...(Comment tiap paragraf, ya...) ...
...Harap hati" karena typo bertebaran...
...-HAPPY READING-...
Ruangan lingkup yang bernuansa gelap dan pengap, menghadirkan suasana nang kurang nyaman. Banyak sekali lamat-lamat kotoran yang menempel di setiap sudut dinding, debu pasir juga berserakan di lantai ubin cokelat.
Dengan perlahan, Reyhan membuka kedua matanya walau bisa dirasakan bahwa itu berat. Sekujur tubuhnya memar akibat sebelum ia hilang kesadaran dihajar habis-habisan oleh beberapa makhluk asing nan menyeramkan di suatu tempat yang belum pernah pemuda itu kunjungi.
Netra yang sayu itu, menyapu ke sekitar ruangan kumuh. Tempat yang tak ada penerangan dari cahaya lampu, membuat jiwa dan hati Reyhan menjadi gentar. Keringat dingin pula kembali merembes menuju ke pelipis.
Hingga pada akhirnya napas miliknya tercekat hebat saat tatapannya membentur pada sejumlah banyak tengkorak manusia dewasa yang tersusun rapi atau berjejeran di pelosok tembok.
Bau amis darah segar yang menyeruak ke indera penciumannya, berjaya membuat Reyhan ingin mengeluarkan cairan muntahan dari dalam perutnya. Ia benar-benar tersiksa di ruangan mengerikan ini.
Sampai tiba-tiba, terdengarlah suara langkah kaki yang memasuki ruangan. Bersama hidung kembang-kempis akibat ketakutan terhadap situasi ini, Reyhan menolehkan kepalanya ke arah sumber yang berbunyi hingga sekarang.
“Selamat malam, Kawan. Senang sekali berjumpa denganmu usai melihatmu tidak sadarkan diri akibat dampak dari kerjaannya para anak buahku.”
‘Siapa cowok yang berperawakan kayak drakula itu? Mana sok kenal, lagi! Gue tau kalau dia bukan orang baik-baik, auranya negatif.’
Pemuda yang mengenakan jubah panjang di belakang tengkuk, berjongkok seraya menancapkan raut iblisnya. “Kau pasti diam-diam berusaha membaca pikiranku, ya? Hahahaha! Kenalkan, aku Cameron Hoelderon. Seorang penguasa di dunia alam semesta yang telah kau jelajahi bersama lainnya.”
Cameron yang berujar panjang-lebar itu, dengan sambil melepaskan lakban yang masih senantiasa membekap mulutnya Reyhan. Manusia lelaki tampan itu yang mengamati dari ekspresinya, menghempaskan napas kasar.
“Lo ada urusan apa sama gue? Oh, atau ini cara lo kepada semua orang yang gak sengaja menyinggahi tempat sampah ini?!” bentak Reyhan.
Cameron yang masih ada di samping korban pancingannya, lekas menempelkan sisi jari telunjuknya di bibir dengan gaya angkuh. “St, bukan. Ada satu hal yang aku inginkan darimu.”
“Apaan, Brengsek?!”
Pemuda pemilik jiwa arogan tersebut, bangkit dari jongkok lalu berjalan tiga langkah kemudian memutar tubuhnya ke arah Reyhan yang masih dikungkung di atas kursi aluminium.
“Aku sedang membutuhkan suatu energi yang mempunyai ras paling terkuat dari seseorang. Maka dari itu, aku sengaja menjadikan kau sebagai umpan entitas,” jelas Cameron.
Mata Reyhan melotot tajam. “Tapi kenapa harus gue yang lo jadikan sebagai umpan, hah?! Dasar Manusia gak punya penyimpanan otak, jangan harap gue bisa menuruti apa yang lo mau!”
Cameron menghembuskan napas jengah sembari bersedekap di dada. “Itu terserah kau saja, sih. Mau menolak atau menerimanya, tapi yang jelas ... salah satu dari antara tiga sahabatmu akan aku tumbalkan malam ini nanti.”
“Anggara Veincent Kaivandra. Itu sosok dari sahabatmu, kan?” ulasnya.
DEG
Usai mendengarkannya secara saksama, tidak tahu kenapa tenggorokan Reyhan rasanya kering. Matanya memanas, hatinya membuncah tak karuan. Bagaimana mungkin sahabat Introvert-nya dijadikan mainan tumbal?
“Jangan, lo jangan berbuat macem-macem sama Angga, Goblok! Dia salah apa sama lo, emangnya?! Dia bahkan bukan pendusta atau pelanggar aturan di hutan keramat ini!” murkanya.
Cameron tersenyum smirk. “Dia memang bukan pendusta atau pelanggar aturan, tapi karena sahabatmu mempunyai suatu kelebihan yang telah dianugerahi sejak kecil, membuatku terangsang untuk merebutnya segera dari tubuh.”
‘Mempunyai suatu kelebihan yang telah dianugerahi sejak kecil? Maksudnya dia, Angga anak Indigo? Tapi ... gimana bisa? Ck, gue belum percaya kalau gak lihat buktinya sendiri.’
“Aku sudah tidak punya banyak waktu lagi untuk mendengarkan segala ocehan-mu di sini, ketetapan tetap ketetapan. Dan kini aku akan membuatmu lemah terlebih dahulu sebelum aku beraksi,” cakap lelaki berhati angkuh itu.
“M-maksud lo?!”
“Hahaha, kau akan tahu.” Kemudian Cameron menjentikkan jarinya hingga efek itu mengeluarkan sebuah asap hitam yang hadir dari bawah lantai.
Seakan-akan napas milik Reyhan terputus saat menatap sesosok makhluk menyeramkan yang telah muncul usai keberadaan si asap hitam. Postur tubuh yang jangkung, wajah yang terkoyak hingga menimbulkan luka dalam di sana membuat Reyhan ingin rasanya kabur.
Auranya begitu mengerikan sekaligus negatif, dan Reyhan tak tahu apa yang ingin dilakukan oleh makhluk gaib tersebut. Namun nang jelas, itu adalah bawahannya Cameron yang akan disuruh untuk menyerang manusia lelaki tampan ini.
“Jangan apa-apain gue!” pinta Reyhan dengan penekanan nada, seolah menyuruh Cameron agar makhluk itu tak berbuat sesuatu.
Sepertinya pemuda yang berperawakan tinggi serta mengenakan kostum drakula itu telah mengetahui kelemahan pribadinya Reyhan. Makhluk astral yang mengerkau energi negatif, memang tidak sanggup dirinya hadapi. Sekalipun bersama pendamping.
“Segeralah masuk ke dalam raga lelaki itu, dan patuhi apa yang akan ku suruh lagi untukmu nantinya,” titah Cameron.
Reyhan dengan netra yang masih memanas bersama perasaan campur aduk, menggeleng kepalanya kuat-kuat tanpa sanggup mengeluarkan suaranya yang tercekat itu. Sementara di sisi lainnya, ia berusaha menggerakkan kedua anggota tangannya yang masih terikat tali di belakang sandaran kursi.
Makhluk yang sepuluh kali lipat menakutkan tersebut, membasahi bibir dengan lidahnya di hadapan Reyhan meskipun masih berjarak jauh. Dan, tanpa aba-aba yang diberikan oleh pelopornya, sosok berwujud gaib itu berlari kilat macam halilintar untuk menghampiri manusia sasarannya sekaligus memasuki tubuh lemahnya.
“ARGH, JANGAAAAAAAAAN!!!”
Usai makhluk itu berhasil menembus raga pemuda tampan yang dikomandoi oleh sang pemilik bangunan kastil ini, tubuh Reyhan tersentak dengan mata melotot layaknya mendapatkan reaksi nan sensasi yang menjalar ke seluruh raganya.
Kedua tangannya yang masih terbelenggu, muncul sebuah urat-urat begitupun bagian lehernya di mana saat rahang pipinya mengeras. Gigi putihnya saling menggertak dalam mulut, sementara Cameron yang menonton pemandangan asyik tersebut, hanya memiringkan sunggingan bibir.
Kepala Reyhan yang mendongak ke atas dengan banyaknya peluh keringat, tertunduk cepat ke bawah bersama mata terpejam. Secara waktu yang cukup singkat, lelaki berambut berantakan itu perlahan mengangkat wajahnya.
Terlihat jelas, aura mukanya telah tergantikan menjadi sangat jauh lebih berbeda dibanding sebelumnya. Tatapan mata yang kondisinya menghadap lurus ke depan, ia ukir senyuman sinis.
“Saya akan mematuhi atas perintah apa yang Tuan inginkan. Menumbalkan seorang manusia berkemampuan khusus? Cukup menyenangkan.”
Lelaki yang mengenakan kostum hitam menyesuaikan aura nang dimilikinya itu, tersenyum kemenangan. Akhirnya apa yang ia rencanakan, berjalan dengan sempurna.
...‹‹---𝕴𝖓𝖉𝖎𝖌𝖔---››...
Dalam tubuh terlentang di atas lantai semen berwarna gelap, Angga mengernyitkan kedua matanya waktu kesadarannya yang pulih, ia merasakan kesakitan luar biasa di bagian kepala.
“Sssssh ...”
Selain itu yang ia rasakan, dadanya juga terasa sakit macam ditikam oleh ribuan benda tajam. Hingga kemudian, perlahan-lahan Angga membuka netranya.
Langit-langit dinding yang besar dan luas, suasana nang dingin menusuk berjaya mengingatkan pemuda Indigo itu ke suatu kejadian yang sudah lampau. Tentunya siluet bayangan makhluk pria tersebut yang telah membaringkan raganya ke sini.
Anggara! Kamu baik-baik aja?!
Ia yang dipanggil bersama nada lengking, membuat wajah pemuda tampan itu terangkat sedikit untuk mengarah ke sumber suara dari perempuan tersebut. Angga membuka mulutnya tipis saat menangkap sahabat kecilnya, yakni Freya.
‘Kalian berada di atas sana karena dikurung dengan mereka? Dugaan ini gak mungkin salah.’
Angga menghempaskan napasnya tanpa menjawab atas kecemasan yang dirasakan oleh sahabat kecil cantiknya, hingga ia mendengar suara tepukan-tepukan tangan kecil di daerah sekitar, membuat ia memposisikan awal kepalanya.
Pemuda Indigo itu seketika menekan giginya dengan hati kesal waktu mendapatkan ketibaan sosok lelaki seumurannya yang melangkah angkuh untuk menghampiri tubuhnya.
“Lo siapa-” Ucapan Angga terputus secara langsung saat refleks menggerakkan sebagian tubuh. Apaan, ini? Kenapa sepasang anggota tangan dan kakinya dibelenggu pakai borgol besi yang telah dikunci? Apalagi hal itu membuat dirinya tak bisa bergerak sedikitpun kecuali kepala.
‘Jeratan ini? Mimpi?! Argh, mengapa harus menjadi nyata?!’ raung Angga dalam hati karena peristiwa yang ia alami persis seperti di alam bawah sadarnya.
“Hahahaha, kenapa? Susah untuk bebas? Sungguh memalangkan. Lagi pula, kau tak akan ku persilahkan kabur sebelum semuanya tuntas dengan bijaksana.”
Angga mengalihkan pandangannya ke pemuda bersuara nada Bass itu yang tak lain adalah Cameron. Tatapan mata ia sangat begitu menusuk ke orang yang sudah berkomunikasi dengan logat sombong.
“Apa yang lo mau dari gue?!”
Dasar anak Indigo gak bermutu, untuk apa lo mempertahankan kekuatan lo itu jika nggak digunakan dengan oke? Buang-buang energi aja
Cameron yang mempunyai aura hitam, tersenyum sinis sekilas lalu mengambil jarak jauh dari Angga yang masih telentang di atas lantai. Entah mengapa ia justru menjauh, bahkan seolah-olah siap menikmati sesuatu yang sebentar lagi akan dimulai.
“Suaranya kayak kenal,” laun Freya dan Jova dengan melemparkan pandangan tanpa memasang ekspresi senang.
Sedangkan, Angga memicingkan kedua netra untuk memperhatikan detail pada siluet bayangan yang bagi ia cukup tak asing di penglihatannya. Ruangan ini diadakan kabut, makanya lumayan sulit untuk Angga tinjau.
“Selamat malam, Sobat,” sapa Reyhan dengan senyuman iblisnya setelah keluar dari dalam kabut astral.
“R-reyhan?!”
Kedua gadis tersebut tak akan mungkin memekik karena terkejut kalau bukan sahabatnya yang mengemukakan wujud. Sementara seperti Angga, hanya diam dengan menancapkan wajah dinginnya.
Tak lagi terkesiap pada aura Reyhan yang berganti, disebabkan ia telah tahu bahwa raga sahabatnya sedang dipermainkan oleh makhluk gaib atau sebut saja anteknya dari Cameron.
“Coba hirup udara di ruangan ini, di bawah langit malam bulan purnama. Ada tanda-tanda jika lo akan kehilangan sesuatu dari dalam jiwa lo. Apalagi elo itu manusia paling terpilih bagi angkatan iblis, sangat pantas bila dimiliki seutuhnya.”
Jova mengerutkan kening karena tak paham apa yang dimaksud Reyhan. “Kamu ngomong apaan, sih?! Lihat, deh. Mukamu kayak lagi ngajak Angga musuhan!”
“Lo diem, Cewek! Mending lo di atas sana gak usah ikut campur sama urusan gue dengan bocah gak tahu diuntung ini,” sentaknya bersama menatap nyalang.
Bola mata gadis Tomboy itu mendelik dengan hati terkejut. “D-dia berani berkata kasar sama sahabat ceweknya?! Heh-”
“Va, sudah! Cowok yang ingin kamu ajak berargumen, bukan Reyhan! Dia bukan sahabat kita bertiga!” tegas Freya tiba-tiba, sambil menggenggam salah satu tangan Jova.
Jova menolehkan kepalanya cepat dengan meneguk ludahnya. “Maksud kamu?! Tubuhnya Reyhan lagi dimasukin setan?”
Freya menganggukkan kepala dengan menatap sahabatnya serius lalu menjawab, “Iya. Aku tau dari cara sikap dan omongannya, dia bukan Reyhan Ivander Elvano!”
Jova melongo tak percaya apa yang diungkapkan sahabat lugunya. Peka-peka begitu, tapi kenapa mempunyai rasa cenayang yang pintar memprediksi?
“Sahabat kecilmu itu ternyata juga mempunyai aura yang terbuka, ya? Sangat fantastis,” ujar Cameron, usai melongok ke arah Freya dan kini menatap Angga.
Reyhan merogoh kunci pas untuk membebaskan lelaki Indigo itu dengan wajah datarnya. Setelah semuanya beres, pemuda yang posisinya dipergunakan jahat oleh makhluk mengerikan, menarik paksa tubuh lemah Angga agar berdiri.
“Lo di kastil ini sudah gak ada artinya. Karena, di malam ini juga lo akan menjadi tumbalnya atasan gue! Ngerti?!” calaknya, lalu melempar raga sahabatnya asal ke tembok hingga kepala Angga membentur kuat.
DUAKH !!!
Freya yang mendengar nada tinggi itu, menutup mulutnya dengan kalbu syok sementara kristal air matanya mengumpul di pelupuk, beda dari Jova yang justru tak terima seraya memukul kencang bagian jeruji besi di hadapannya sambil mengumpat bersama ucapan toxic mutiaranya.
Angga di bawah sana, merintih sakit dengan berusaha membangkitkan tubuh usai dilayangkan maksimal oleh Reyhan dengan tenaga dahsyatnya tersebut. Namun, sayangnya...
DUAKH !!!
“Eeeeeergh!” Rintihan panjang Angga mengudara saat Reyhan berjaya menendang dadanya, apalagi sekarang lelaki tampan itu menyentuh area rasa sakitnya dengan mata mengernyit kuat.
“Bangun lo, Bangsat!” Ia menarik kerah jaket bagian belakang milik Angga buat menyuruh bangkit, yang padahal raganya telah terlungkup karena oleh dirinya.
“Lo itu aslinya manusia lemah! Bahkan jika sejujurnya gue berkata, lo sama sekali gak pantes buat menggenggam kekuatan itu sampe akhir waktu!”
“ANGGAAAAAAAA!!!”
Tangisan Freya kini pecah saat sahabat kecilnya yang ia sayangi, kembali terpelanting kencang setelah ditorehkan tendangan kuat dari telapak kakinya Reyhan yang sukses mengenai muka Angga.
Cameron yang anteng mengamati target pilihannya mengusap darah sudut bibir nang robek, memiringkan kepala dengan menyusutkan dahi karena sekuat tenaga Reyhan untuk melemahkan energi Angga, lelaki pemilik Indera keenam itu tetap tangguh dalam keadaan.
“Demi apa, rupanya lo cukup kuat juga ya menerima segala serangannya gue? Bahkan, lo sendiri gak ada niatan untuk membalas kekejaman gue terhadap elo. Kenapa, Bro? Tidak tega? Tidak rela?”
Angga mengatupkan bibirnya dengan menyentuh dada bidangnya yang kini terasa bergemuruh nan sesak. Iris mata abu supernaturalnya itu konstan menatap tajam segi aura negatif milik Reyhan.
‘Gue ingin menyelesaikan masalah ini, tapi apakah gue harus bertarung kepada sosok makhluk itu yang saat ini memperalat tubuh sahabat gue? Bahkan di mimpi itu, dia berhasil merebut Indigo ini yang telah dianugerahi semenjak dini hingga sang empu mati di tangannya.’
Dengan terbatuk, Angga mengambil napas dalam lalu menghembuskannya perlahan dari mulut kemudian berupaya menegakkan badannya, waktu Reyhan telah berada di dekat hadapannya.
Mereka memang saling bersahabat, tapi aura dari tatapan matanya mereka saat ini lebih menunjukkan sebuah kekelaman bagaikan awan kelabu yang didominasi oleh petir menggelegar ke penjuru langit.
Pandangan yang tak menuding rasa perkawanan ini, sudah menandakan bahwa mereka akan berseteru dalam bawah tanah kastil! Seperti apakah adegan sengit itu bakal bermula?
INDIGO–To Be Continued »
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments