"Kamu! Kenapa kamu mengatakan jika kita sudah bersepakat untuk ke Bali?"
Suara bariton itu langsung menutut penjelasan dari sang istri. Devina yang tadinya akan bergerak beranjak dari pintu depan rumah. Hanya mampu mengurungkan langkah kakinya. Wajahnya sedikit lebih baik, dari pada kemarin-kemarin yang amat pucat. Devina membalikkan tubuhnya. Menghadap ke arah Kaiden.
"Karena Mama mendesakku. Aku pikir jika aku memberikan jawaban lebih cepat. Mungkin Mama maupun Papa, nggak akan terus mengulang pertanyaan yang sama," jawab Devina yang tidak sepenuhnya berbohong.
Kedua orang tua Kaiden ini cukup nyinyir. Jika menginginkan sesuatu. Keduanya akan terus menerus mendesak dan bertanya hal yang sama. Sampai mulut keduanya akan berbisa. Buktinya, Kaiden sana tidak kuat dengan desakan kedua orang tuanya.
Mau tak mau. Suka tak suka. Kaiden Loius terpaksa menerima perjodohan mereka dulu. Karena tidak tahan dengan desakan kedua orang tuanya. Apalagi saat itu Kaiden memang tidak lagi memiliki tambatan hati.
"Hah! Harusnya kamu membicarakan ini denganku. Karena keberangkatan ke Bali. Bukan hanya kamu saja. Tapi aku juga," keluh Kaiden dengan suara berat.
Devina menunduk kecil."Maaf," sahut Devina dengan volume kecil.
Hanya itu yang bisa Devina katakan pada Kaiden. Agar pemuda ini tidak banyak bicara lagi. Apa lagi sampai mereka harus perang mulut. Paling menakutkan bagi Devina adalah perang dingin. Jika perang dingin pecah. Maka akan sangat sulit hanya untuk berbicara dengan sang suami.
"Sudahlah," pungkas Kaiden.
Pemuda itu melangkah masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Devina yang menatap penuh makna pada punggung belakang Kaiden. Sulit sekali untuk ia bisa mengalah pada banyak hal. Termasuk pada mengutarakan pendapat. Setiap kata yang keluar dari lisannya. Penuh dengan kehati-hatian. Saking merasa takut menyinggung Kaiden.
Takut jika apa yang dikatakan oleh dirinya akan menyakiti Kaiden. Hingga sang suami akan malas bertegur sapa dengan dirinya. Sebegitu beratnya jika kita mencintai seseorang melebihi diri kita sendiri.
"Lebih sabar lagi, Devina! Dia akan segera melihatmu. Karena perasaanmu lebih besar dari dirinya," monolog Devina meyakinkan dirinya sendiri.
Hembusan nafas kasar mengalun. Devina menarik kecil kedua sudut bibirnya ke atas. Melengkung membentuk sebuah senyuman yang penuh paksaan. Kadang dunia ini tidak berjalan dengan semestinya. Tidak sesuai dengan ekspektasi diri kita. Dan Devina tangah memperjuangkan ekpektasinya pada rumah tangga yang baru saja dibangun.
Karena katanya cinta itu butuh perjuangan. Devina sedangkan berjuang. Kalah menang dalam percintaannya nanti. Harapan Devina hanya satu. Ia berharap ada sedikit saja kebahagiaan tersisa untuk dirinya. Ya, sedikit saja. Devina tidak ingin tamak.
...***...
Arumi terlihat tengah menguap bosan. Suster yang menjadi asisten dokter gigi itu terlihat memperhatikan gelagat Arumi.
"Apakah ada yang Dokter Arumi tunggu datang?" tangannya sedikit penasaran.
Pasalnya sudah sangat lama sekali Arumi terlihat duduk menunggu di jam pulang. Biasanya dokter cantik bertubuh semok itu akan langsung ngacir saat jam pulang datang. Untuk bersiap-siap berdandan secantik mungkin.
Hanya untuk bisa melepaskan penat dari rutinitas yang membosankan. Pergi ke club' malam. Menari bersama irama yang memekakkan telinga. Dengan lampu yang berkelap-kelip menyilaukan mata. Berteriak keras disela hentakan musik. Begitulah cara dokter cantik ini hidup beberapa tahun belakangan.
Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Arumi. Karena wanita ini, sudah seperti itu saat masuk ke rumah sakit swasta itu. Banyak dokter-dokter senior maupun yang baru magang jatuh hati pada Arumi.
Oh, ayolah. Arumi adalah wanita cantik dengan tubuh impian setiap wanita. Bukankah sejelek-jelek lelaki itu ingin wanita seksi. Dan lucunya, secantik-cantiknya perempuan. Mereka tidak akan menggilai pria tampan.
Semua hubungan yang ditawarkan oleh para pria banyak mendapat penolakkan dari perempuan bermata abu-abu terang itu. Dan siapa yang menyangka Arumi menolak tawaran hubungan tanpa menjadi yang kedua. Lebih suka menjadi duri dalam daging diperankan perempuan lain. Entah perempuan ini memiliki kelainan.
Atau hanya karena merasa hubungan terlarang itu lebih menantang. Apa lagi pria berkeluarga itu sudah sangat mapan. Membuat Arumi merasa lebih tenang. Entahlah, tidak ada yang paham.
"Aku menunggu kekasihku, tapi sepertinya dia tidak datang lagi," sahut Arumi setelah lama diam dengan eskpresi wajah jenuh.
Susan terlihat mengangguk kecil. Suster yang menjadi asisten pribadi Arumi hanya mengangguk seadanya. Meskipun bibirnya ingin bertanya lebih. Siapakah pria itu? Karena beberapa kali perempuan ini keluar dari rumah sakit.
Susan mendapati. Arumi bertemu dengan seorang CEO gagah. Yang sudah pasti dan banyak yang tahu kalau lelaki gagah bermata elang itu sudah beristri. Yang katanya desainer handal untuk perusahaan besar.
"Ah ... begitu ternyata," gumam Susan,"kalau begitu aku duluan, ya, Dok!" sambung Susan dengan nada sopan.
Arumi mengangguk."Hati-hati di jalan Suster Susan!" balas Arumi dengan nada ceria.
"Ya, Dokter juga!" balas Susan.
Gadis itu melangkah keluar dari ruangan Arumi. Kepalanya mengeleng kecil saat ia mendapati hati kecilnya mulai berprasangka buruk pada Arumi.
"Eh! Itu tidak mungkin. Dokter Arumi cantik, masih lajang. Mana mau dia selingkuh sama pria kayak Kaiden itu. Toh, istrinya Kaiden katanya juga cantik dan perpendidikan," gumam Susan.
Kembali gadis itu mengeleng cepat. Tidak baik memikirkan masalah orang. Susan pikir amati saja dulu. Kalau emang benar. Dia bisa apa? Susan juga tidak mungkin membongkarnya. Karena ia kerja bersama Arumi. Akan sangat memusingkan kepalanya. Seandainya Arumi kena kasus.
...***...
Sorot mata teduh Devina terlihat sangat indah saat gadis cantik itu tengah serius membenahi dasi milik sang suami. Kaiden hanya diam saja. Perempuan ini meminta agar ia yang memasangkan dasi. Yang baru dibeli untuk Kaiden. Katanya, padahal dasi yang kini sedang Devina pasangan mungkin sudah dua tahun berada di laci lemari kamarnya.
"Oke! Selesai!" Devina berseru sembari mundur dua langkah ke belakang.
Gadis itu tersenyum lebar melihat betapa tampannya sang suami. Kaiden melirik cermin besar di sudut kamarnya. Corak dasi yang dipakai oleh Devina padanya tidak terlalu banyak.
Gadis ini seakan tahu apa yang dia suka dan tidak dia sukai. Dasi yang melilit di kerah kemeja putihnya terlihat sangat pas dipadukan dengan jas berwarna biru laut hambar.
"Bagaimana?" tanya Devina kembali.
"Tidak buruk," sahut Kaiden.
Devina tetap mengulas senyum. Meski jawaban Kaiden selalu sama. Setidaknya pria ini tidak menolak apa yang dia berikan.
"Kalau begitu ayo berangkat ke kantor bersama," ajak Devina.
Kaiden mengangguk kecil tanpa menjawab. Devina melangkah mendekati Kaiden. Sebelum merangkul tangan Kaiden. Keduanya melangkah keluar dari dalam kamar Kaiden. Bersama.
Ah, betapa bahagianya gadis ini. Bisa menggandeng Kaiden. Bersama dengan dirinya. Harapan di hati Devina terpupuk semakin besar. Dan lebih besar lagi. Untuk bisa seperti ini terus bersama Kaiden.
Bersambung....
Ada yang bilang, cara membuat wanita itu lelah berjuang dan berharap adalah disaat, mereka merasa ilfil pada orang yang mereka cintai 🤭dan semoga Devina secepatnya ilfil pada Kaiden
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Triepuji
temukan kebahagiaanmu dev
2023-02-23
0
Eka Bundanedinar
setuju bikin ilfil Aj sama keiden
2022-03-03
1
Netty S
kpn author brpihak ma Devina by,,,kpn authorrr ngasih pljrn buat kaiden dan Arumi,,kpn karma authorrr trjdi,,,kmi mnungghuuuj
2022-02-22
0