Di pagi hari berikutnya, tepat cuti sekolah. Angga di belakang bagasi mobil sedang sibuk menggerakkan kedua tangannya untuk memasukkan semua tas besarnya yang buat liburan camping nanti di kota Bogor. Ketiga sahabatnya sang lelaki Introvert, menunggunya yang masih berkutat di sana tanpa ada bantuan siapapun.
Setelah dirasanya telah tuntas, Angga mengangguk mantap. “Oke, beres.”
“Apa, Ga? gak denger, gue!” minta ulang Reyhan.
“Gak ngomong sama lo!”
“Ye, dasar Manusia Bongkahan Es!” sentak sahabatnya Angga yang telah mendapatkan jawaban singkat itu.
Lelaki Introvert itu, tidak memedulikan protesnya si Reyhan yang nampaknya tengah asyik menghitung banyaknya batu kerikil yang ada di bawahnya, memang sahabatnya Angga tersebut terkenal MKKB atau kepanjangannya yaitu, Masa Kecil Kurang Bahagia. Sedangkan Jova memperhatikan Reyhan yang tengah berkutat dengan kerikil.
Jova melipat tangannya di dada dengan menyipitkan matanya. “Ehem, kira-kira anakmu ada berapa tuh, Rey? Serius banget hitungnya.”
“Ada sepu- eh maksudmu apa itu anakku?! Belum beristri ya aku, tuh! Kelar SMA aja belom, masa udah punya anak? .. itu berarti aku punya anak tapi di luar nikah!”
“Nah, ngaku kamu akhirnya! Sungguh tak menduga itu beneran terjadi, hahahaha!”
Reyhan melempar tatapan sengitnya ke Jova. Renyahnya akan tawa Jova, ingin sekali batu-batu yang sedang Reyhan hitung itu ia masukkan ke dalam mulut sahabat perempuan Tomboy-nya. Tetapi mana mungkin ia laksanakan, dirinya terlalu takut bila tubuhnya digebuk habis-habisan oleh Jova si gadis barbar tersebut.
“Angga, mau aku bantuin, nggak?” tawar Freya dengan melangkah menghampiri Angga yang tengah sibuk merapikan barang-barang bawaannya di bagasi mobil.
Angga menolehkan kepalanya ke sahabat kecilnya bersama telapak tangan yang mengelap keringat pelipis. “Gak usah, ini sudah selesai.”
Lelaki tampan nan mandiri itu kemudian mengangkat kedua tangannya untuk menutup bagasi mobil jenis Avanza Toyota warna hitamnya. Usai tuntas, Angga memperhatikan kedua sahabat SMP-nya yang tengah menyibukkan diri.
“Mau sampai kapan kalian berdua di situ? Ayo, masuk. Semua tas sudah gue rapikan di bagasi mobil,” ajak Angga walau dengan nada dingin.
“Bentar napa, Ngga?! Gue belum selesai ngitung ini batu kerikilnya. Tunggu sampai lima menit aja, oke?”
Angga memutar bola matanya malas ke sembarang arah sambil melangkah ke pintu kemudi. “Boleh, tapi lo harus tetep di sini dan gak usah ikut ke luar kota. Dasar perlambat waktu!”
Mendengar akan hal itu, Reyhan langsung bangkit dari jongkok lalu berlari ke pintu samping pintu kemudi dan lekas masuk ke dalam mobilnya Angga yang mana pemuda hati keras tersebut hendak membuka pintunya.
Freya dan Jova yang juga ingin masuk ke dalam mobil bagian pintu belakang, menggelengkan kepalanya kompak karena melihat tingkah lakunya Reyhan yang amat konyol. Setelah semuanya berada di dalam mobil, Angga memutar kontak kunci mobilnya untuk menyalakan mesin. Sesudahnya, kedua telapak kakinya saling menancap gas untuk pergi meninggalkan komplek Permata.
...››-----𝕴𝖓𝖉𝖎𝖌𝖔-----››...
Di perjalanan menuju ke kota Bogor, tak ada satupun orang yang memulai pembicaraan. Hingga Angga nang fokus menyetir mobil, melepaskan salah satu tangannya untuk mengambil ponsel dari dalam saku celana jeansnya. Ia menghembuskan napasnya lalu menyerahkan benda pipih miliknya ke Reyhan yang lelaki Friendly itu sedang menikmati tontonan film Thriller di aplikasi YouTube di handphone punyanya.
Reyhan melirik Angga dengan wajah raut bingungnya. “Ngapain, Bro? Lo mau hadiahkan gue dengan ponsel canggih lo ini, kah?”
Angga mendengus kasar. “Mimpi saja, dulu! Kalau ngomong suka ngawur, gue cuman minta tolong nyalain tombol bluetooth yang ada di pengaturan HP gue. Biar alat musiknya bisa langsung terhubung.”
Reyhan mengangguk paham. “Buat nyetel musik, kan? Gue, mah udah tahu jalan pikiran lo yang kurang bervariasi itu, haha!”
“Gak usah banyak ngomong! Tinggal sambungkan, apa ribetnya?! Suntuk, gue denger ocehan dari lo!” tegas Angga.
Senyuman Reyhan yang mulanya ramah, menjadi layu karena bentakan tegas dari Angga. Tak mengapa! Ia juga sudah terbiasa menghadapi sikap dinginnya sang sahabat. “Iya-iya, sorry. Nih, langsung gue sanding. Jangan marah-marah, napa? Kalah, Anjir sama bapak-bapak tukang kriminal.”
“Terserah.”
Freya yang melihat sahabat kecilnya nang telah memperlakukan Reyhan dengan kasar walau tak memakai fisik melainkan di pembicaraan saja, menghela napasnya dengan wajah pilu. Ia tidak tahu bagaimana caranya melunakkan hati dinginnya Angga. Dan ini masih menjadi suatu yang misteri, ada apa sebenarnya dengan lelaki tampan ini.
“Keren nih, lagunya lo! Emang kreatif, dah elo kalau soal pilih musik, hehehe!”
“Thanks.”
‘Anjrut, lah! Itu doang jawabannya? Garing banget kali, ya pujiannya gue buat ini cowok satu. Mana itu muka gak ada reaksi apa-apa, lagi. Stay kayak tembok,’ rutuk Reyhan dalam kalbu.
Angga menyampingkan bola matanya ke arah Reyhan lepau melirik usai mendengar suara hatinya sang sahabat, ia hanya diam saja tanpa mau komplain. Lalu kemudian dirinya menghadapkan kedua matanya ke kaca utama untuk kembali fokus melihat pandangan jalan di depan.
Jova memajukan pantatnya dan tangannya mulai menepuk-nepuk bahu kokoh sahabat lelaki pendiamnya. “Angga, habis ini belok ke Alfamart dulu, ya?”
“Ya, oke.”
Gadis Tomboy itu yang telah mendapatkan jawaban cuek dari Angga, lantas langsung menggigit dinding bibir bagian bawahnya. Bukankah Angga akan menjadi hangat bila bersama orang terdekatnya? Tetapi kenapa ini terasa sepadan saja seperti waktu bersama orang lain? Itulah pikirannya Jova saat kini.
Setelah menempuh beberapa kilometer dari komplek Permata, Angga membelokkan stir-nya ke kanan untuk masuk ke parkiran salah satu toko waralaba yang telah dibuka pada 30 menit lalu. Lelaki itu menghentikan mobilnya hingga otomatis musik yang disetel ikut berhenti.
“Makasih, Anggara! Aku ke sana dulu, ya?!” ceria Jova seraya membuka pintu mobil usai mengambil dompet ungunya.
Angga mengangguk singkat. “Ya.” Lalu pemuda tampan itu menolehkan kepalanya ke belakang untuk menatap Freya yang duduk manis dengan senyuman cantiknya. “Kamu ke sana juga, temani Jova. Biar sekalian kalau mau beli sesuatu gak pakai ribet.”
“Oh, gitu? Oke. Kamu mau aku belikan apa, Ga? Pakai uangku saja, gak usah ditukar,” tawarnya.
Angga menggelengkan kepala. “Gak perlu, kamu sama Jova saja yang beli. Aku nggak mau kamu kerepotan.”
“Enggak kok, Ga. Kan, aku Ikhlas! Mau apa?” tulus Freya tetap menawari kepada sahabat kecil lelakinya.
Angga menghela napas pendek. “Yasudah, terserah kamu saja. Apa yang kamu belikan untukku, aku terima. Makasih.”
Freya menganggukkan kepalanya dengan tersenyum lebar lalu ikut turun dari mobil dan menyusul Jova yang telah berdiri di depan pintu kaca Alfamart. Usai mendatanginya, gadis Tomboy berambut agak pirang itu malah justru menarik lengan tangannya Freya.
“Apa sih, Va? Main tarik-tarik aja. Kamu mau bilang apa sama aku?” tanya Freya yang peka dengan ekspresi kagetnya.
“Hei, Frey! Aku mau tanya penting, deh sama kamu. Ini tentang Angga sahabat kecilmu. Kenapa, sih sifatnya suka banget misterius kayak gitu? Bukannya kamu pernah bilang kalau dia bakal hangat jika sama orang dekatnya? Lah ini? Sama aja, tuh gak ada bedanya.”
Freya menghela napasnya panjang. “Seharusnya begitu, tetapi aku gak tahu kenapa Angga selalu seperti itu sejak menginjak kelas SMP. Dia bahkan gak pernah cerita sama aku soal dia ada masalah apa. Padahal dulu, Angga orangnya gak kayak sekarang. Huh, aku gak tahu mestinya harus bagaimana buat Angga.”
Di sisi lain, Angga melirik kedua sahabat perempuannya yang tentu ia tahu bahwa sedang membicarakan soal tentang dirinya. Namun saat mereka menatap lelaki tampan itu, Angga segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Mungkin hati yang telah beku, sulit untuk dicairkan kembali.
Baru saja Reyhan akan mengajak ngobrol ringan pada Angga, tetapi sahabat Introvert-nya telah dulu memejamkan kedua mata dengan punggung bersandar di kursi kemudi. Pemuda humoris itu, memutuskan mengurung niatnya untuk berkomunikasi dengan Angga.
Di saat Angga memejamkan mata untuk menikmati suasana pagi yang masih terasa dingin, tiba-tiba di dalam bayangannya muncul sebuah senjata runcing yang menghujam ke tepat arahnya. Dengan itu, Angga spontan terkejut hingga membuka matanya cepat sekaligus menegakkan badannya.
“Ga?! Kenapa? Tiba-tiba langsung kayak kaget gitu. Ya, kali masa lo cepet banget datengin mimpi yang buruk,” ujar Reyhan dengan menghadapkan badannya ke arah Angga.
Angga mencoba mengambil napas dalam karena entah mengapa secara datang-datang, dadanya terasa dihimpit oleh sesuatu yang tak terlihat. Ia menyingkap segera rambut hitamnya ke belakang dengan menghembuskan napasnya.
“What happened, Bro? Kesehatan lo lagi bermasalah. Mau minum, gak? Gue ambilin sekarang.”
Angga menutup matanya yang redup lalu menggelengkan kepalanya pelan. Hanya gerakan tubuh, membuat Reyhan memundurkan jaraknya dari sahabatnya. Tetapi bisa ditengok dengan jelas, bahwa wajah Angga sedikit pucat. Ia tak mengerti apa yang terjadi di dalam bayangan gelapnya barusan.
‘Pertanda apa yang akan hadir?’
...››-----𝕴𝖓𝖉𝖎𝖌𝖔-----››...
20 menit kemudian setelah menempuh perjalanan ke kota Bogor, kini mobilnya Angga telah tiba di kawasan masuknya gang hutan ternama. Lelaki tersebut mematikan mesinnya usai mendapatkan parkiran di yang patokannya di pelosok tembok tinggi.
Kini, Angga beralih mengambil ponselnya yang ada di laci bawah alat pemutar musik untuk menonaktifkan Bluetooth di pengaturannya yang letaknya berada di atas layar handphone.
Keempat remaja SMA tersebut, mulai saling keluar dari dalam mobil. Angga yang telah menutup pintu kemudinya, segera bergegas berjalan ke belakang mobil untuk membuka bagasi. Mereka semua yang ingin liburan di hutan luas sana, lekas mengambil tas besarnya masing-masing.
Angga menekan salah satu tombol yang ada di atas kontak kunci mobilnya lepau menguncinya otomatis. Hati mereka bertiga merasa bahagia menatap asrinya hutan luas itu walau belum masuk ke dalam gang, kecuali diri Angga yang justru meninjau tajam untuk konstan waspada apalagi setelah ia mendapatkan bayangan absurd yang bersifat simptom.
Reyhan memejamkan matanya dengan tersenyum sangat lebar bersama merentangkan kedua tangannya untuk mengutarakan atas kebahagiaannya hari ini.
“Here we come, O eyewash !”
INDIGO To Be Continued ›››
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Kak Ya
ayem comiiiiinggg 😀😀
2022-10-26
1
☺︎︎⑅⃝✎ᶠᵘˡˡ 𝒉𝒂𝒑𝒑𝒚 ♫︎
Saling dukung yuk, ,saya bakal Tinggal kan jejak dengan Like semua cerita mu ini :)
2022-06-30
5
diksiblowing
sambil terus baca
2022-06-16
1