Chapter 13 | True Self

Anggara di tarik mundur dan dimasukkan ke suatu ruang perpustakaan besar di dalamnya. Anggara masih memejamkan matanya disaat orang tersebut membekap mulutnya secara tiba-tiba. Orang itu menutup pintu dengan secara membanting lalu melepaskan bekapan mulut dari Anggara. Anggara membuka matanya dengan waspada sama orang yang telah menarik ia ke dalam perpustakaan tersebut. Seorang gadis berambut pendek hitam legam nan halus masih menghadap dibelakang serta menormalkan napasnya.

Anggara menyusutkan keningnya, siapa gadis yang menarik dirinya di dalam perpustakaan besar dan luas itu? Seketika gadis tersebut membalikkan tubuhnya ke hadapan Anggara. Seorang gadis bertubuh semampai, kulit putih bersih, mengenakan gaun lengan pendek hitam sekaligus potongan gaun bawahnya pendek hingga memperlihatkan atas kedua lututnya. Gadis itu tersenyum ramah, lipstick merah dan pita hitam satin ciamik melingkar di kerah gadis itu membuat ia nampak anggun.

Tatapan Anggara datar tak ada ekspresi dari wajahnya. Gadis itu tetap tersenyum padanya, dari umurnya terlihat seperti kakak kelasnya Anggara.

“Kamu siapa? Maksudmu apa, narik aku ke sini?”

Gadis tersebut melangkahkan kakinya ke Anggara yang beralas sepatu hitam Flatshoes. Anggara berjalan mundur sambil memeluk toples kaca berisi cairan putih dan buku kalung Jimat berlian hijau. Anggara terus mundur dan mundur hingga terpojok di rak buku-buku.

“Jangan mendekat!”

“Eh pelan-kan suaramu!”

Gadis itu kembali menutup mulut Anggara dengan telapak tangannya. “Jangan takut, aku perempuan yang baik kok,” tutur lirih gadis itu dengan melepas tangannya dari mulut Anggara.

“Aku gak semudah itu percaya denganmu.”

Gadis itu mengerucutkan bibirnya dengan berkacak satu pinggang lalu membuang mukanya ke samping. Ada wajarnya kalau pemuda itu tak mudah percaya dengannya apalagi ini adalah di sebuah Kastil, Kastil yang berpenghuni hati jahat sekaligus keji.

Anggara yang ingin melenggang pergi dari hadapan gadis yang tak ia kenal itu, gadis tersebut mencekal lengan Anggara.

“Eh jangan pergi dulu! Kau jangan pergi dari sini, atau tidak kau bisa celaka!”

Anggara menatap wajah gadis tersebut dengan intens, gadis yang bukan seumurnya dua perempuan sahabatnya. Anggara membuka mulutnya lalu kembali bertanya.

“Kakak ini siapa? Maksud Kakak apa, tarik aku disini?”

“Baiklah-baiklah akan aku jawab, siapa diriku. Aku adalah Monora Hemaneara, kakaknya dari Cameron Hoelderon.”

Anggara tersentak kaget begitu tahu ternyata gadis seumur kakak kelasnya di sekolah SMA-nya itu adalah kakaknya Cameron. “Kakaknya Cameron Hoelderon?!” tanya kejut Anggara memastikan.

Gadis yang menjawab pertanyaan Anggara mengangguk pelan. “Iya aku Kakaknya Cameron.”

‘Gawat! Apa gue udah terjebak sama situasi ini?! Dia kakaknya Cameron. Gawat dah gawat bisa-bisa gue langsung dibawa kehadapan Cameron. Duuuhh !’

“Loh kenapa wajahmu tegang seperti itu?”

“Kau pasti sudah tahu!”

‘Kan bisa, ini dari faktor keturunan, kalau adiknya jahat berarti kakaknya juga seperti itu.’

“Hehehehe kau tak perlu takut denganku, aku sudah tahu sangat kok .. kau sedang diincar nyawamu. Walaupun aku ini kakaknya Cameron, bukan berarti diriku jahat seperti adikku.”

“Bohong! Jangan mencoba menipuku!”

“Sudah aku duga, kau akan berbicara seperti itu. Yaaa wajar saja sih, kau tak percaya denganku. Segala omonganku ke dirimu. Tapi kumohon, percayalah.”

Anggara semakin mempererat dekapannya pada buku dan toples tersebut. Monora membuka sedikit mulutnya serta membentuk mulutnya huruf O, tangan jari telunjuknya menunjuk toples serta buku panduan yang Anggara peluk erat-erat.

“Wah, kau telah mendapatkannya! Sangat bagus Anggara!”

“Apa yang ingin Kakak lakukan?!”

Monora menyengir geli pada ucapan Anggara. “Haduh kau ini pemuda yang sensitif banget ya .. aku cuma senang saja kok dengan usahamu.”

“Usaha? Usaha mendapatkan cairan ini?”

“Tepat sekali. Boleh kau berikan buku dan toples kacanya ke aku?”

“Tidak! Tak akan aku berikan ini padamu!”

Monora menghela napasnya kembali dan menggeleng-gelengkan kepalanya, Monora tidak tahu lagi bagaimana Anggara bisa mempercayai dirinya apalagi Anggara seorang pemuda yang tidak gampang percaya perkataan orang lain. Monora mencoba meyakinkan kalau ia bukanlah perempuan berwatak jahat seluruh hatinya, kedua bahu Anggara di sentuh Monora bersama kedua tangannya. Menatap mata Anggara sendu sebaliknya dengan Anggara menatap Monora was-was.

“Anggara, dengarkan aku .. aku bukan perempuan jahat yang sama seperti adikku, aku perempuan yang sebaliknya dengan sifat Cameron.”

“Lalu?”

“Ada yang harus kau tahu semua Anggara.”

“Tahu semua apa?”

“Entah kau percaya atau tidak, tapi Cameron sebenarnya tidak memiliki sifat yang sangat kejam. Malahan dia sifat yang baik, kalau bukan takdir ... ini semua nggak akan terjadi.”

“Memangnya, ada apa dengan Cameron? Dan apa sebabnya dia bisa seperti itu? Bahkan dia mencapai derajat sosok Iblis.”

“Nah makanya itu, apakah kau sudah berhasil merebut kalung Jimat berlian hijau yang adikku pakai?”

Anggara dengan ragu mengeluarkan kalung tersebut dari saku jaketnya lalu memperlihatkan kalung tersebut ke Monora.

“Kalung ini yang Kakak maksud?”

Mata Monora terbelalak, pemuda yang sedang ada di hadapan matanya telah berhasil mendapatkan kalung Jimat berlian hijau tersebut. Selama ini Cameron tak pernah sekalipun melepaskan kalung Jimat itu, menjaganya agar siapapun tak ada yang bisa mengambilnya ataupun merebutnya. Wajahnya Monora terpampang jelas ekspresi haru.

“Sungguh tak ku sangka, kau sangat hebat! B-bagaimana caranya kau merebut kalung ini dari adikku?! Padahal tak ada yang bisa merebut kalung ini darinya.”

“Aku hanya merebutnya langsung tanpa melakukan sesuatu dengan adikmu dan selepas itu aku kabur darinya begitu juga dengan sahabatku yang ... dirasuki setan anak buah Cameron.” Anggara mengucapkan kalimat terakhirnya dengan nada lirih, mukanya berubah menjadi sedih bercampur aduk hatinya yang benci pada Cameron.

“K-kenapa bisa?! Payah! Aku tidak tahu tentang itu!”

“A-aku ... nggak tahu ceritanya kenapa sahabatku bisa dirasuki setan anak buah Cameron, tapi yang jelas itu ulah Cameron sendiri, anak buahnya di suruh untuk memasuki tubuh sahabatku!”

“Waktu itu kau ada dimana?!”

“Seingat ku, aku dan satu sahabatku di kirim ke sini tepatnya berada di ruangan ritual tumbal. Dan kejadian yang nggak kami duga dimulai, dimana sahabatku di seret-seret dan aku yang ingin menolongnya malah kena pukulan keras dari belakang. Setelah itu aku nggak inget apa-apa lagi.”

Monora melepaskan kedua tangannya dari bahu Anggara. “Kau pasti dipukul keras hingga membuat dirimu tidak sadarkan diri.”

“Ehm, sepertinya begitu. Kak, lebih baik Kakak jelaskan padaku. Apa yang sebenarnya telah terjadi dengan Cameron, hingga sifat hati dia begitu kejam pada orang-orang?”

Monora menghembuskan napasnya dan berjalan ke kursi dan meja perpustakaan yang untuk membaca buku, kakaknya Cameron menarik kursi dan mendudukinya. Anggara hanya diam berdiri tanpa menghampiri Monora. Di tangan Anggara tak terlepas dari dua benda itu, seolah-olah ia betul-betul menjaganya.

“Cameron adalah adikku yang sangat berbakti, hatinya lembut dan ramah pada semua orang, siapapun itu.” Monora mendongak kepalanya ke atas langit dinding-dinding, “Tapi sesuatu benda kutukan mengubah sikap diri Cameron menjadi jahat dan kejam pada semua orang, banyak yang takut hingga beberapa orang meninggalkan kawasan tempat yang terbilang aman tentram damai ini. Setelah Cameron menjadi orang penguasa alam, dia mengubah kawasan nyaman ini menjadi mencekam, hutan yang gelap di luar dan pepohonan tanpa daun-daun.”

Monora bercerita panjang lebar yang masih menggantung, Anggara mulai terbawa rasa penasaran pada cerita yang di lontarkan Monora. Tentang Cameron. Anggara yang hanya diam mendengarkan cerita Monora dari kejauhan, kini melangkahkan kakinya ke hadapan Monora. Buku kalung Jimat berlian hijau serta toples kaca berisi cairan putih ia letakkan di atas meja lalu duduk di hadapan Monora yang menghentikan ceritanya, tatapannya membuat hati Anggara terenyuh.

Linangan air mata dari Monora keluar dan mengalir perlahan ke pipi putihnya, ia menyeka air matanya dan berusaha tegar pada timpakan yang terjadi pada adik lelakinya yang ia sayangi. Anggara merasa iba pada Monora, bisa merasakan apa yang sekarang Monora rasakan.

“Karena kalung Jimat itu yang telah Cameron kenakan di leher, Cameron dengan tega hati membunuh ayah dan ibu kami berdua, hiks.”

“D-dibunuh?!”

“Iya Anggara, dibunuh.”

“Ibu dan ayah berusaha melakukan sesuatu agar Cameron terlepas dari kalung Jimat, tetapi usaha ibu ayah mendatangkan sebuah duka. Ibu bersama ayah meninggal karena dibunuh sadis dengan adikku sendiri. Aku benar-benar merasa terpukul atas kepergian ibu ayah yang tidak akan mungkin kembali.”

Anggara yang mendengarkan, membayangkan kalau ia menjadi di posisi Monora. Pasti hatinya penuh luka. Kesedihan Monora yang ia tahan bisa Anggara lihat hatinya kalau di dalam hatinya sedang menangis. Anggara tak tega mendengarkan cerita tersebut dari Monora Hemaneara.

Tangan monora yang ia letakkan di atas meja, ia mainkan jari-jari lentiknya. Anggara mengulurkan kedua tangan untuk mengusap telapak tangan sang kakak Cameron bersama wajah prihatinnya. Anggara tersenyum simpel sambil terus mengusap-usap telapak Monora, memberikan ketegaran dan ketabahan atas perginya orangtuanya begitupun atas sikap lain drastis dari adiknya.

“Jika aku berada di posisi Kakak, pasti aku juga akan seperti dirimu.” Anggara tersenyum. “Yang kuat dan tabah ya, Kak.”

Monora mengangguk. “Terimakasih, Anggara.”

Anggara tersenyum tipis dan melepaskan usapannya dari telapak tangan Monora. Anggara menumpuk kedua tangan di atas meja seraya menatap Monora biasa tanpa ada tatapan waspada lagi, karena entah mengapa Anggara kembali bisa melihat sisi aura begitupun aura dari Monora.

“Kak, apakah Cameron mendapatkan kalung Jimat itu secara kebetulan?”

“Iya benar Anggara. Cameron mendapatkan kalung Jimat itu secara kebetulan.”

“Dimana?”

“Hutan. Hutan yang amat terpencil dari sini, dan itu sangat jauh. Dahulu kala, Cameron pergi menunggang kuda untuk mencari suasana baru di hutan. Di hutan, kami semua jarang mendatanginya karena hutan itu bekas pertempuran antara Iblis-Iblis. Cameron pergi sangat lama hingga pada pukul Sebelas malam dia baru pulang, padahal awal dia pergi pada pukul sembilan pagi.”

“Itu karena Cameron telah mendapatkan kalung Jimat, dan pulangnya dia jadi sosok laki-laki yang jahat?”

“Iya, Anggara. Wah kau hebat dalam menebak. Iya seperti itulah. Di hutan terdapat patung raja iblis penguasa alam gaib, Iblis itu kalah dalam pertarungan melawan ayahku, karena kalah .. dengan sendirinya sekujur tubuh raja Iblis itu menjadi mengeras berubah jadi batu, melainkan kalung Jimat berlian hijau yang selalu ia pakai kemanapun dia pergi.”

“Sayangnya, dan bodohnya kami .. kami tidak memberi tahu Cameron tentang kalung Jimat berlian hijau yang sebuah timbulan kutukan jahat didalamnya. Karena keterlambatan kami, Cameron yang tidak tahu apa-apa, langsung memakai kalung itu dan membuatnya dia seketika menjadi sosok jahat berjiwa Iblis.”

“Apa ada cara untuk mengembalikan Cameron seperti semula?”

“Ada! Tentu ada! Jika kalung Jimat berlian hijau ini dimusnahkan atau dihancurkan, maka semua sikap jahat Cameron berbalik menjadi sedia kala.”

“Asli dari Cameron adalah, Cameron orang yang paling terbaik dan luar biasa disini, di dalam maupun luar. Banyak disegani banyak orang pada sikap baik Cameron. Dia tak pernah bersikap angkuh jika sudah dapat pujian orang-orang, malahan ia semakin memperkuat dan mempertahankan sikap baiknya dan ramahnya pada semua orang terutama aku dan orangtuaku. Itulah jati diri sesungguhnya Cameron.”

Anggara beranjak dari kursi hingga kursi yang ia duduki agak terseret ke belakang. Anggara memandang Monora. Monora yang menatap Anggara bertanya-tanya pada lubuk hatinya.

“Kalau begitu, aku akan mencoba pada usahaku untuk mengembalikan jati diri asli Cameron, apapun caranya.”

“T-tetapi, apa kau tahu cara memusnahkan kalung itu?”

“Aku sedikit yakin dan tahu, kalau kalung Jimat ini di masukan ke dalam cairan ini, dalam sekejap akan musnah. Karena dalam pikiran nalar ku, Iblis tidak suka warna cerah seperti warna putih. Dan karena aku mencampurkan cairan warna merah, kuning, biru kemudian menjadi warna putih. Itu artinya aku bisa tahu bagaimana memusnahkan kalung Jimat berlian hijau ini. Apalagi ini dari milik kalung Jimat Iblis aslinya.”

Monora tertegun. “K-kau begitu sangat cerdas! Iya itu salah satu cara untuk menghancurkan kalungnya, Anggara.”

“Jika Cameron kembali ke sifat sesungguhnya, berarti ketiga sahabatku akan selamat darinya. Sebenarnya aku melakukan ini buat demi menyelamatkan ketiga sahabatku. Dua sahabatku yang di kurung dalam suatu perangkap dan satu sahabatku terakhir yang masih diperalat oleh setan anak buah Cameron.”

“Aku akan menyadarkan Cameron sekaligus menyelamatkan sahabat-sahabatku di sana.”

Monora menjadi panik pada tekadnya Anggara yang bersikeras menyelamatkan ketiga sahabatnya begitupula menyadarkan kembali Cameron. Ide yang bagus memang, tetapi nyawa Anggara bisa menjadi taruhannya kalau melakukannya sendiri, menghadapinya sendiri. Anggara memasukan kalung Jimat berlian hijau milik Cameron ke dalam saku jaketnya, serta membawa toples kaca berisi cairan putih dan buku panduan kalung Jimat berlian hijau.

Anggara yang sudah berjalan sejauh beberapa kilometer dan akan mendekati pintu keluar, ujung jaket Anggara ditarik spontan dengan Monora. Anggara menoleh kepalanya ke belakang, mendapati Monora berwajah risau panik bercampur aduk dan menggeleng kepalanya beberapa kali.

“Jangan pergi sendirian Anggara, situasi-mu sedang sangat tidak aman. Mari kita pergi bersama-sama, kau pasti juga memerlukan bantuan dari orang.”

Anggara tak menjawabnya, ia membuka pintu dengan menjinjing dua benda yang ia bawa. Anggara sesekali celingak-celinguk melihat sikon (Situasi kondisi) apakah sudah sepi atau belum. Merasa sudah sepi, Anggara berjalan menelusuri lorong-lorong Kastil sedangkan Monora mengekor Anggara dari belakang. Di saat Anggara mau belok kanan usai menempuh jalan sepanjang lorong, Monora mencegat Anggara di depan.

“Ada apa?”

“Aku lupa memberi tahu kau, ada suatu langkah-langkah untuk memusnahkan kalung Jimat Cameron. Langkah-langkahnya tak hanya itu-itu saja yang telah kau kerjakan.”

“Apa langkah-langkahnya? Beritahu aku cepat.”

“Ada sebuah gerakan mantra khusus. Mantra ini hanya bisa dikuasai olehku, jadi biar aku saja yang memusnahkan kalung Jimat itu.”

Anggara memejamkan matanya dengan menghela napasnya. “Oke Kak kalau begitu. Kita bagi tugas, Kakak yang memusnahkan kalung Jimat Iblis ini dan aku yang akan mengalihkan perhatian Cameron dan juga satu sahabatku.”

Mata Monora mencuat terkesiap kaget pada ujar-ujar Anggara barusan. Menurut bagi Monora ide Anggara sangat mustahil. Jika Anggara mengalihkan perhatian Reyhan termasuk Cameron, nyawa Anggara bisa terancam mati.

“A-apa katamu?!”

“A-anggara kau jangan gila! Kau harus menggunakan akal sehatmu, kau tak bisa semudah itu alihkan perhatian Cameron, sangat bahaya Anggara untuk orang sepertimu. Kekuatan Iblis Cameron tak ada yang bisa mengalahkan bahkan menyaingi. Aku mohon Anggara, jangan kau lakukan itu.”

“Aku akan terima konsekuensinya. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi padaku nanti, yang penting ketiga sahabatku selamat begitu juga dengan adikmu segera kembali pada jati diri sesungguhnya.”

“Anggara, risikonya sangat bahaya, bahkan nyawamu bisa jadi taruhannya!”

“Sahabat-sahabatku adalah prioritas ku dan Cameron adalah prioritas-mu. Aku akan terima risikonya dan konsekuensinya. Juga sudah kubilang tadi, aku tidak peduli apa yang akan terjadi padaku nanti, jika nyawaku taruhannya tidak apa-apa, yang penting mereka semua selamat begitupun kesemua sahabatku.”

“Meskipun aku tak kenal banget adikmu, tapi aku akan mencoba menyadarkan .. sekaligus usaha Kakak dalam memusnahkan kalung ini.”

“Kakak tidak bisa melarang aku, karena tekad diriku sudah mutlak.”

Kalimat terakhir Anggara sebelum ia melangkah pergi, membuat Monora terperanjat kaget. Anggara pemudanya sangat keras kepala, ia hanya ingin kesemua sahabatnya selamat dari Cameron, Anggara juga ingin setan yang di dalam raga Reyhan pergi dari tubuhnya Reyhan.

Lagian, untuk memusnahkan kalung Jimat berlian hijau Iblis itu harus dengan pergi ke ruangan ritual tumbal, di sana ada suatu tempat khusus untuk penghancur benda-benda yang sangat membahayakan. Monora bisa menghilang dan berteleportasi cepat langsung ke lokasinya, ada kemungkinan sangat Monora tanpa sukar langsung menghancurkan kalung Jimat itu di alat khusus tepatnya di dalam ruangan ritual tumbal mengerikan.

INDIGO To Be Continued ›››

Terpopuler

Comments

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

kalo anak indigo memang keras kepala ya kak. mereka hanya ingin menyelwsaikan masalah mereka sendiri.

2023-07-08

1

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

What are you going Anggara. tekat banget. oh ya kak, kak monora seusia kak Angga ya. jadi lupa yang kebwlakangnya😅

2023-07-08

1

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

𝕴𝖓𝖓𝖊𝖗 𝕭𝖑𝖚𝖊 𝕾𝖙𝖔𝖗𝖞

Anggara sungguh bijak

2023-07-08

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Chapter 1 | Vacation Plans
3 Chapter 2 | Leave
4 Chapter 3 | First Day Visiting the Forest
5 Chapter 4 | Strange Things Start
6 Chapter 5 | Under the Influence
7 Chapter 6 | The Ruler
8 Chapter 7 | Inside Videos
9 Chapter 8 | Blocked
10 Chapter 9 | Calamity Attack
11 Chapter 10 | Demon Star Portal
12 Chapter 11 | Maliciously Evil
13 Chapter 12 | Amulet
14 Chapter 13 | True Self
15 Chapter 14 | Obliterate
16 Chapter 15 | The Dark Past
17 Chapter 16 | Go Home
18 Chapter 17 | Abandoned Villa Building?
19 Chapter 18 | Go to That Place Again
20 Chapter 19 | Bypassing Prohibition
21 Chapter 20 | A Bad Omen Happened
22 Chapter 21 | Figure Sketch Painting
23 Chapter 22 | Misunderstanding
24 Chapter 23 | Cruel Human
25 Character Visuals
26 Chapter 24 | Between Spirit and Soul
27 Chapter 25 | Two Natural Worlds
28 Chapter 26 | Monster Fish in the Lake
29 Chapter 27 | A Teaching of Spells
30 Chapter 28 | Erland Lucifer
31 Chapter 29 | Enmity With Gilles
32 Chapter 30 | Enigrafent Afterlife
33 Character Visuals II
34 Chapter 31 | Reality or Just a Dream?
35 Chapter 32 | Possessed
36 Chapter 33 | Don't Know it
37 Chapter 34 | Suicide
38 Chapter 35 | Lost Forever
39 Chapter 36 | More Careful
40 Chapter 37 | Dreams Ended in Depression
41 Chapter 38 | Between Water And Fire
42 Chapter 39 | Tragedy At 21.00
43 Chapter 40 | Initial Terror
44 Chapter 41 | Giving it Over And Over
45 Chapter 42 | Definitely Severe Weakness
46 Chapter 43 | Investigate
47 Chapter 44 | Every Sign
48 Character Visuals III
49 Chapter 45 | Great Danger Will Happen
50 Chapter 46 | Got Big Trouble
51 Chapter 47 | Ruined Day
52 Chapter 48 | New Spirit Arrival
53 Chapter 49 | Remember Who He Is?
54 Chapter 50 | Meet Unexpectedly
55 Chapter 51 | Totally Real
56 Chapter 52 | Ornaliea Asgremega
57 Chapter 53 | A Missing Word
58 Chapter 54 | Anyone Can See It
59 Chapter 55 | He Came In One's Subconscious
60 Chapter 56 | I Managed to Save You!
61 Chapter 57 | There's Still A Purpose To Live
62 Chapter 58 | Can't Just Accept Fate
63 Chapter 59 | Fragile Heart
64 Chapter 60 | The Impact of Depression
65 Character Visuals IV
66 Chapter 61 | Giving a Motivation
67 Chapter 62 | Embarrassing
68 Chapter 63 | Not Yet Over
69 Chapter 64 | Become the Second Target?!
70 Chapter 65 | The Weakness of the Sixth Sense Man
71 Chapter 66 | Conditions Associated With Living Mysticism
72 Chapter 67 | Alternating Terror?
73 Chapter 68 | Additional Ability
74 Chapter 69 | A Different Aura
75 Chapter 70 | Departure
76 Chapter 71 | Conveyed Hope
77 Chapter 72 | It's Not Easy to Forget
78 Chapter 73 | My Terror Will Always Make You Suffer!
79 Chapter 74 | The Unpredictable Killer
80 Chapter 75 | Changing Destiny
81 Chapter 76 | Trying to Be a Shield to Protect Life
82 Chapter 77 | Grasp Accuracy
83 Chapter 78 | The Same Events Repeatedly
84 Chapter 79 | Their Anxiety
85 Chapter 80 | Disturbed Psychic
86 Chapter 81 | That Mystery Death!
87 Chapter 82 | Almost Revealed
88 Chapter 83 | Terror In Dreams Is Far More Dangerous
89 Chapter 84 | Morning Caution
90 Chapter 85 | Uncovered Already
91 Chapter 86 | Steady Plan
92 Chapter 87 | Problem Solving
93 Chapter 88 | Explanation Before Saying Goodbye
94 Chapter 89 | The Presence of a Stranger Ghost Figure
95 Chapter 90 | About Outdated Paper
96 Chapter 91 | Failed to See
97 Chapter 92 | Stop Looking Away For a While
98 Chapter 93 | Appearing Vision
99 Chapter 94 | Trapped In A Dark Room
100 Chapter 95 | Occult Hint
101 Chapter 96 | The Real Doer
102 Chapter 97 | Give Last Chance
103 Chapter 98 | Apology
104 Chapter 99 | Deadly Accident
105 Chapter 100 | Special Person
106 Chapter 101 | People Who Were in the Past
107 Chapter 102 | Disaster
108 Chapter 103 | Gloomy Life
109 Chapter 104 | Quarrel Because It Has Lulled
110 Chapter 105 | Responsible
111 Chapter 106 | Past Background [Anggara]
112 Chapter 107 | There's Still Care [Freya]
113 Chapter 108 | Drop Sick
114 Chapter 109 | Physical Revenge
115 Chapter 110 | Two Diagnostics
116 Chapter 111 | Deep Emotions
117 Chapter 112 | Prohibited to Meet
118 Chapter 113 | Feel Loose
119 Chapter 114 | Mental Disorder
120 Chapter 115 | Impossible
121 Chapter 116 | Rampant
122 Chapter 117 | Terrible Panic [Jovata]
123 Chapter 118 | Ignored Threats
124 Chapter 119 | Personal Matters
125 Chapter 120 | The Feeling of Having a Sixth Sense Friend
126 Chapter 121 | An Urge to Let Go of the Dark Past
127 Chapter 122 | Way Out?
128 Chapter 123 | Entitled to Prevent From Harm
129 Chapter 124 | Nice Idea
130 Chapter 125 | Regret
131 Character Visual V
132 Chapter 126 | Guarded And Protected
133 Chapter 127 | Removing Hostility
134 Chapter 128 | Low Power Memory
135 Chapter 129 | Don't Regard As Enemies
136 Chapter 130 | Other Feelings
137 Chapter 131 | Expressing Love?
138 Chapter 132 | Asking for Help
139 Chapter 133 | Decision Point
140 Chapter 134 | Pseudonym
141 Chapter 135 | It's Time to be Exposed
142 Chapter 136 | New Student
143 Chapter 137 | Clues or Just Hallucinations
144 Chapter 138 | Prone
145 Chapter 139 | Bunch of Sects
146 Chapter 140 | Star Circle Blood Logo
147 Chapter 141 | A Bad Sign
148 Chapter 142 | Black Shadow
149 Chapter 143 | A Message
150 Chapter 144 | Strange Eve
151 Chapter 145 | Overseas Women Photo Frames
152 Chapter 146 | Event Dimension
153 Chapter 147 | Short Rescue
154 Chapter 148 | Piano Sound in the Attic
155 Chapter 149 | Trapped In Villa Ghosmara
156 Chapter 150 | Ghost Vanishing
157 Chapter 151 | Underground Stairs
158 Chapter 152 | Dragged Into Another World
159 Chapter 153 | Inseparable
160 Chapter 154 | Cannibal
161 Chapter 155 | Wrong Victim
162 Chapter 156 | Awkward Attack
163 Chapter 157 | Demon Beast
164 Chapter 158 | Delivering Into the Immortal Realms
165 Chapter 159 | Wilderness And Haunted
166 Chapter 160 | Complete
167 Chapter 161 | Never Give Up
168 Chapter 162 | Two More Days?
169 Chapter 163 | On the Abyss
170 Chapter 164 | Fact?
171 Chapter 165 | The Mystic
172 Chapter 166 | Golden Snake With One Eye
173 Chapter 167 | Stop This!
174 Chapter 168 | Ultimate
175 Chapter 169 | Deep Wounds
176 Chapter 170 | Whisper of Doom
177 Chapter 171 | I'm Back
178 Chapter 172 | Resentment
179 Chapter 173 | Please Don't Go!
180 Chapter 174 | Anxiety
181 Chapter 175 | Deepest Regret
182 Chapter 176 | Stay Best Four Forever
183 Chapter 177 | Worth the Bad Feeling?
184 Chapter 178 | Viral News
185 Chapter 179 | Feel Guilty
186 Chapter 180 | Giant Creatures
187 Chapter 181 | Mutual Convince
188 Chapter 182 | Not Found
189 Chapter 183 | Must Endure!
190 Chapter 184 | Do it Again
191 Chapter 185 | You..?!
192 Chapter 186 | Ex-lover?
193 Chapter 187 | Unable to Let Go
194 Chapter 188 | Between Human Friend And Ghost Friend
195 Chapter 189 | Unlock Secrets
196 Chapter 190 | Last Love
197 Announcement!
198 Chapter 191 | Visitor
199 Chapter 192 | Afternoon Trap?
200 Chapter 193 | Battered
201 Chapter 194 | Ever Met
202 Chapter 195 | Backfire
203 Chapter 196 | Failed
204 Chapter 197 | I Will Kill You!
205 Chapter 198 | Defining a Lifeline
206 Chapter 199 | Converted
207 Chapter 200 | Positive Thinking
208 END
209 EPILOG
210 Special Announcement!
Episodes

Updated 210 Episodes

1
PROLOG
2
Chapter 1 | Vacation Plans
3
Chapter 2 | Leave
4
Chapter 3 | First Day Visiting the Forest
5
Chapter 4 | Strange Things Start
6
Chapter 5 | Under the Influence
7
Chapter 6 | The Ruler
8
Chapter 7 | Inside Videos
9
Chapter 8 | Blocked
10
Chapter 9 | Calamity Attack
11
Chapter 10 | Demon Star Portal
12
Chapter 11 | Maliciously Evil
13
Chapter 12 | Amulet
14
Chapter 13 | True Self
15
Chapter 14 | Obliterate
16
Chapter 15 | The Dark Past
17
Chapter 16 | Go Home
18
Chapter 17 | Abandoned Villa Building?
19
Chapter 18 | Go to That Place Again
20
Chapter 19 | Bypassing Prohibition
21
Chapter 20 | A Bad Omen Happened
22
Chapter 21 | Figure Sketch Painting
23
Chapter 22 | Misunderstanding
24
Chapter 23 | Cruel Human
25
Character Visuals
26
Chapter 24 | Between Spirit and Soul
27
Chapter 25 | Two Natural Worlds
28
Chapter 26 | Monster Fish in the Lake
29
Chapter 27 | A Teaching of Spells
30
Chapter 28 | Erland Lucifer
31
Chapter 29 | Enmity With Gilles
32
Chapter 30 | Enigrafent Afterlife
33
Character Visuals II
34
Chapter 31 | Reality or Just a Dream?
35
Chapter 32 | Possessed
36
Chapter 33 | Don't Know it
37
Chapter 34 | Suicide
38
Chapter 35 | Lost Forever
39
Chapter 36 | More Careful
40
Chapter 37 | Dreams Ended in Depression
41
Chapter 38 | Between Water And Fire
42
Chapter 39 | Tragedy At 21.00
43
Chapter 40 | Initial Terror
44
Chapter 41 | Giving it Over And Over
45
Chapter 42 | Definitely Severe Weakness
46
Chapter 43 | Investigate
47
Chapter 44 | Every Sign
48
Character Visuals III
49
Chapter 45 | Great Danger Will Happen
50
Chapter 46 | Got Big Trouble
51
Chapter 47 | Ruined Day
52
Chapter 48 | New Spirit Arrival
53
Chapter 49 | Remember Who He Is?
54
Chapter 50 | Meet Unexpectedly
55
Chapter 51 | Totally Real
56
Chapter 52 | Ornaliea Asgremega
57
Chapter 53 | A Missing Word
58
Chapter 54 | Anyone Can See It
59
Chapter 55 | He Came In One's Subconscious
60
Chapter 56 | I Managed to Save You!
61
Chapter 57 | There's Still A Purpose To Live
62
Chapter 58 | Can't Just Accept Fate
63
Chapter 59 | Fragile Heart
64
Chapter 60 | The Impact of Depression
65
Character Visuals IV
66
Chapter 61 | Giving a Motivation
67
Chapter 62 | Embarrassing
68
Chapter 63 | Not Yet Over
69
Chapter 64 | Become the Second Target?!
70
Chapter 65 | The Weakness of the Sixth Sense Man
71
Chapter 66 | Conditions Associated With Living Mysticism
72
Chapter 67 | Alternating Terror?
73
Chapter 68 | Additional Ability
74
Chapter 69 | A Different Aura
75
Chapter 70 | Departure
76
Chapter 71 | Conveyed Hope
77
Chapter 72 | It's Not Easy to Forget
78
Chapter 73 | My Terror Will Always Make You Suffer!
79
Chapter 74 | The Unpredictable Killer
80
Chapter 75 | Changing Destiny
81
Chapter 76 | Trying to Be a Shield to Protect Life
82
Chapter 77 | Grasp Accuracy
83
Chapter 78 | The Same Events Repeatedly
84
Chapter 79 | Their Anxiety
85
Chapter 80 | Disturbed Psychic
86
Chapter 81 | That Mystery Death!
87
Chapter 82 | Almost Revealed
88
Chapter 83 | Terror In Dreams Is Far More Dangerous
89
Chapter 84 | Morning Caution
90
Chapter 85 | Uncovered Already
91
Chapter 86 | Steady Plan
92
Chapter 87 | Problem Solving
93
Chapter 88 | Explanation Before Saying Goodbye
94
Chapter 89 | The Presence of a Stranger Ghost Figure
95
Chapter 90 | About Outdated Paper
96
Chapter 91 | Failed to See
97
Chapter 92 | Stop Looking Away For a While
98
Chapter 93 | Appearing Vision
99
Chapter 94 | Trapped In A Dark Room
100
Chapter 95 | Occult Hint
101
Chapter 96 | The Real Doer
102
Chapter 97 | Give Last Chance
103
Chapter 98 | Apology
104
Chapter 99 | Deadly Accident
105
Chapter 100 | Special Person
106
Chapter 101 | People Who Were in the Past
107
Chapter 102 | Disaster
108
Chapter 103 | Gloomy Life
109
Chapter 104 | Quarrel Because It Has Lulled
110
Chapter 105 | Responsible
111
Chapter 106 | Past Background [Anggara]
112
Chapter 107 | There's Still Care [Freya]
113
Chapter 108 | Drop Sick
114
Chapter 109 | Physical Revenge
115
Chapter 110 | Two Diagnostics
116
Chapter 111 | Deep Emotions
117
Chapter 112 | Prohibited to Meet
118
Chapter 113 | Feel Loose
119
Chapter 114 | Mental Disorder
120
Chapter 115 | Impossible
121
Chapter 116 | Rampant
122
Chapter 117 | Terrible Panic [Jovata]
123
Chapter 118 | Ignored Threats
124
Chapter 119 | Personal Matters
125
Chapter 120 | The Feeling of Having a Sixth Sense Friend
126
Chapter 121 | An Urge to Let Go of the Dark Past
127
Chapter 122 | Way Out?
128
Chapter 123 | Entitled to Prevent From Harm
129
Chapter 124 | Nice Idea
130
Chapter 125 | Regret
131
Character Visual V
132
Chapter 126 | Guarded And Protected
133
Chapter 127 | Removing Hostility
134
Chapter 128 | Low Power Memory
135
Chapter 129 | Don't Regard As Enemies
136
Chapter 130 | Other Feelings
137
Chapter 131 | Expressing Love?
138
Chapter 132 | Asking for Help
139
Chapter 133 | Decision Point
140
Chapter 134 | Pseudonym
141
Chapter 135 | It's Time to be Exposed
142
Chapter 136 | New Student
143
Chapter 137 | Clues or Just Hallucinations
144
Chapter 138 | Prone
145
Chapter 139 | Bunch of Sects
146
Chapter 140 | Star Circle Blood Logo
147
Chapter 141 | A Bad Sign
148
Chapter 142 | Black Shadow
149
Chapter 143 | A Message
150
Chapter 144 | Strange Eve
151
Chapter 145 | Overseas Women Photo Frames
152
Chapter 146 | Event Dimension
153
Chapter 147 | Short Rescue
154
Chapter 148 | Piano Sound in the Attic
155
Chapter 149 | Trapped In Villa Ghosmara
156
Chapter 150 | Ghost Vanishing
157
Chapter 151 | Underground Stairs
158
Chapter 152 | Dragged Into Another World
159
Chapter 153 | Inseparable
160
Chapter 154 | Cannibal
161
Chapter 155 | Wrong Victim
162
Chapter 156 | Awkward Attack
163
Chapter 157 | Demon Beast
164
Chapter 158 | Delivering Into the Immortal Realms
165
Chapter 159 | Wilderness And Haunted
166
Chapter 160 | Complete
167
Chapter 161 | Never Give Up
168
Chapter 162 | Two More Days?
169
Chapter 163 | On the Abyss
170
Chapter 164 | Fact?
171
Chapter 165 | The Mystic
172
Chapter 166 | Golden Snake With One Eye
173
Chapter 167 | Stop This!
174
Chapter 168 | Ultimate
175
Chapter 169 | Deep Wounds
176
Chapter 170 | Whisper of Doom
177
Chapter 171 | I'm Back
178
Chapter 172 | Resentment
179
Chapter 173 | Please Don't Go!
180
Chapter 174 | Anxiety
181
Chapter 175 | Deepest Regret
182
Chapter 176 | Stay Best Four Forever
183
Chapter 177 | Worth the Bad Feeling?
184
Chapter 178 | Viral News
185
Chapter 179 | Feel Guilty
186
Chapter 180 | Giant Creatures
187
Chapter 181 | Mutual Convince
188
Chapter 182 | Not Found
189
Chapter 183 | Must Endure!
190
Chapter 184 | Do it Again
191
Chapter 185 | You..?!
192
Chapter 186 | Ex-lover?
193
Chapter 187 | Unable to Let Go
194
Chapter 188 | Between Human Friend And Ghost Friend
195
Chapter 189 | Unlock Secrets
196
Chapter 190 | Last Love
197
Announcement!
198
Chapter 191 | Visitor
199
Chapter 192 | Afternoon Trap?
200
Chapter 193 | Battered
201
Chapter 194 | Ever Met
202
Chapter 195 | Backfire
203
Chapter 196 | Failed
204
Chapter 197 | I Will Kill You!
205
Chapter 198 | Defining a Lifeline
206
Chapter 199 | Converted
207
Chapter 200 | Positive Thinking
208
END
209
EPILOG
210
Special Announcement!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!