Maria menghembuskan nafas kasar mengunjungi sang menantu. Deviana memasang ekspresi minta dikasihani oleh sang ibu mertua. Hembusan nafas kasar Maria kembali terlihat.
"Kenapa nggak ngomongin apa-apa kalau kamu sakit, sayang?" tanya Maria dengan nada kecewa pada sang menantu tercinta.
Devina mengulas senyum paksa. Meskipun ia menyembunyikan keadaannya. Maria tetap saja tahu pada akhirnya.
"Se—sekarang, aku sudah baik-baik saja kok, Mah!" sahut Devina dengan nada lembut.
Maria berdecak kecil. Perempuan paruh baya itu meraih tangan Devina dengan lembut. Sebelum mengusap permukaan punggung tangan Devina yang terasa agak dingin. Meski Devina sudah merasa lebih baik dari kemarin. Tetap saja wajah dan itu masih terlihat pucat. Karena berada pada fase tahap penyembuhan.
"Mama tahu. Kamu itu tidak mau membuat Mama sama Papa khawatir karena kamu sakit. Tapi kamu jangan lupa, Ayah dan Ibumu menitipkan kamu pada kami. Jika saja kedua orang tuamu tahu lebih dahulu tentang kondisimu dari pada kami. Mama dan Papa akan merasa bersalah pada Ayah dan Ibumu, Dev!" nasehat Maria pelan.
"Iya, Ma!" jawab Devina lembut,"maafkan aku, Mah! Aku tidak akan mengulanginya lagi. Sekali lagi, aku minta maaf, Mah! Membuat Mama kecewa padaku," lanjut Devina pelan.
Meria mengerakkan tangannya yang bebas terlihat mengusap pelan anak rambut Devina ke belakang. Menyelipkan di belakang daun telinga Devina.
"Ya, kali ini Mama maafkan. Jika terulang lagi. Mama benar-benar marah, loh!" sahut Maria memberikan peringatan pada sang menantu.
"Ya, Mah!" Devina menyahut dengan menganggukkan kepalanya.
"Jika kamu sakit begini bagaimana caranya kita menjalani rencana kita untuk membujuk Kaiden untuk honeymoon?"
Devina mengulum senyum di bibirnya."Mama tenang saja, Kaiden akan mau kok."
"Memangnya kamu sudah membicarakannya dengan Kaiden setelah Mama dan Papa pulang?"
"Ya, sudah."
"Lalu apa tanggapan Kaiden? Dia mau bukan?"
"Ya, mau."
"Kalian sudah memutuskan untuk mau liburan ke mana?"
Devina kembali mengangguk."Ya, rencana mau ke Bali saja, Mah. Tidak udah jauh-jauh. Setidaknya itu tidak akan membuat pekerjaan kami terangkai."
"Masih saja mikirin pekerjaan. Pekerjaan kalian itu sudah pasti ada yang kontrol. Lagian ditinggalkan satu mingguan sampai satu bulan pun. Perusahaan nggak bakalan bangkrut, Dev!" sahut sang ibu mertua kesal.
Ada apa dengan menantu dan sang putra. Masih saja memikirkan hal seperti itu. Bekerja dan bekerja. Tidak ada hal lain kah selain bekerja? Membuat kepala Maria pening saja. Dua orang penggila kerja saat disatukan. Ya, beginilah jadinya. Mau honeymoon yang kedua kali pun. Masih saja memikirkan tentang pekerjaan.
Devina terkekeh kecil mendengar jawaban sang ibunda. Ia dan Kaiden sering kali menjadikan pekerjaan sebagai kambing hitam. Agar tidak mendapatkan tekanan apapun dari sekelilingnya.
"Maaf, Mah!"
"Pokonya soal pakerjaan jangan diambil pusing. Kalau kamu dan Kaiden masih aja khawatir. Biar Mama dan Papa yang turun tangan. Kalau sudah begini. Sudah pas bukan?" tuntut Maria.
Devina kembali menganggukkan kepalanya."Ya, Mah!"
...***...
Makan malam berjalan lancar. Bedanya. Sekarang Devina berada di ruangan tengah bersama ibu mertuanya. Sedangkan Kaiden berada di gazebo dengan tuan besar Louis.
Ditemani oleh dua cup kopi panas yang mengepulkan asap. Keduanya tidak berbicara. Hanya duduk saling berbelahan.
"Bagaimana keadaan Devina?" tanya Antonio pada snag anak.
Antonio tidak banyak berbicara dengan sang menantu. Melihat kondisi Devina terlihat baru membaik.
"Sudah cukup baik, Pa!" sahut Kaiden pelan.
Antonio mengangguk-angguk kecil pertanda paham. Sebelum pria itu berdehem kecil.
"Katanya kalian sudah memutuskan untuk liburan ke Bali," ucap Antonio kembali.
Kedua alis mata tebal Kaiden langsung bersatu mendengar perkataan sang ayah. Mereka? Apakah yang dimaksud oleh sang ayah adalah dia dan Devina? Kata kedua yang membuat pemuda ini tidak mengerti adalah liburan ke Bali? Kapan? Perasaan Kaiden tidak pernah mengatakan untuk liburan ke Bali.
Bahkan belum ada pembicaraan dengan Devina. Apakah mereka akan berlibur ke Bali. Meskipun ada banyak destinasi untuk honeymoon. Namun rasanya bagi Kaiden ini berbeda. Karena ini bukan tentang liburan yang dia harapkan. Apa lagi bersama dengan Devina.
"Apakah Devina yang mengatakannya?" tanya Kaiden hati-hati.
"Ya, tentu saja. Katanya kalian sudah bersepakat untuk liburan ke Bali. Agar lebih mudah untuk bekerja dan pulang pergi lebih cepat," jawab Antonio menjelaskan apa yang tadi sang istri sempat katakan.
Kenapa sang istri malah berdusta. Mereka belum membahasnya. Tapi Devina sudah mengambil keputusan seenaknya saja. Tanpa berbicara.
"Tapi ... rasanya saat ini tidak bisa. Karena keadaan Devina yang sedang sakit, Pah!" balas Kaiden.
Antonio langsung menatap sang putra dengan pandangan lambat. Kenapa rasanya agak aneh. Satu hal yang tiba-tiba terlintas di otak Antonio. Namun pria paruh baya itu tidak mengatakan apapun. Memilih menyimlannya sendiri saja.
"Itu adalah keinginan Kakek. Yang mengusulkan untuk Mamamu memberikan kesempatan untuk honeymoon untuk kedua kali ini. Adalah penting Kakek," jelas Antonio,"jika kamu menolak atau menunda-nundanya. Kasihan Kakekmu."
Kaiden tercekat mendengar penjelasan sang ayah. Jadi tiket yang ia dapatkan dengan Devina adalah dari sang kakek? Kenapa kakeknya begitu keras ingin mendekatkan mereka berdua. Bahkan perjodohan ini dimulai dari sang kakek.
Kaiden mungkin bisa menolak permintaan kedua orang tuanya dengan keras kepala. Namun tidak dengan permintaan sang kakek terkasih. Kaiden tidak bisa membantah sang kakek.
"Tolong pertimbangan lagi, Kaiden. Papa tahu dan paham. Kamu tidak akan mengecewakan Kakekmu," sambung Antonio dengan nada serius.
Sialan sekali. Pada akhirnya ia harus mengalah. Karena permintaan sang kakek. Tiga tahun menikah dengan Devina. Yang membuat Kaiden bertahan dengan pernikahan palsu itu adalah sang kakek.
Kaiden tidak memiliki alasan kuat kenapa ia harus menolak permintaan kakek tercinta. Pada akhirnya, Kaiden menjali rumah tangga di atas kertas dengan Devina.
Tapi sekarang Kaiden punya alasan untuk bercerai dengan Devina. Karena perasaannya bukan untuk Devina lagi. Bisa dibilang, itulah alasannya nantinya. Tidak mungkin jika Kaiden mengatakan jika ia dan Devina tidak saling cinta dan bersandiwara. Bisa-bisa sang kakek makin marah.
"Ya, Pa!" sahut Kaiden lemah.
"Mungkin saat ini. Kamu merasa semua hal yang Kakekmu paksakan adalah hal yang paling kau benci. Tapi nanti. Suatu saat nanti. Kamu akan mengerti kenapa beliau sangat sering memaksamu ini dan itu, Kaiden." Antonio berucap sembari menepuk-nepuk kecil bahu sang putra bungsu.
Benarkah? Jika semua yang dipaksakan padanya adalah hal yang baik untuk dirinya. Ah, entahlah. Kaiden sediri tidak paham dengan apa yang terjadi. Sampai ia harus terus menerus seperti ini.
"Ya, Pa!" sahut Kaiden lagi dengan terpaksa.
Atensi Kaiden langsung hertubrukkan dengan manik mata Devina yang entah sejak kapan menatap dirinya. Gadis cantik itu terlihat tersenyum dari kejauhan untuk dirinya. Kaiden langsung membuang muka.
Bersambung....
Semoga aja Devina benar-benar mampu menaklukkan Kaiden. Hingga gak ada yang tersakiti.
Author bakalan slow up dulu ya, kakak-kakak. Mohon dukungannya kakak-kakak. Dengan cara masukan cerita ini ke perpus. Lalu berikan like dan komentarnya. Don't forget,🤭❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
mamah lia nia
KPK aku jadi juriga jangan jangan kaiden lah penyebab kecelakaan yang dialami devina ama tristan yah, dan sang kake yang tau...... 🤔🤔🤔
2022-01-16
0
mamah lia nia
lah bagai mana perasaan mamah kalo tau anaknya selingkuh pasti kecewa..... 😣😣😣
2022-01-16
0
SS
kayanya memang PD akhirnya Devina cerai dr kaiden....kalau dilihat dr judul novelnya...
2022-01-07
0