun cairan itu tumpah dan mengenai anggota tubuh termasuk tangan, sebabnya akan menjadi sangat bahaya jika terkena cairan itu.”

‘Haduh kalau aja gue baca panduan sampe bacaan bagian paragraf ini, tadinya gue pasti nyari pipet juga sekalian.’

Dengan ini, Anggara harus mencoba dan berusaha tidak teledor pada kegiatannya. Anggara menghembus napasnya gusar dan memulai menuangkan cairan itu satu persatu utamanya. Anggara mengatupkan bibirnya rapat-rapat, sedikit demi sedikit cairan merah itu tertuang ke dalam toples kaca kosong. Anggara melakukan kegiatan menuangkan itu sama halnya pada ia mempelajari materi Kimia di sekolah SMA-nya.

Setelah cairan merah tersebut telah tertuangkan, Anggara mencampurkan cairan merah itu dengan cairan kuning dan cairan biru. Tangan Anggara terasa menjadi kaku karena terlalu tegang menuangkan tiga cairan tersebut ke dalam toples kosong yang kini sudah terisi. Anggara meregangkan jari-jari tangannya dan mengibaskan tangannya naik turun lalu kembali membaca panduan pemusnah kalung Jimat berlian hijau.

“Ini adalah bagian yang paling terakhir, setelah mencampurkan semua ketiga cairan tersebut ke dalam toples kosong, aduk lah cairan yang sudah tercampur hingga ketiga cairan tersebut menjadi satu warna yang berbeda. Pastikan disaat tengah mengaduk semua ketiga warna cairan itu menghilang dan mengeluarkan uap-uap pada masing-masing warna yang telah dicampurkan.”

Anggara menganggukkan kepala mengerti pada tutor terakhir, ia mengambil pengaduk kaca lalu segera mengaduk-aduk campuran cairan tersebut hingga ketiga warna cairan itu menjadi satu warna yang berbeda dari cairan warna-warna yang ada di dalam peti hitam. Cukup berapa menit Anggara mengaduk-aduk cairan tersebut dengan perlahan agar tak mengusik ketenangan tidur pada burung gagak di dalam sangkarnya.

Betapa kagetnya Anggara, warna yang telah tercampur kini menjadi warna cairan putih yang sama menyilaukan wajah Anggara. Sebuah uap-uap asap merah, hijau, biru keluar dari cairan putih berterbangan ke atas hingga lama kelamaan asap tiga warna itu menghilang.

Dahi Anggara berkerut bingung, bacaan yang tadi ia baca adalah panduan yang bagian paragraf paling akhir. Lalu bagaimana caranya memusnahkan kalung Jimat hijau milik Cameron? Apakah Anggara harus memakai logika otaknya, memikirkan sendiri bagaimana memusnahkan Kalung Jimat tersebut? Sial, Anggara menjadi bingung kalau seperti ini!

Anggara menepuk keningnya merasa otak dirinya terlalu dangkal. Anggara berdecak sambil terus memikirkan bagaimana cara kalung Jimat Cameron terlenyapkan. Anggara terdiam melepaskan telapak tangannya dari kening lalu merogoh saku jaket untuk mengeluarkan kalung Jimat berlian hijau punyanya sang empu.

Anggara menatap betul-betul pada kalung itu sampai tiba-tiba ada ide brilian dari otak Anggara. Iblis tak menyukai warna putih, sedangkan kalung Jimat Cameron adalah berlian berwarna hijau tepatnya itu adalah kalung Jimat Iblis. Mata Anggara beralih ke toples yang isinya cairan putih.

‘Oh apa ini kalung, gue ceburin ke cairan putih itu, terus kalung Jimat ini bakal langsung musnah?! Ck gue gak ada pilihan lain, waktu juga udah mepet. Kalau gue kelamaan berpikir, bisa-bisa gue ketauan sama setan yang di dalem raga Reyhan.’

Tanpa memakai pikiran panjangnya, Anggara menurunkan kalung Jimat berlian hijau di atas permukaan cairan putih. Ia turunkan perlahan ke cairan putih itu, namun kegiatan Anggara terganggu saat ada suara derap langkah sepatu yang akan masuk ke dalam kamar Cameron. Ya, yang Anggara masuki itu adalah kamar dari Cameron Hoelderon.

Anggara menolehkan kepalanya ke belakang. “Sialan! Siapa yang dateng?!” umpat Anggara.

“Eh apa jangan-jangan yang dateng-”

Anggara dengan tergesa-gesa menaruh ketiga toples yang ada di lantai ke dalam peti hitam lagi dan memasukan pengaduk kaca ke laci. Anggara menutup laci dan peti lumayan keras, sementara toples yang berisi cairan putih ia tutup bersama penutup toples lalu membawanya. Tak itu saja, pemuda cerdik itu membawa buku kalung Jimat serta mengembalikan kalung Jimat berlian hijau ke dalam saku jaketnya.

Anggara mencari tempat untuk bersembunyi. Anggara di kasih keberuntungan, ada sebuah pintu rak buku yang di belakangnya adalah ruangan khusus. Tanpa lama-lama Anggara segera berlari kedalam belakang rak buku besar tersebut. Didalam terdapat gagang pintu yang bisa menutup rak buku di luar. Anggara menarik cukup pakai tenaga otot tangannya dikarenakan pintu rak buku tersebut sangat berat semacam baja. Anggara menutup sedikit pintunya supaya ia bisa mengetahui siapa yang datang masuk ke kamar Cameron.

Drap drap drap drap !!!

CKLEK !

Orang tersebut membuka pintu kamar Cameron dengan kasar sambil mendengus marah besar. Bayangan seseorang terlihat dari atas lantai dan itu Anggara memantau bayangan tersebut dari sela-sela pintu. Rupanya benar dugaan Anggara, yang datang bukanlah anak buah Cameron lainnya melainkan yang datang adalah Reyhan dalam posisi keadaan dirasuki setan negatif.

Reyhan memasuki kamar sambil menengok kanan kiri seraya mengeluarkan pisau cahaya merah di tangannya. Otak Anggara kembali lagi berputar mengenai mimpi buruk pada satu hari yang lalu.

‘Gak halusinasi berarti tadi gue di ruang ritual itu !’

‘B-bukannya itu pisau yang sama ada di dalem mimpi buruk gue?! Yang bener aja selama ini mimpi gue jadi kenyataan !’

“KELUARLAH KAU ANGGARA!!!”

Jantung Anggara berdetak berpacu kencang tidak karuan, keringat dingin mengucur deras dari keningnya.

“PISAU INI AKAN MELUMPUHKAN KE SEMUA SELURUH ANGGOTA TUBUHMU JIKA AKU MENUSUKKAN PISAU INI KE KAU, HUHAHAHAHAHA!!!”

Anggara menelan salivanya susah payah masih dengan memantau Reyhan pada sorot mata mendelik yang begitu menyeramkan. Tetapi pandangan Reyhan teralihkan tepat pada mata Anggara. Dengan cepat Anggara melenggangkan mukanya dari Reyhan, menyenderkan punggungnya berharap Reyhan tak menghampiri dirinya. Reyhan melangkahkan kakinya ke dekat pintu rak buku besar lalu terdiam.

“BRENGSEK, DIMANA KAU HAH?! AKAN AKU CARI KAU SAMPAI KETEMU!!!”

Reyhan membalikkan badannya dan keluar dari kamar Cameron, ia juga menutup kembali kamar Cameron dengan sangat keras.

BRAKK !!!

Anggara menghembuskan napasnya lega akhirnya Reyhan keluar dari kamar Cameron.

“Huft, rasanya kayak adrenalin bener.”

Bau anyir menyeruak sampai ke penciuman hidung Anggara, bau bangkai manusia yang amat busuk dan asap-asap yang membuat dada Anggara kembali sesak. Banyaknya tengkorak-tengkorak manusia yang digantung pakai rantai besi sebagian ada sepotong tulang tangan manusia yang berserakan di tanah.

Angga bergidik ngeri dan menutup mulutnya dengan satu karena ingin muntah pada bau tidak sedap itu. Napasnya juga jadi sesak berterusan.

‘Bisa mati konyol gue !’

Anggara meraba membuka pintu rak buku dan segera membebaskan diri dari tempat mematikan pernapasan. Anggara keluar serta menutup pintu rak buku dengan paksa. Berhasil bernapas dari tempat anyir tak sedap akhirnya.

“Uhuk uhuk uhuk! Astagfirullah hampir aja napas gue berhenti!” Anggara terbatuk-batuk sembari memegang dadanya.

Anggara perlahan pergi keluar dari kamar Cameron, karena ia telah berhasil melakukan tuang campur cairan tersebut. Meskipun Anggara rada kesal uji ia menceburkan kalung Jimat itu ke cairan putih gagal akibat kehadiran Reyhan.

Cklek...

Anggara membuka pintu kamar Cameron, keluar dengan wanti-wanti jika ada anak buah dari Cameron, sosok Iblis mana mungkin tidak memiliki anak buah. Pastinya memilikinya. Merasa aman tak ada siapapun, Anggara menutup pintu kamar sangat perlahan.

Cklek...

Anggara bersandar di belakang pintu untuk beristirahat sejenak, dadanya terasa sesak hingga ia sedikit merintih kesakitan. Anggara menutup matanya beberapa menit dan membuka kembali. Darah Anggara terkesiap melihat empat anak buah Cameron yang memakai topeng horor di wajahnya tersendiri.

Anggara menegakkan badannya menjauh dari pintu lalu berjalan mundur-mundur sampai tiba-tibalah mulut Anggara dibekap oleh seseorang. Anggara hanya tersentak kaget tanpa ada suara teriakan yang keluar dari mulutnya saat tengah di bekap.

Kira-kira siapakah yang membekap mulut Anggara?

INDIGO To Be Continued ›››

Terpopuler

Comments

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

siapa ya

2023-07-07

1

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

kak... warna merah kuning dan biru itu kayak bersahabat gitukan warnanya

2023-07-07

1

Ansyanovels

Ansyanovels

Di cerita horor ini aku buat secara netral, jadi gak pakai sesuatu keajaiban untuk mengusir hantu, yaitu ayat kursi. Hanya memakai alat tertentu saja buat mengusir 😂

2023-07-07

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Chapter 1 | Vacation Plans
3 Chapter 2 | Leave
4 Chapter 3 | First Day Visiting the Forest
5 Chapter 4 | Strange Things Start
6 Chapter 5 | Under the Influence
7 Chapter 6 | The Ruler
8 Chapter 7 | Inside Videos
9 Chapter 8 | Blocked
10 Chapter 9 | Calamity Attack
11 Chapter 10 | Demon Star Portal
12 Chapter 11 | Maliciously Evil
13 Chapter 12 | Amulet
14 Chapter 13 | True Self
15 Chapter 14 | Obliterate
16 Chapter 15 | The Dark Past
17 Chapter 16 | Go Home
18 Chapter 17 | Abandoned Villa Building?
19 Chapter 18 | Go to That Place Again
20 Chapter 19 | Bypassing Prohibition
21 Chapter 20 | A Bad Omen Happened
22 Chapter 21 | Figure Sketch Painting
23 Chapter 22 | Misunderstanding
24 Chapter 23 | Cruel Human
25 Character Visuals
26 Chapter 24 | Between Spirit and Soul
27 Chapter 25 | Two Natural Worlds
28 Chapter 26 | Monster Fish in the Lake
29 Chapter 27 | A Teaching of Spells
30 Chapter 28 | Erland Lucifer
31 Chapter 29 | Enmity With Gilles
32 Chapter 30 | Enigrafent Afterlife
33 Character Visuals II
34 Chapter 31 | Reality or Just a Dream?
35 Chapter 32 | Possessed
36 Chapter 33 | Don't Know it
37 Chapter 34 | Suicide
38 Chapter 35 | Lost Forever
39 Chapter 36 | More Careful
40 Chapter 37 | Dreams Ended in Depression
41 Chapter 38 | Between Water And Fire
42 Chapter 39 | Tragedy At 21.00
43 Chapter 40 | Initial Terror
44 Chapter 41 | Giving it Over And Over
45 Chapter 42 | Definitely Severe Weakness
46 Chapter 43 | Investigate
47 Chapter 44 | Every Sign
48 Character Visuals III
49 Chapter 45 | Great Danger Will Happen
50 Chapter 46 | Got Big Trouble
51 Chapter 47 | Ruined Day
52 Chapter 48 | New Spirit Arrival
53 Chapter 49 | Remember Who He Is?
54 Chapter 50 | Meet Unexpectedly
55 Chapter 51 | Totally Real
56 Chapter 52 | Ornaliea Asgremega
57 Chapter 53 | A Missing Word
58 Chapter 54 | Anyone Can See It
59 Chapter 55 | He Came In One's Subconscious
60 Chapter 56 | I Managed to Save You!
61 Chapter 57 | There's Still A Purpose To Live
62 Chapter 58 | Can't Just Accept Fate
63 Chapter 59 | Fragile Heart
64 Chapter 60 | The Impact of Depression
65 Character Visuals IV
66 Chapter 61 | Giving a Motivation
67 Chapter 62 | Embarrassing
68 Chapter 63 | Not Yet Over
69 Chapter 64 | Become the Second Target?!
70 Chapter 65 | The Weakness of the Sixth Sense Man
71 Chapter 66 | Conditions Associated With Living Mysticism
72 Chapter 67 | Alternating Terror?
73 Chapter 68 | Additional Ability
74 Chapter 69 | A Different Aura
75 Chapter 70 | Departure
76 Chapter 71 | Conveyed Hope
77 Chapter 72 | It's Not Easy to Forget
78 Chapter 73 | My Terror Will Always Make You Suffer!
79 Chapter 74 | The Unpredictable Killer
80 Chapter 75 | Changing Destiny
81 Chapter 76 | Trying to Be a Shield to Protect Life
82 Chapter 77 | Grasp Accuracy
83 Chapter 78 | The Same Events Repeatedly
84 Chapter 79 | Their Anxiety
85 Chapter 80 | Disturbed Psychic
86 Chapter 81 | That Mystery Death!
87 Chapter 82 | Almost Revealed
88 Chapter 83 | Terror In Dreams Is Far More Dangerous
89 Chapter 84 | Morning Caution
90 Chapter 85 | Uncovered Already
91 Chapter 86 | Steady Plan
92 Chapter 87 | Problem Solving
93 Chapter 88 | Explanation Before Saying Goodbye
94 Chapter 89 | The Presence of a Stranger Ghost Figure
95 Chapter 90 | About Outdated Paper
96 Chapter 91 | Failed to See
97 Chapter 92 | Stop Looking Away For a While
98 Chapter 93 | Appearing Vision
99 Chapter 94 | Trapped In A Dark Room
100 Chapter 95 | Occult Hint
101 Chapter 96 | The Real Doer
102 Chapter 97 | Give Last Chance
103 Chapter 98 | Apology
104 Chapter 99 | Deadly Accident
105 Chapter 100 | Special Person
106 Chapter 101 | People Who Were in the Past
107 Chapter 102 | Disaster
108 Chapter 103 | Gloomy Life
109 Chapter 104 | Quarrel Because It Has Lulled
110 Chapter 105 | Responsible
111 Chapter 106 | Past Background [Anggara]
112 Chapter 107 | There's Still Care [Freya]
113 Chapter 108 | Drop Sick
114 Chapter 109 | Physical Revenge
115 Chapter 110 | Two Diagnostics
116 Chapter 111 | Deep Emotions
117 Chapter 112 | Prohibited to Meet
118 Chapter 113 | Feel Loose
119 Chapter 114 | Mental Disorder
120 Chapter 115 | Impossible
121 Chapter 116 | Rampant
122 Chapter 117 | Terrible Panic [Jovata]
123 Chapter 118 | Ignored Threats
124 Chapter 119 | Personal Matters
125 Chapter 120 | The Feeling of Having a Sixth Sense Friend
126 Chapter 121 | An Urge to Let Go of the Dark Past
127 Chapter 122 | Way Out?
128 Chapter 123 | Entitled to Prevent From Harm
129 Chapter 124 | Nice Idea
130 Chapter 125 | Regret
131 Character Visual V
132 Chapter 126 | Guarded And Protected
133 Chapter 127 | Removing Hostility
134 Chapter 128 | Low Power Memory
135 Chapter 129 | Don't Regard As Enemies
136 Chapter 130 | Other Feelings
137 Chapter 131 | Expressing Love?
138 Chapter 132 | Asking for Help
139 Chapter 133 | Decision Point
140 Chapter 134 | Pseudonym
141 Chapter 135 | It's Time to be Exposed
142 Chapter 136 | New Student
143 Chapter 137 | Clues or Just Hallucinations
144 Chapter 138 | Prone
145 Chapter 139 | Bunch of Sects
146 Chapter 140 | Star Circle Blood Logo
147 Chapter 141 | A Bad Sign
148 Chapter 142 | Black Shadow
149 Chapter 143 | A Message
150 Chapter 144 | Strange Eve
151 Chapter 145 | Overseas Women Photo Frames
152 Chapter 146 | Event Dimension
153 Chapter 147 | Short Rescue
154 Chapter 148 | Piano Sound in the Attic
155 Chapter 149 | Trapped In Villa Ghosmara
156 Chapter 150 | Ghost Vanishing
157 Chapter 151 | Underground Stairs
158 Chapter 152 | Dragged Into Another World
159 Chapter 153 | Inseparable
160 Chapter 154 | Cannibal
161 Chapter 155 | Wrong Victim
162 Chapter 156 | Awkward Attack
163 Chapter 157 | Demon Beast
164 Chapter 158 | Delivering Into the Immortal Realms
165 Chapter 159 | Wilderness And Haunted
166 Chapter 160 | Complete
167 Chapter 161 | Never Give Up
168 Chapter 162 | Two More Days?
169 Chapter 163 | On the Abyss
170 Chapter 164 | Fact?
171 Chapter 165 | The Mystic
172 Chapter 166 | Golden Snake With One Eye
173 Chapter 167 | Stop This!
174 Chapter 168 | Ultimate
175 Chapter 169 | Deep Wounds
176 Chapter 170 | Whisper of Doom
177 Chapter 171 | I'm Back
178 Chapter 172 | Resentment
179 Chapter 173 | Please Don't Go!
180 Chapter 174 | Anxiety
181 Chapter 175 | Deepest Regret
182 Chapter 176 | Stay Best Four Forever
183 Chapter 177 | Worth the Bad Feeling?
184 Chapter 178 | Viral News
185 Chapter 179 | Feel Guilty
186 Chapter 180 | Giant Creatures
187 Chapter 181 | Mutual Convince
188 Chapter 182 | Not Found
189 Chapter 183 | Must Endure!
190 Chapter 184 | Do it Again
191 Chapter 185 | You..?!
192 Chapter 186 | Ex-lover?
193 Chapter 187 | Unable to Let Go
194 Chapter 188 | Between Human Friend And Ghost Friend
195 Chapter 189 | Unlock Secrets
196 Chapter 190 | Last Love
197 Announcement!
198 Chapter 191 | Visitor
199 Chapter 192 | Afternoon Trap?
200 Chapter 193 | Battered
201 Chapter 194 | Ever Met
202 Chapter 195 | Backfire
203 Chapter 196 | Failed
204 Chapter 197 | I Will Kill You!
205 Chapter 198 | Defining a Lifeline
206 Chapter 199 | Converted
207 Chapter 200 | Positive Thinking
208 END
209 EPILOG
210 Special Announcement!
Episodes

Updated 210 Episodes

1
PROLOG
2
Chapter 1 | Vacation Plans
3
Chapter 2 | Leave
4
Chapter 3 | First Day Visiting the Forest
5
Chapter 4 | Strange Things Start
6
Chapter 5 | Under the Influence
7
Chapter 6 | The Ruler
8
Chapter 7 | Inside Videos
9
Chapter 8 | Blocked
10
Chapter 9 | Calamity Attack
11
Chapter 10 | Demon Star Portal
12
Chapter 11 | Maliciously Evil
13
Chapter 12 | Amulet
14
Chapter 13 | True Self
15
Chapter 14 | Obliterate
16
Chapter 15 | The Dark Past
17
Chapter 16 | Go Home
18
Chapter 17 | Abandoned Villa Building?
19
Chapter 18 | Go to That Place Again
20
Chapter 19 | Bypassing Prohibition
21
Chapter 20 | A Bad Omen Happened
22
Chapter 21 | Figure Sketch Painting
23
Chapter 22 | Misunderstanding
24
Chapter 23 | Cruel Human
25
Character Visuals
26
Chapter 24 | Between Spirit and Soul
27
Chapter 25 | Two Natural Worlds
28
Chapter 26 | Monster Fish in the Lake
29
Chapter 27 | A Teaching of Spells
30
Chapter 28 | Erland Lucifer
31
Chapter 29 | Enmity With Gilles
32
Chapter 30 | Enigrafent Afterlife
33
Character Visuals II
34
Chapter 31 | Reality or Just a Dream?
35
Chapter 32 | Possessed
36
Chapter 33 | Don't Know it
37
Chapter 34 | Suicide
38
Chapter 35 | Lost Forever
39
Chapter 36 | More Careful
40
Chapter 37 | Dreams Ended in Depression
41
Chapter 38 | Between Water And Fire
42
Chapter 39 | Tragedy At 21.00
43
Chapter 40 | Initial Terror
44
Chapter 41 | Giving it Over And Over
45
Chapter 42 | Definitely Severe Weakness
46
Chapter 43 | Investigate
47
Chapter 44 | Every Sign
48
Character Visuals III
49
Chapter 45 | Great Danger Will Happen
50
Chapter 46 | Got Big Trouble
51
Chapter 47 | Ruined Day
52
Chapter 48 | New Spirit Arrival
53
Chapter 49 | Remember Who He Is?
54
Chapter 50 | Meet Unexpectedly
55
Chapter 51 | Totally Real
56
Chapter 52 | Ornaliea Asgremega
57
Chapter 53 | A Missing Word
58
Chapter 54 | Anyone Can See It
59
Chapter 55 | He Came In One's Subconscious
60
Chapter 56 | I Managed to Save You!
61
Chapter 57 | There's Still A Purpose To Live
62
Chapter 58 | Can't Just Accept Fate
63
Chapter 59 | Fragile Heart
64
Chapter 60 | The Impact of Depression
65
Character Visuals IV
66
Chapter 61 | Giving a Motivation
67
Chapter 62 | Embarrassing
68
Chapter 63 | Not Yet Over
69
Chapter 64 | Become the Second Target?!
70
Chapter 65 | The Weakness of the Sixth Sense Man
71
Chapter 66 | Conditions Associated With Living Mysticism
72
Chapter 67 | Alternating Terror?
73
Chapter 68 | Additional Ability
74
Chapter 69 | A Different Aura
75
Chapter 70 | Departure
76
Chapter 71 | Conveyed Hope
77
Chapter 72 | It's Not Easy to Forget
78
Chapter 73 | My Terror Will Always Make You Suffer!
79
Chapter 74 | The Unpredictable Killer
80
Chapter 75 | Changing Destiny
81
Chapter 76 | Trying to Be a Shield to Protect Life
82
Chapter 77 | Grasp Accuracy
83
Chapter 78 | The Same Events Repeatedly
84
Chapter 79 | Their Anxiety
85
Chapter 80 | Disturbed Psychic
86
Chapter 81 | That Mystery Death!
87
Chapter 82 | Almost Revealed
88
Chapter 83 | Terror In Dreams Is Far More Dangerous
89
Chapter 84 | Morning Caution
90
Chapter 85 | Uncovered Already
91
Chapter 86 | Steady Plan
92
Chapter 87 | Problem Solving
93
Chapter 88 | Explanation Before Saying Goodbye
94
Chapter 89 | The Presence of a Stranger Ghost Figure
95
Chapter 90 | About Outdated Paper
96
Chapter 91 | Failed to See
97
Chapter 92 | Stop Looking Away For a While
98
Chapter 93 | Appearing Vision
99
Chapter 94 | Trapped In A Dark Room
100
Chapter 95 | Occult Hint
101
Chapter 96 | The Real Doer
102
Chapter 97 | Give Last Chance
103
Chapter 98 | Apology
104
Chapter 99 | Deadly Accident
105
Chapter 100 | Special Person
106
Chapter 101 | People Who Were in the Past
107
Chapter 102 | Disaster
108
Chapter 103 | Gloomy Life
109
Chapter 104 | Quarrel Because It Has Lulled
110
Chapter 105 | Responsible
111
Chapter 106 | Past Background [Anggara]
112
Chapter 107 | There's Still Care [Freya]
113
Chapter 108 | Drop Sick
114
Chapter 109 | Physical Revenge
115
Chapter 110 | Two Diagnostics
116
Chapter 111 | Deep Emotions
117
Chapter 112 | Prohibited to Meet
118
Chapter 113 | Feel Loose
119
Chapter 114 | Mental Disorder
120
Chapter 115 | Impossible
121
Chapter 116 | Rampant
122
Chapter 117 | Terrible Panic [Jovata]
123
Chapter 118 | Ignored Threats
124
Chapter 119 | Personal Matters
125
Chapter 120 | The Feeling of Having a Sixth Sense Friend
126
Chapter 121 | An Urge to Let Go of the Dark Past
127
Chapter 122 | Way Out?
128
Chapter 123 | Entitled to Prevent From Harm
129
Chapter 124 | Nice Idea
130
Chapter 125 | Regret
131
Character Visual V
132
Chapter 126 | Guarded And Protected
133
Chapter 127 | Removing Hostility
134
Chapter 128 | Low Power Memory
135
Chapter 129 | Don't Regard As Enemies
136
Chapter 130 | Other Feelings
137
Chapter 131 | Expressing Love?
138
Chapter 132 | Asking for Help
139
Chapter 133 | Decision Point
140
Chapter 134 | Pseudonym
141
Chapter 135 | It's Time to be Exposed
142
Chapter 136 | New Student
143
Chapter 137 | Clues or Just Hallucinations
144
Chapter 138 | Prone
145
Chapter 139 | Bunch of Sects
146
Chapter 140 | Star Circle Blood Logo
147
Chapter 141 | A Bad Sign
148
Chapter 142 | Black Shadow
149
Chapter 143 | A Message
150
Chapter 144 | Strange Eve
151
Chapter 145 | Overseas Women Photo Frames
152
Chapter 146 | Event Dimension
153
Chapter 147 | Short Rescue
154
Chapter 148 | Piano Sound in the Attic
155
Chapter 149 | Trapped In Villa Ghosmara
156
Chapter 150 | Ghost Vanishing
157
Chapter 151 | Underground Stairs
158
Chapter 152 | Dragged Into Another World
159
Chapter 153 | Inseparable
160
Chapter 154 | Cannibal
161
Chapter 155 | Wrong Victim
162
Chapter 156 | Awkward Attack
163
Chapter 157 | Demon Beast
164
Chapter 158 | Delivering Into the Immortal Realms
165
Chapter 159 | Wilderness And Haunted
166
Chapter 160 | Complete
167
Chapter 161 | Never Give Up
168
Chapter 162 | Two More Days?
169
Chapter 163 | On the Abyss
170
Chapter 164 | Fact?
171
Chapter 165 | The Mystic
172
Chapter 166 | Golden Snake With One Eye
173
Chapter 167 | Stop This!
174
Chapter 168 | Ultimate
175
Chapter 169 | Deep Wounds
176
Chapter 170 | Whisper of Doom
177
Chapter 171 | I'm Back
178
Chapter 172 | Resentment
179
Chapter 173 | Please Don't Go!
180
Chapter 174 | Anxiety
181
Chapter 175 | Deepest Regret
182
Chapter 176 | Stay Best Four Forever
183
Chapter 177 | Worth the Bad Feeling?
184
Chapter 178 | Viral News
185
Chapter 179 | Feel Guilty
186
Chapter 180 | Giant Creatures
187
Chapter 181 | Mutual Convince
188
Chapter 182 | Not Found
189
Chapter 183 | Must Endure!
190
Chapter 184 | Do it Again
191
Chapter 185 | You..?!
192
Chapter 186 | Ex-lover?
193
Chapter 187 | Unable to Let Go
194
Chapter 188 | Between Human Friend And Ghost Friend
195
Chapter 189 | Unlock Secrets
196
Chapter 190 | Last Love
197
Announcement!
198
Chapter 191 | Visitor
199
Chapter 192 | Afternoon Trap?
200
Chapter 193 | Battered
201
Chapter 194 | Ever Met
202
Chapter 195 | Backfire
203
Chapter 196 | Failed
204
Chapter 197 | I Will Kill You!
205
Chapter 198 | Defining a Lifeline
206
Chapter 199 | Converted
207
Chapter 200 | Positive Thinking
208
END
209
EPILOG
210
Special Announcement!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!