Chapter 5 | Under the Influence

Di sebuah ruangan yang leluasa bersama cat warna hitam nang menghiasi semua tembok dinding di setiap ruangan asing ini. Seorang pemuda yakni adalah Anggara, membuka kedua matanya yang entah rasanya mengapa berat hingga ia langsung tersadar bahwa dirinya sekarang posisinya terbaring di suatu lantai semen yang permukaannya ada dua, dingin dan halus.

Mata Anggara terpaku pada dinding atas ruangan yang ia tempati. ‘Kenapa gue bisa ada di sini? Ini bukan halusinasi yang sedang masuk di pikiran gue, kan?’

Ckrak !

Lelaki tampan itu, mengernyitkan dahinya yang tertutup oleh rambut hitamnya saat ia tidak mampu menggerakkan tangannya, terlebih lagi terdapat suara benda di sekitar kedua tangannya waktu dirinya mengangkat anggota tubuhnya tersebut.

Anggara mengumpat dalam hati karena ia melihat sepasang pergelangan dari tangannya dibelenggu oleh suatu borgol yang berperangai besi. Dan rupanya bukan hanya tangannya saja yang diikat, tetapi dengan juga dua pergelangan kakinya. Bagaimana mungkin Anggara sanggup pergi dari tempat mistis seperti ini?

Hingga waktu Anggara berupaya membebaskan diri dari belenggu kencang ini yang ada di ruangan tersebut, ia dihampiri beberapa makhluk sakral dengan senyuman yang menyeringai. Tetapi bukan berarti menatap mereka semua, membuat nyali mental diri Anggara menipis. Ia malah justru memasang ekspresi yang menggambarkan amarah.

“Apa yang kalian inginkan?!”

Bukannya menggubris, mereka yang sekumpulan para perempuan remaja nang berusia di atas 16 tahun beserta mengenakan gaun panjang berenda code hitam, mulai saling bergandengan tangan dan mulai membentuk barisan dalam melingkar untuk bersedia mengelilingi raga Anggara yang dipasung.

Seketika mata Anggara merapat saat ia mendengar sebuah lagu lirih yang dinyanyikan oleh empat belas kelompok dari sosok perempuan bermuka pucat pasi itu. Keringat dingin pemuda tersebut mengucur membasahi tubuh, dadanya terasa begitu sakit macam ditikam oleh pisau berkali-kali, ia tak mampu bernapas dengan baik, apalagi secara sekejap tenggorokannya menjadi kering.

Sampai ujungnya, mereka semua yang berwujud makhluk gaib menghentikan lagunya begitupun menunda langkah memutarnya yang untuk mengelilingi raga Anggara supaya cepat melemah akibat suara lirih nan menyeramkan itu.

Dua perempuan yang masih melekatkan tangan dalam bergandeng, melepaskannya segera serta membelah jalan untuk memberikan tempat langkahnya seseorang yang mengenakan sepatu hak tingginya. Hal itu, membuat Anggara membuka matanya perlahan dan mencari letak sumber suara hentakan heels tersebut.

“Kau anak Indigo, ya?” tanya angkuh sang wanita yang telah berdiri di depannya Anggara dengan menampilkan senyuman smirk-nya.

Anggara mengerang sengit. “Bukan urusan lo! Lepaskan gue-” Ia memotong ucapannya sendiri saat terkejut melihat detail wajah mengerikan dari sosok wanita itu. ‘Tunggu, bukannya dia sesosok hantu yang pernah ditemui sama Reyhan tadi?! Kenapa sekarang arwah negatif ini ada dihadapan gue? Sial, apa gue dijebak olehnya setelah gue mengeluarkan kekuatan untuk mengusir dia dari Reyhan?’ relungnya kemudian ada suara perkataan yang terbesit dan muncul dibenak.

...Dasar Manusia Pengacau! Awas saja, kau nanti !...

Anggara meneguk salivanya, tak menyangka jika ucapan sebelumnya dari wanita lelembut ini membawa pertanda buruk kepadanya. Keringat dingin pula tetap senantiasa membasahi leher, keningnya si lelaki Indigo tersebut.

“Haha! Kau bilang apa, tadi? 'Lepaskan'? Jangan pernah kau berharap untuk sanggup pergi dari tempat yang telah aku sediakan dari awal rencanaku! Dan sebentar lagi akan ada seseorang yang bakal merebut semua kekuasaanmu yang sudah kau genggam sejak lahir.”

Anggara menekan giginya kuat dalam mulut yang terbuka, sorot matanya begitu tajam menatap wanita angkuh tersebut yang kembali menertawakannya. Rencana? Rupanya! Ungkapan dari wanita yang telah Anggara usir, bukan sembarangan perkataan omong kosong atau hanya ancaman.

“Menyingkirlah.”

“Ah, sudah datang! Silahkan, Tuan.” Wanita itu dengan memberikan hormat, melangkah mundur untuk membelah jalan kepada seseorang yang telah mengomandoi dirinya buat pergi dari hadapan Anggara.

Pemuda pemilik indera keenam itu, mulai menyipitkan kedua mata saat seseorang tersebut berjalan untuk mendekatinya. Walau sosok itu belum terlihat jelas di pandangan Anggara, namun ia bisa memprediksi bahwa yang akan menjadi perebut kekuatannya memiliki tubuh jangkung seperti dirinya.

“Selamat malam.”

Napas Anggara tatkala langsung tercekat waktu ia mendapati sosok yang tak asing sekali baginya, Reyhan. Mata lelaki tampan berambut hitam itu mendelik dengan bersama detak jantung yang berdegup kencang, sementara sang sahabat tersenyum miring layaknya telah bersetubuh dengan iblis.

“Reyhan? Lo, bersekutu sama arwah wanita yang hampir mengambil nyawa lo?!” kejut Anggara nyaris berhati tak percaya pada kenyataan ini.

Lelaki Friendly itu yang sekarang mempunyai aura negatif, mengeluarkan gelak tawanya pada Anggara yang menurutnya, tersebut adalah pertanyaan lelucon. Reyhan sekarang berjongkok dengan tangan menopang salah satu kakinya bersama menatap sahabatnya arogan.

“Kalau iya, kenapa? Lo kaget? Hahaha, dasar Bodoh! Bagaimana bisa indera tajam lo itu mampu terkalahkan sama rencana indahnya wanita yang secara menjadi kolega gue? Yaaaa, tapi gue seneng. Seneng karena habis ini, gue berhasil merampok semua energi lo yang ada di dalam raga.”

Anggara tersenyum miris. “Kenapa lo seperti ini? Gue yakin, lo telah dipengaruhi oleh yang gak terlihat! Lo bukan sahabat yang gue kenali.”

“Huh.” Reyhan menghembuskan napasnya dengan wajah bosannya. Rasa benci juga ada di hatinya, karena sahabat pendiamnya terlalu menghujani banyak pertanyaan, lalu pemuda berambut cokelat itu bangkit berdiri dan meninggalkan Anggara sejenak untuk pergi menuju ke pojok ruangan.

Bola mata Anggara bergerak untuk mengikuti arah Reyhan yang berjalan ke pelosok tembok. Di sana terdapat sebuah meja kayu, dan sahabatnya tengah sibuk berkutat dengan aktivitas santainya. Lelaki Indigo itu, mengeluarkan hembusan napasnya dari mulut saat menerima feeling buruk tentang mengenai tugasnya sang sahabat di daerah seberangnya.

Reyhan kini membalikkan badannya ke belakang sambil menjinjing dua gelas kecil yang di dalamnya berisi minuman warna merah pekat. Wajahnya nampak dingin dengan bersama melangkahkan kakinya tenang untuk kembali menghampiri sahabatnya.

Anggara hanya bungkam melihat Reyhan duduk silang di tepat sampingnya seraya meneguk nikmat minuman kental tersebut. Bau ini, cukup bisa Anggara ketahui apa isi dari cairan merah pekat itu.

‘Darah. Reyhan meminum cairan darah dari tubuh manusia? Apa, semua ini?! Siapa yang telah rela mempengaruhi sahabat gue hingga menjadi parah seperti sekarang? Dan, apa yang harus gue lakukan untuk mengembalikan semula jiwa asli dari Reyhan?’ rutuk hati Anggara berucap dengan pikiran kacau.

“Oh, iya. Tenggorokan lo posisinya lagi kering, kan akibat dari suara nyanyian merdu anak buah gue? Jadi ... lebih baik, sekarang lo minum air ini yang gue siapkan untuk elo, dijamin lo akan ketagihan dengan minuman yang gue kasih,” tawar Reyhan sembari menyodorkan gelas satunya yang berisi penuh.

“Lo pikir gue akan mau atas dari tawaran lo?! Jangan bermimpi!” sentak Anggara menolak pemberiannya Reyhan.

Setelah menatap intens wajah Reyhan yang mengalami perbedaan aura, sanggup Anggara tebak 100 persen bahwa sahabat ramahnya sedang dalam dibawah pengaruh iblis. Apalagi aura hitamnya benar-benar kuat dan mengundang negatif yang melekat di jiwanya Reyhan.

“Mengapa? Bukannya lo harus melancarkan dari keringnya tenggorokan elo itu? Gue hanya punya ini, sisanya daging mentah yang ada di suatu ruangan lingkup. Mungkin lo sekarang lagi merasa kelaparan karena dikurung dalam perangkap ini,” ucap Reyhan dengan tersenyum sinis.

Mata Anggara memicing dengan hati yang bertumpuk rasa benci terhadap jiwa lapuknya Reyhan. “Cuma makhluk berwatak maksiat saja yang mau dan sanggup meminum darah dan daging mentah dari tubuh manusia! Lo pikir dengan elo mengelabui, gue cepat tertipu? Gak akan!”

“KEPARAT!”

PYAR !!!

Syukurlah, Anggara tangkas menoleh kepalanya ke kanan untuk menghindari pecahan kaca gelas itu yang nyaris saja mengenai mukanya. Di sisi lain, Reyhan yang posisinya di belakangi oleh sahabatnya, berkecamuk emosi. Ia segera langsung mengambil gelas punyanya, lalu menarik paksa rambut Anggara agar menghadap ke arahnya.

“Minumlah!” geram Reyhan seraya menyuapi kasar Anggara dengan cairan darah kental itu yang masih tersisa seperempat di dalam gelas kecilnya.

Kedua pipi Anggara yang menggembung sedikit karena di dalam mulutnya telah ada cairan darah menjijikkan itu, lekas mengempis waktu ia menyemburkan minuman tersebut hingga mengenai wajah gelapnya Reyhan.

“Kurang ajar!” raung Reyhan sambil mengusap kasar wajahnya yang sudah tersiram oleh minuman spesialnya.

Napas Anggara naik-turun cepat dengan mata melotot tajam menatap sahabatnya yang sekarang sibuk membersihkan darah kental itu dari wajah tampannya. “Hentikan semua ini, Iblis!”

“Elo emang nyari mati!!” berang dahsyat Reyhan dengan beringsut untuk mencekik kuat leher Anggara bersama pakai tengah maksimalnya.

“Uhuk!” Sahabatnya Reyhan terbatuk keras lalu mengerang kencang karena ia telah sengaja menutup jalur pernapasannya Anggara.

Semakin lama mencekik, napas Anggara terasa berat ditambah dadanya diserang oleh sesak yang hebat. Ingin menghentikan aksi kejamnya Reyhan, tetapi kedua tangannya masih terkunci pada borgol besi tersebut. Mata pemuda Indigo itu, memejam erat dengan terus mengerang kesakitan.

“Haruskah gue membikin raga lo melemah, sebelum gue merebut semua kekuatan supernatural dari elo?! Karena selain itu, lo pantes buat mati!” calak Reyhan dengan menambahkan siksaannya terhadap Anggara bersama cara menekan leher sang sahabat tanpa ada rasa prihatin.

Leher Anggara terlalu sakit untuk mengeluarkan suara, ia memilih pasrah karena tak ada kesempatan emas buat menyetop aksi kejamnya Reyhan terhadap dirinya. Kini sekarang, sahabat Friendly-nya yang telah dipengaruhi energi negatif ini melepaskan salah satu tangannya dari leher sang empu lalu mengambil sesuatu benda di dalam saku kantong bagian belakang celana jeans abunya.

Kedua iris mata grey autentiknya Anggara terpaku singkat waktu meninjau sebuah pisau absurd yang sekarang telah ada di genggaman telapak tangannya Reyhan. Selain itu, Anggara terbebas dari cekikan itu yang hampir mengosongkan napas raganya.

Di bagian aluminium dari pisau tersebut, terdapat cahaya kemerahan beserta sinarnya yang mampu rada menyilaukan retina miliknya Anggara. Seketika, ia terperanjat kaget setengah mati tentang pasal mengenai fungsi pisau abstrak ini. Ya, senjata pusaka itu mempunyai suatu karakteristik yakni penyerap energi.

“Ucapkan selamat tinggal dunia, wahai Sobat gue. Bulan purnama di atas langit malam indah ini akan mengiringi kematian lo detik sekarang juga, hahahaha!” Reyhan mendaratkan kencang pucuk pisau senjatanya ke dada bidang sahabatnya tepat di kiri.

JLEB !

Pisau perampas energi Indigo-nya Anggara yang berhasil menusuk organ jantungnya sang lelaki tampan ini, membuat kedua matanya terpaku sebentar lalu berubah menjadi sayu seiring benda pusaka tersebut menyusutkan semua kekuatan yang ada di dalam tubuhnya.

“Apakah ini yang lo inginkan, Rey ...?”

Usai sukses menyembulkan suaranya kembali meskipun dengan nada yang sangatlah laun untuk Reyhan, kedua mata redupnya Anggara mulai terpejam dengan lemah. Suara yang disertakan helaan napas, telah berakhir waktu sahabatnya berjaya menjalankan segala kebahagiaannya.

...››-----𝕴𝖓𝖉𝖎𝖌𝖔-----››...

Kedua mata Anggara yang sebelumnya tertutup damai, kini terbuka cepat dengan kondisi melotot. Napasnya terputus-putus, keringat dingin sukses membasahi raganya yang saat ini lemah, hingga ia mengedarkan pandangannya dalam keadaan masih terbaring di suatu tempat.

“M-mimpi?!” Ya, yang membuat tubuh Anggara lemah karena akibat dari alam mimpi buruknya yang tak masuk logika.

Kini sekarang, Anggara membangunkan raganya dari baring yang terlentang. Benar, dirinya masih tetap di dalam tenda besarnya, dan itu artinya tadi ia memang mendapatkan sebuah mimpi yang berkaitan dengan salah satu sahabatnya.

“Akh!” Pemuda Indigo itu mengerang kesakitan saat merasakan dadanya macam dihujam oleh benda tajam yang tak kasat mata.

“Kenapa gue bisa bertemu dengan mimpi yang amoral dan ranum itu- emph!” Anggara merapatkan kedua matanya dengan sedikit meremas dadanya tepat di bagian kiri.

Nampaknya pagi telah mendatang, karena di ujung sana terdapat samar-samar cahaya matahari yang memancarkan sinarnya untuk menerangi dunia. Bahkan pendengaran telinga Anggara mendapatkan suara bising yang diselingi beberapa tawa dari luar tendanya.

Dengan lekas, ia memajukan tubuhnya untuk membuka resleting tenda hitamnya lepau mengecek sumber suara tersebut dari ambang pintu ringkih. Rupanya suara-suara bising itu berasal dari ketiga sahabatnya yang sedang menyiapkan sarapan hangat di pertengahan lapang.

Eh, udah bangun tidur?! Ayo sini, Ga! Kita sarapan

Suara ramah panggilan dari Freya yang melambaikan tangannya lembut kepada Anggara, ditanggapi respon oleh lelaki tampan itu dengan anggukan kepala. Kini sebelum pergi meninggalkan tenda, Anggara perlu mengusap wajahnya terlebih dahulu untuk menghapuskan raut kegelisahannya.

“Tumben bener, lo baru bangun jam segini?”

Anggara yang telah melangkah ke tempat sarapan bersama para sahabatnya dan mendudukkan pantatnya di atas tikar blangko, menolehkan kepalanya ke arah Reyhan yang berkomunikasi dengannya. Namun, ia hanya menatap sahabat Friendly-nya sekilas lalu menundukkan kepalanya tanpa ada ekspresi wajah.

“Yahahaha! Kasian, dikacangin sama Anggara lagi!” ucap bungah Jova dengan tertawa renyah.

Reyhan mendengus sebal lalu menatap dongkol sahabat perempuan Tomboy-nya yang sibuk menghitung jumlah sosis lezat yang telah selesai direbus untuk kesemua sahabatnya. “Heh, Sableng! Bisa gak, sih jangan nyamber-nyamber kayak petir langit?! Lama-lama aku buang juga, kamu ke jurang danau. Biar di hap sama buaya!”

“Ih! Emangnya tega, sahabat ceweknya sendiri dibuang ke jurang habis itu dibiarin kalau dilahap sama buaya?! Yang bener aja, dong jika kamu itu tergolong The Human Boy Psychopath.”

Mata Reyhan mencuat. “Oh my gosh! What did you say earlier? Can you not copy my words?!”

“Why?! Is that a problem for you?!” balas Jova dengan adu bahasa asing layaknya seperti sahabat lelakinya.

Freya yang melihat perdebatan mereka berdua nang telah bermula ini, menggelengkan kepalanya sambil mengubah gaya bibirnya menjadi nyengir. “Pantesan saja, banyak orang bilang kalau kamu itu blasteran dari Barat, Rey. Bahasa Inggrisnya kamu, tuh lancar banget!”

“Bukan hanya perkara bahasanya doang yang lancar, rupa mukanya aja juga kayak cowok Barat. Banyak, tuh yang menyegani si Reyhan,” timpal Jova.

Sepasang mata lelaki humoris itu yang tadinya mencuat karena jengkel, kini berubah menjadi berbinar. “Aaaa, makasih atas pujian indahnyaaaa ...!”

Jova mencibir Reyhan dengan tatapan keki, “Apaan, dah? Gak usah kepedean, yak!”

“Halah, mau ngomong aku cowok yang sempurna aja, pake gengsi segala. Padahal, kan aku emang ganteng bak papan artis luar negeri,” ujar Reyhan dengan menyugar rambut cokelatnya disertakan senyuman yang semarak.

Jova tak segan itu, mengetuk-ketuk kening sentralnya lalu beralih mengetuk tikar biru tersebut secara berulang-ulang kali. “Amit-amit, dah! Amit-amit. Gantengan darimana? Papua?! Muka ngeselin kayak Kunyuk aja, bangga!”

Freya terkekeh geli pada tingkah kedua sahabatnya yang memang tidak ada pungkasnya sama sekali, sementara Anggara tetap diam membisu. Reyhan mendengus sebal tanpa mau lagi melawan ucapannya Jova yang selalu saja membuat ia naik usia. Ralat, maksudnya darah.

“Bro? Perasaan dari tadi lo nunduk mulu. Elo baik-baik aja, kan?” tanya khawatir Reyhan dengan menempelkan telapak tangannya di punggung sahabat Introvert-nya.

“Jangan sentuh gue.”

Freya dan Jova yang mendengar reaksi suara dingin dari Anggara, melongo tak percaya. Sementara jika Reyhan membelalakkan kedua matanya karena saking terkejutnya.

“What? Why?! Gue, kan gak kena virus Rabies, Bro! Kalau gini aja lo baru mau ngeluarin suara, mana sekali ngomong bikin gue sakit hati, lagi.” Reyhan mengomentari.

Anggara hanya menghela napasnya lelah, dan ia juga sangat malas menjawab sahabat Friendly-nya yang terlalu banyak bicara. Terlebih, kepalanya terasa sangat pusing. ingin rasanya ia ingin kembali saja ke tendanya.

“Hehe, yasudah. Nih, di makan mie kuahnya ya, Ga? Baru aja aku buatin ...” Setelah selesai mengeluarkan perkataan manis untuk menyodorkan sarapan hangat pada sahabat kecilnya, Freya lumayan dibuat kaget pada telapak tangan Anggara yang rada hangat waktu ia pegang.

“Lho? Anggara? Kok, tanganmu anget gini? Jangan bilang hari ini kamu lagi sakit?” Freya menyentuh lembut pipi bagian kanan lelaki tampan itu dengan wajah risau. “Mukamu juga agak pucat, nih.”

Anggara yang diberikan perhatian oleh Freya hanya diam saja. Bukan tidak peduli terhadap sahabat kecil perempuannya, tetapi ia tak tahu harus menjawab bagaimana selain berbicara jujur tentang apa yang telah terjadi dengannya.

Freya tersenyum tipis karena mengerti. “Kalau begitu, di makan dulu, ya? Nanti jika misalnya badanmu udah gak enak banget, langsung istirahat di tenda, oke? Biar kami bertiga yang beresin semuanya.”

Anggara mengangguk kecil tanpa mau menatap wajah cantik sahabat kecilnya yang masih tersenyum manis dengannya. Freya mengelus lengan Anggara sesaat yang terbungkus oleh jaketnya, lalu beranjak pergi dari sisinya pemuda tampan misterius tersebut.

Dipertengahan jam makan dimana aktivitas nyamannya mereka ditemani oleh hembusan angin sejuk yang menerpa rambut menawan mereka berempat, ketiga remaja yakni Freya, Jova, dan Reyhan diam-diam menatap Anggara yang sibuk memakan mie hangat itu dengan sumpit yang lelaki mandiri tersebut pakai.

Wajah mereka bertiga begitu sendu, kendatipun sudah lama bersahabat, namun ke-misteriusnya Anggara yang membuat mereka penasaran masih tetap melekat di jiwa. Termasuk Freya, gadis ini telah menjadi sahabatnya Anggara semenjak 12 tahun yang lalu. Bahkan perempuan polos nan cantik itu ingin sekali memecah teka-teki terhadap sang lelaki pendiam.

Tetapi bagaimana caranya memecah teka-teki misterius itu? Sedangkan, Anggara sangat pintar menutup segala masalah yang pernah ia alami. Bahkan hal itu mampu membuat Freya serta lainnya mengira jika dirinya memang tak pernah memiliki beban hidup.

“Kenapa kalian menatap gue?”

Ketiga sahabatnya Anggara berjengit kaget karena tatapan diamnya mereka untuk ia, diketahui cepat olehnya walau Anggara sendiri tak menengok ke arah mereka. inilah yang membuat mereka bertiga bertanya-tanya, darimana Anggara tahu jika sedang ditinjau.

...››-----𝕴𝖓𝖉𝖎𝖌𝖔-----››...

Setelah menghabiskan makanan hangatnya masing-masing, kini sekarang Reyhan yang duduk di sebelahnya Anggara menuangkan air minum untuk sahabatnya dengan senyuman ramah.

“Nih, Ga. Di minum dulu air angetnya, biar badannya bisa enakan,” sodor pemuda humoris itu seraya mengulurkan tangannya ke arah Anggara.

Baru saja memutar badan dan menerima, mata Anggara mencuat saat melihat di dalam cangkir kecil itu terdapat cairan darah kental yang telah diberikan oleh Reyhan. Dengan secara spontan, Anggara menepis kencang cangkir tersebut hingga terlempar ke arah samping kirinya.

Reyhan yang terperanjat kaget, sontak menoleh sekilas untuk melihat minuman hangat itu yang telah tumpah lalu menatap Anggara dengan tak percaya. “Ngapain lo buang, Anjir?! Udah gue kasih, malah dilempar gitu aja!”

“Kamu kenapa dah, Ga? Ada semutnya?” tanya Jova menebak.

“Ada yang salahkah, Ga?” timpal Freya menyambung ucapan pada kejadian barusan.

Reyhan menatap intens wajah pucat Anggara yang begitu syok, bahkan ia bisa melihat napas dada sahabatnya yang tersengal-sengal. Baru setelah itu, lelaki tersebut mendengus dengan senyuman masam.

“Bro, yang gue kasih itu cuman sirup, bukan cairan darah. Emangnya gue manusia apaan ngasih lo minuman kesukaannya vampir?! Itu namanya, jiwa gue udah sakit!” jelas Reyhan.

“Jiwanya memang sudah sakit, maybe.”

“Jovaaaaaa! Gak boleh ngomong kayak gitu, ih! Mental Reyhan sehat-sehat saja, kok kamu malah bilang seperti itu?!” tegur Freya.

Anggara mengacak-acak rambutnya dengan frustasi apa yang telah ia lakukan barusan, apalagi sekarang kepalanya bertambah pening dipadukan kliyengan. Kemudian ia menoleh ke arah Reyhan dengan wajah yang berubah ekspresi, lemas.

“Maaf. Gue akan ambil cangkirnya,” tutur lirihnya lalu bangkit berdiri untuk memungut cangkir minumannya yang telah mendarat di tanah.

Tangan Reyhan sedikit terangkat dengan wajah bimbangnya. “G-ga? Lo oke, kan? Tubuh lo udah kayak lagi mabuk, lho!”

Anggara tak menghiraukan apa yang Reyhan khawatirkan padanya. Tetapi anehnya, entah ini halusinasinya atau lainnya, karena cangkir kecil yang tergeletak di tanah itu berubah menjadi dua buah benda. Bukankah, tadi Reyhan memberikannya hanya satu saja?

Di sisi lain, kepalanya terasa sangat berat, disertakan raganya yang begitu lemas bagaikan balon nang usai dilambungkan ke atas udara. Hingga tidak mengerti kenapa, pandangannya seketika langsung menggelap.

“E-eh, Ga!!”

Dengan panik, mereka bertiga langsung berlari menghampiri Anggara yang sudah tergelimpang lemah di tanah secara mendadak. Usai berjongkok, Reyhan menarik tubuh sahabatnya untuk mengubahnya menjadi terlentang. Ia merangkum wajah pucat miliknya Anggara lalu di salah satu telapak tangannya menepuk-nepuk pipi hangat sang sahabat Introvert yang tiba-tiba hilang kesadaran.

“Anggara ...”

Setelah memanggil nama pemuda itu bersama nada cemas, mereka bertiga sebagai sahabatnya Anggara menatap muka tampan kucam lelaki tersebut yang mana kedua matanya telah terpejam dengan tenangnya.

INDIGO To Be Continued ›››

Terpopuler

Comments

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

aduh thor... hati ku mengeryiit banget

2023-07-07

1

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

Dasar

2023-07-07

1

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

halusinasi Angga ya thor

2023-07-07

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Chapter 1 | Vacation Plans
3 Chapter 2 | Leave
4 Chapter 3 | First Day Visiting the Forest
5 Chapter 4 | Strange Things Start
6 Chapter 5 | Under the Influence
7 Chapter 6 | The Ruler
8 Chapter 7 | Inside Videos
9 Chapter 8 | Blocked
10 Chapter 9 | Calamity Attack
11 Chapter 10 | Demon Star Portal
12 Chapter 11 | Maliciously Evil
13 Chapter 12 | Amulet
14 Chapter 13 | True Self
15 Chapter 14 | Obliterate
16 Chapter 15 | The Dark Past
17 Chapter 16 | Go Home
18 Chapter 17 | Abandoned Villa Building?
19 Chapter 18 | Go to That Place Again
20 Chapter 19 | Bypassing Prohibition
21 Chapter 20 | A Bad Omen Happened
22 Chapter 21 | Figure Sketch Painting
23 Chapter 22 | Misunderstanding
24 Chapter 23 | Cruel Human
25 Character Visuals
26 Chapter 24 | Between Spirit and Soul
27 Chapter 25 | Two Natural Worlds
28 Chapter 26 | Monster Fish in the Lake
29 Chapter 27 | A Teaching of Spells
30 Chapter 28 | Erland Lucifer
31 Chapter 29 | Enmity With Gilles
32 Chapter 30 | Enigrafent Afterlife
33 Character Visuals II
34 Chapter 31 | Reality or Just a Dream?
35 Chapter 32 | Possessed
36 Chapter 33 | Don't Know it
37 Chapter 34 | Suicide
38 Chapter 35 | Lost Forever
39 Chapter 36 | More Careful
40 Chapter 37 | Dreams Ended in Depression
41 Chapter 38 | Between Water And Fire
42 Chapter 39 | Tragedy At 21.00
43 Chapter 40 | Initial Terror
44 Chapter 41 | Giving it Over And Over
45 Chapter 42 | Definitely Severe Weakness
46 Chapter 43 | Investigate
47 Chapter 44 | Every Sign
48 Character Visuals III
49 Chapter 45 | Great Danger Will Happen
50 Chapter 46 | Got Big Trouble
51 Chapter 47 | Ruined Day
52 Chapter 48 | New Spirit Arrival
53 Chapter 49 | Remember Who He Is?
54 Chapter 50 | Meet Unexpectedly
55 Chapter 51 | Totally Real
56 Chapter 52 | Ornaliea Asgremega
57 Chapter 53 | A Missing Word
58 Chapter 54 | Anyone Can See It
59 Chapter 55 | He Came In One's Subconscious
60 Chapter 56 | I Managed to Save You!
61 Chapter 57 | There's Still A Purpose To Live
62 Chapter 58 | Can't Just Accept Fate
63 Chapter 59 | Fragile Heart
64 Chapter 60 | The Impact of Depression
65 Character Visuals IV
66 Chapter 61 | Giving a Motivation
67 Chapter 62 | Embarrassing
68 Chapter 63 | Not Yet Over
69 Chapter 64 | Become the Second Target?!
70 Chapter 65 | The Weakness of the Sixth Sense Man
71 Chapter 66 | Conditions Associated With Living Mysticism
72 Chapter 67 | Alternating Terror?
73 Chapter 68 | Additional Ability
74 Chapter 69 | A Different Aura
75 Chapter 70 | Departure
76 Chapter 71 | Conveyed Hope
77 Chapter 72 | It's Not Easy to Forget
78 Chapter 73 | My Terror Will Always Make You Suffer!
79 Chapter 74 | The Unpredictable Killer
80 Chapter 75 | Changing Destiny
81 Chapter 76 | Trying to Be a Shield to Protect Life
82 Chapter 77 | Grasp Accuracy
83 Chapter 78 | The Same Events Repeatedly
84 Chapter 79 | Their Anxiety
85 Chapter 80 | Disturbed Psychic
86 Chapter 81 | That Mystery Death!
87 Chapter 82 | Almost Revealed
88 Chapter 83 | Terror In Dreams Is Far More Dangerous
89 Chapter 84 | Morning Caution
90 Chapter 85 | Uncovered Already
91 Chapter 86 | Steady Plan
92 Chapter 87 | Problem Solving
93 Chapter 88 | Explanation Before Saying Goodbye
94 Chapter 89 | The Presence of a Stranger Ghost Figure
95 Chapter 90 | About Outdated Paper
96 Chapter 91 | Failed to See
97 Chapter 92 | Stop Looking Away For a While
98 Chapter 93 | Appearing Vision
99 Chapter 94 | Trapped In A Dark Room
100 Chapter 95 | Occult Hint
101 Chapter 96 | The Real Doer
102 Chapter 97 | Give Last Chance
103 Chapter 98 | Apology
104 Chapter 99 | Deadly Accident
105 Chapter 100 | Special Person
106 Chapter 101 | People Who Were in the Past
107 Chapter 102 | Disaster
108 Chapter 103 | Gloomy Life
109 Chapter 104 | Quarrel Because It Has Lulled
110 Chapter 105 | Responsible
111 Chapter 106 | Past Background [Anggara]
112 Chapter 107 | There's Still Care [Freya]
113 Chapter 108 | Drop Sick
114 Chapter 109 | Physical Revenge
115 Chapter 110 | Two Diagnostics
116 Chapter 111 | Deep Emotions
117 Chapter 112 | Prohibited to Meet
118 Chapter 113 | Feel Loose
119 Chapter 114 | Mental Disorder
120 Chapter 115 | Impossible
121 Chapter 116 | Rampant
122 Chapter 117 | Terrible Panic [Jovata]
123 Chapter 118 | Ignored Threats
124 Chapter 119 | Personal Matters
125 Chapter 120 | The Feeling of Having a Sixth Sense Friend
126 Chapter 121 | An Urge to Let Go of the Dark Past
127 Chapter 122 | Way Out?
128 Chapter 123 | Entitled to Prevent From Harm
129 Chapter 124 | Nice Idea
130 Chapter 125 | Regret
131 Character Visual V
132 Chapter 126 | Guarded And Protected
133 Chapter 127 | Removing Hostility
134 Chapter 128 | Low Power Memory
135 Chapter 129 | Don't Regard As Enemies
136 Chapter 130 | Other Feelings
137 Chapter 131 | Expressing Love?
138 Chapter 132 | Asking for Help
139 Chapter 133 | Decision Point
140 Chapter 134 | Pseudonym
141 Chapter 135 | It's Time to be Exposed
142 Chapter 136 | New Student
143 Chapter 137 | Clues or Just Hallucinations
144 Chapter 138 | Prone
145 Chapter 139 | Bunch of Sects
146 Chapter 140 | Star Circle Blood Logo
147 Chapter 141 | A Bad Sign
148 Chapter 142 | Black Shadow
149 Chapter 143 | A Message
150 Chapter 144 | Strange Eve
151 Chapter 145 | Overseas Women Photo Frames
152 Chapter 146 | Event Dimension
153 Chapter 147 | Short Rescue
154 Chapter 148 | Piano Sound in the Attic
155 Chapter 149 | Trapped In Villa Ghosmara
156 Chapter 150 | Ghost Vanishing
157 Chapter 151 | Underground Stairs
158 Chapter 152 | Dragged Into Another World
159 Chapter 153 | Inseparable
160 Chapter 154 | Cannibal
161 Chapter 155 | Wrong Victim
162 Chapter 156 | Awkward Attack
163 Chapter 157 | Demon Beast
164 Chapter 158 | Delivering Into the Immortal Realms
165 Chapter 159 | Wilderness And Haunted
166 Chapter 160 | Complete
167 Chapter 161 | Never Give Up
168 Chapter 162 | Two More Days?
169 Chapter 163 | On the Abyss
170 Chapter 164 | Fact?
171 Chapter 165 | The Mystic
172 Chapter 166 | Golden Snake With One Eye
173 Chapter 167 | Stop This!
174 Chapter 168 | Ultimate
175 Chapter 169 | Deep Wounds
176 Chapter 170 | Whisper of Doom
177 Chapter 171 | I'm Back
178 Chapter 172 | Resentment
179 Chapter 173 | Please Don't Go!
180 Chapter 174 | Anxiety
181 Chapter 175 | Deepest Regret
182 Chapter 176 | Stay Best Four Forever
183 Chapter 177 | Worth the Bad Feeling?
184 Chapter 178 | Viral News
185 Chapter 179 | Feel Guilty
186 Chapter 180 | Giant Creatures
187 Chapter 181 | Mutual Convince
188 Chapter 182 | Not Found
189 Chapter 183 | Must Endure!
190 Chapter 184 | Do it Again
191 Chapter 185 | You..?!
192 Chapter 186 | Ex-lover?
193 Chapter 187 | Unable to Let Go
194 Chapter 188 | Between Human Friend And Ghost Friend
195 Chapter 189 | Unlock Secrets
196 Chapter 190 | Last Love
197 Announcement!
198 Chapter 191 | Visitor
199 Chapter 192 | Afternoon Trap?
200 Chapter 193 | Battered
201 Chapter 194 | Ever Met
202 Chapter 195 | Backfire
203 Chapter 196 | Failed
204 Chapter 197 | I Will Kill You!
205 Chapter 198 | Defining a Lifeline
206 Chapter 199 | Converted
207 Chapter 200 | Positive Thinking
208 END
209 EPILOG
210 Special Announcement!
Episodes

Updated 210 Episodes

1
PROLOG
2
Chapter 1 | Vacation Plans
3
Chapter 2 | Leave
4
Chapter 3 | First Day Visiting the Forest
5
Chapter 4 | Strange Things Start
6
Chapter 5 | Under the Influence
7
Chapter 6 | The Ruler
8
Chapter 7 | Inside Videos
9
Chapter 8 | Blocked
10
Chapter 9 | Calamity Attack
11
Chapter 10 | Demon Star Portal
12
Chapter 11 | Maliciously Evil
13
Chapter 12 | Amulet
14
Chapter 13 | True Self
15
Chapter 14 | Obliterate
16
Chapter 15 | The Dark Past
17
Chapter 16 | Go Home
18
Chapter 17 | Abandoned Villa Building?
19
Chapter 18 | Go to That Place Again
20
Chapter 19 | Bypassing Prohibition
21
Chapter 20 | A Bad Omen Happened
22
Chapter 21 | Figure Sketch Painting
23
Chapter 22 | Misunderstanding
24
Chapter 23 | Cruel Human
25
Character Visuals
26
Chapter 24 | Between Spirit and Soul
27
Chapter 25 | Two Natural Worlds
28
Chapter 26 | Monster Fish in the Lake
29
Chapter 27 | A Teaching of Spells
30
Chapter 28 | Erland Lucifer
31
Chapter 29 | Enmity With Gilles
32
Chapter 30 | Enigrafent Afterlife
33
Character Visuals II
34
Chapter 31 | Reality or Just a Dream?
35
Chapter 32 | Possessed
36
Chapter 33 | Don't Know it
37
Chapter 34 | Suicide
38
Chapter 35 | Lost Forever
39
Chapter 36 | More Careful
40
Chapter 37 | Dreams Ended in Depression
41
Chapter 38 | Between Water And Fire
42
Chapter 39 | Tragedy At 21.00
43
Chapter 40 | Initial Terror
44
Chapter 41 | Giving it Over And Over
45
Chapter 42 | Definitely Severe Weakness
46
Chapter 43 | Investigate
47
Chapter 44 | Every Sign
48
Character Visuals III
49
Chapter 45 | Great Danger Will Happen
50
Chapter 46 | Got Big Trouble
51
Chapter 47 | Ruined Day
52
Chapter 48 | New Spirit Arrival
53
Chapter 49 | Remember Who He Is?
54
Chapter 50 | Meet Unexpectedly
55
Chapter 51 | Totally Real
56
Chapter 52 | Ornaliea Asgremega
57
Chapter 53 | A Missing Word
58
Chapter 54 | Anyone Can See It
59
Chapter 55 | He Came In One's Subconscious
60
Chapter 56 | I Managed to Save You!
61
Chapter 57 | There's Still A Purpose To Live
62
Chapter 58 | Can't Just Accept Fate
63
Chapter 59 | Fragile Heart
64
Chapter 60 | The Impact of Depression
65
Character Visuals IV
66
Chapter 61 | Giving a Motivation
67
Chapter 62 | Embarrassing
68
Chapter 63 | Not Yet Over
69
Chapter 64 | Become the Second Target?!
70
Chapter 65 | The Weakness of the Sixth Sense Man
71
Chapter 66 | Conditions Associated With Living Mysticism
72
Chapter 67 | Alternating Terror?
73
Chapter 68 | Additional Ability
74
Chapter 69 | A Different Aura
75
Chapter 70 | Departure
76
Chapter 71 | Conveyed Hope
77
Chapter 72 | It's Not Easy to Forget
78
Chapter 73 | My Terror Will Always Make You Suffer!
79
Chapter 74 | The Unpredictable Killer
80
Chapter 75 | Changing Destiny
81
Chapter 76 | Trying to Be a Shield to Protect Life
82
Chapter 77 | Grasp Accuracy
83
Chapter 78 | The Same Events Repeatedly
84
Chapter 79 | Their Anxiety
85
Chapter 80 | Disturbed Psychic
86
Chapter 81 | That Mystery Death!
87
Chapter 82 | Almost Revealed
88
Chapter 83 | Terror In Dreams Is Far More Dangerous
89
Chapter 84 | Morning Caution
90
Chapter 85 | Uncovered Already
91
Chapter 86 | Steady Plan
92
Chapter 87 | Problem Solving
93
Chapter 88 | Explanation Before Saying Goodbye
94
Chapter 89 | The Presence of a Stranger Ghost Figure
95
Chapter 90 | About Outdated Paper
96
Chapter 91 | Failed to See
97
Chapter 92 | Stop Looking Away For a While
98
Chapter 93 | Appearing Vision
99
Chapter 94 | Trapped In A Dark Room
100
Chapter 95 | Occult Hint
101
Chapter 96 | The Real Doer
102
Chapter 97 | Give Last Chance
103
Chapter 98 | Apology
104
Chapter 99 | Deadly Accident
105
Chapter 100 | Special Person
106
Chapter 101 | People Who Were in the Past
107
Chapter 102 | Disaster
108
Chapter 103 | Gloomy Life
109
Chapter 104 | Quarrel Because It Has Lulled
110
Chapter 105 | Responsible
111
Chapter 106 | Past Background [Anggara]
112
Chapter 107 | There's Still Care [Freya]
113
Chapter 108 | Drop Sick
114
Chapter 109 | Physical Revenge
115
Chapter 110 | Two Diagnostics
116
Chapter 111 | Deep Emotions
117
Chapter 112 | Prohibited to Meet
118
Chapter 113 | Feel Loose
119
Chapter 114 | Mental Disorder
120
Chapter 115 | Impossible
121
Chapter 116 | Rampant
122
Chapter 117 | Terrible Panic [Jovata]
123
Chapter 118 | Ignored Threats
124
Chapter 119 | Personal Matters
125
Chapter 120 | The Feeling of Having a Sixth Sense Friend
126
Chapter 121 | An Urge to Let Go of the Dark Past
127
Chapter 122 | Way Out?
128
Chapter 123 | Entitled to Prevent From Harm
129
Chapter 124 | Nice Idea
130
Chapter 125 | Regret
131
Character Visual V
132
Chapter 126 | Guarded And Protected
133
Chapter 127 | Removing Hostility
134
Chapter 128 | Low Power Memory
135
Chapter 129 | Don't Regard As Enemies
136
Chapter 130 | Other Feelings
137
Chapter 131 | Expressing Love?
138
Chapter 132 | Asking for Help
139
Chapter 133 | Decision Point
140
Chapter 134 | Pseudonym
141
Chapter 135 | It's Time to be Exposed
142
Chapter 136 | New Student
143
Chapter 137 | Clues or Just Hallucinations
144
Chapter 138 | Prone
145
Chapter 139 | Bunch of Sects
146
Chapter 140 | Star Circle Blood Logo
147
Chapter 141 | A Bad Sign
148
Chapter 142 | Black Shadow
149
Chapter 143 | A Message
150
Chapter 144 | Strange Eve
151
Chapter 145 | Overseas Women Photo Frames
152
Chapter 146 | Event Dimension
153
Chapter 147 | Short Rescue
154
Chapter 148 | Piano Sound in the Attic
155
Chapter 149 | Trapped In Villa Ghosmara
156
Chapter 150 | Ghost Vanishing
157
Chapter 151 | Underground Stairs
158
Chapter 152 | Dragged Into Another World
159
Chapter 153 | Inseparable
160
Chapter 154 | Cannibal
161
Chapter 155 | Wrong Victim
162
Chapter 156 | Awkward Attack
163
Chapter 157 | Demon Beast
164
Chapter 158 | Delivering Into the Immortal Realms
165
Chapter 159 | Wilderness And Haunted
166
Chapter 160 | Complete
167
Chapter 161 | Never Give Up
168
Chapter 162 | Two More Days?
169
Chapter 163 | On the Abyss
170
Chapter 164 | Fact?
171
Chapter 165 | The Mystic
172
Chapter 166 | Golden Snake With One Eye
173
Chapter 167 | Stop This!
174
Chapter 168 | Ultimate
175
Chapter 169 | Deep Wounds
176
Chapter 170 | Whisper of Doom
177
Chapter 171 | I'm Back
178
Chapter 172 | Resentment
179
Chapter 173 | Please Don't Go!
180
Chapter 174 | Anxiety
181
Chapter 175 | Deepest Regret
182
Chapter 176 | Stay Best Four Forever
183
Chapter 177 | Worth the Bad Feeling?
184
Chapter 178 | Viral News
185
Chapter 179 | Feel Guilty
186
Chapter 180 | Giant Creatures
187
Chapter 181 | Mutual Convince
188
Chapter 182 | Not Found
189
Chapter 183 | Must Endure!
190
Chapter 184 | Do it Again
191
Chapter 185 | You..?!
192
Chapter 186 | Ex-lover?
193
Chapter 187 | Unable to Let Go
194
Chapter 188 | Between Human Friend And Ghost Friend
195
Chapter 189 | Unlock Secrets
196
Chapter 190 | Last Love
197
Announcement!
198
Chapter 191 | Visitor
199
Chapter 192 | Afternoon Trap?
200
Chapter 193 | Battered
201
Chapter 194 | Ever Met
202
Chapter 195 | Backfire
203
Chapter 196 | Failed
204
Chapter 197 | I Will Kill You!
205
Chapter 198 | Defining a Lifeline
206
Chapter 199 | Converted
207
Chapter 200 | Positive Thinking
208
END
209
EPILOG
210
Special Announcement!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!