Devina terlihat membenahi penampilannya di depan cermin rias. Sebelum menarik kedua sisi bibirnya ke atas. Hanya untuk membuat senyumnya terasa lebih alami. Kedua mata yang tadi malam sebab. Sekarang tidak terlihat jelas dengan bantuan make-up.
Bukankah ia harus kembali terlihat baik-baik saja. Hari ini dia akan memberikan sedikit kejutan untuk sang suami tercinta.
TOK!
TOK!
Dua ketukkan di daun pintu kamar terdengar jelas. Devina menoleh ke belakang.
"Nyonya! Pak Tarno sudah ada di luar," seru Mbok Inah nyaring.
"Suruh tunggu sebentar, Mbok!" sahut Davina berteriak tak kalah kerasnya agar wanita tua di balik pintu mendengar dengan jelas.
"Ya, Nyonya!" balas Inah.
Devina kembali melirik penampilannya. Baju kemeja putih polos dibalut blazer warna senada dengan dan rok hitam di atas lutut. Rambut hitam panjang itu terlihat digerai dengan sedikit bergulung di bagian bawahnya. Make-up yang melekat di wajahnya tidak terlalu berlebihan.
Merasa sempurna. Devina melangkah keluar dari ruangan. Ia berharap bisa bersama Kaiden ke depannya. Mungkin lidah Kaiden terlalu berbisa dalam berbicara. Tapi Devina berusaha untuk tetap berjuang. Waktu baru berjalan satu mingguan dari waktu yang sudah dijanjikan. Sudah pasti ada dua bulan lebih lagi.
"Nyonya Devina! Kotak bekalnya sudah di bawa masuk ke dalam mobil," seru Inah saat mendapati Devina sampai di depan ruang tamu.
Devina membawa antenanya ke arah Inah."Ah, terima kasih, Mbok!" sahut Devina,"aku berangkat dulu, Mbok. Aku titip rumah, Mbok!" lanjut Devina sopan.
Wanita tua itu mengangguk kecil. Devina kembali melangkah menuju pintu keluar. Seorang gadis berkulit sawo matang terlihat setengah berlari mendekati Inah.
"Mbok Inah!" panggilnya dengan volume sedang.
"Eh? Ada apa, Siti?" jawab Inah.
Siti memanjangkan sedikit lehernya. Seakan ia tengah memperhatikan sekitar. Di rumah besar ini bukan hanya ada Mbok Inah saja. Ada banyak pembantu lainnya. Mulai dari tukang kebun, dan satpam.
"Itu, loh, Mbok!" kata Siti terdengar lirih,"kemarin. Siti nggak sengaja melihat Tuan Kaiden di salah satu butik khusus yang suka Nyonya Devina datangin," jelas Siti takut-takut.
Wajah yang penuh kerutan halus itu ikut mengerut dalam mendengarkan perkataan takut-takut yang keluar dari bibir Siti.
"Memangnya ada apa?" balas Mbok Inah makin penasaran.
Siti kembali menoleh ke kanan dan ke kiri. Seolah tengah memantau situasi. Langkah kaki lebar terlihat. Siti mempersempit jarak diantara ia dan Mbok Inah. Tangan Siti langsung berada di daun telinga wanita tua itu.
"Siti lihat, Tuan Kaiden beli baju di sana. Dan paling membuat hati Siti tidak tenang adalah Tuan Kaiden mengandeng wanita itu dengan mesra, Mbok!" bisik Siti dengan serius.
Siti menarik tangannya. Dan berdiri sedikit menjauh. Kedua pupil mata Inah langsung membesar. Bahkan bola matanya nyaris keluar dari tempatnya. Tatapan Inah seakan mengatakan. Jangan becanda.
"Ka—kamu salah lihat mungkin, Siti!" tukas Inah.
Sontak saja Siti mengeleng kuat-kuat. Ekspresi wajahnya terlihat berkali-kali lipat lebih serius. Kembali mata Siti mengedar. Takut-takut ada yang dengar.
"Siti nggak mungkin salah lihat, Mbok. Kemarin jadwalnya mengambil baju pesanan punya Nyonya Devina di butik. Nah, pas Siti sudah masuk ke dalam. Siti ambil pesanan Nyonya Devina yang sudah dibungkus. Mau keluar dari ruangan pengambilan. Hampir aja Siti tertabrak sama Tuan Kainde. Untung Siti cepat sembunyi. Awalnya, Siti juga aneh. Kok Siti malah sembunyi. Karena Siti takut. Jadi Siti diam di sana beberapa menit. Melihat Tuan Kaiden dan wanita cantik terlihat mesra. Sampai mereka keluar butik," papar Siti dengan menjelaskan kejadian.
"Ah, itu ... pasti ada salah paham Siti!" bantah Inah lagi.
Siti kembali mengeleng kuat-kuat."Kalau salah paham. Kenapa Nyonya Devina pulang-pulang dari luar. Matanya bengkak parah. Hidungnya merah, suaranya aja serak. Kayak habis nangis. Siti yakin seratus persen. Nyonya pasti tahu kalau Tuan selingkuh!" cetus Siti dengan percaya diri.
"Sssttt! Aduh! Mulutmu dijaga. Jangan sampai ada yang dengar. Ingat! Kita cuma kerja saja di sini. Apapun yang terjadi kita harus pura-pura buta dan tuli!" nasehat Mbok Inah.
Siti menghela nafas. Gadis berkulit sawo matang ini hanya kasihan pada nyonya mereka. Karena Devina itu sangat baik. Pada pekerjaan di rumah besar itu.
"Tapikan ..."
"Kalau kamu merasa kasihan sama Nyonya. Diam saja. Mau iya, atau tidak sekalipun. Kita nggak boleh ikut campur!" potong Inah cepat.
Siti mengangguk kecil. Inah, wanita tua itu melenguh kasihan. Bagaimana bisa perempuan sebaik Devina harus disia-siakan. Jika saja Kaiden benar-benar berselingkuh. Inah merasa pria itu tidak tahu diri.
...***...
Kedua manik mata hitam kelam nan tajam itu terlihat memindai Devina dari atas sampai bawah. Kedua tangannya terlihat berlipat di depan dada.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan, Devina?"
"Aku?"
"Ya, kamu siapa lagi!"
"Aku hanya ingin bisa dekat dengan kamu."
"Oh, astaga! Bukan harus menjadi sekretarisku. Kau sudah memiliki pekerjaan sendiri di kantor cabang. Lalu kenapa kau harus menjadi sekertarisku?" kesal Kaiden.
Devina mengambangkan senyum bodoh."Aku hanya ada waktu dua bulan lebih tiga minggu. Aku pikir aku harus memanfaatkan itu. Jika aku tetap bekerja di perusahaan cabang. Sudah pasti aku tidak akan memiliki banyak waktu untuk bisa merubah hatimu."
"Lalu?" ketus Kaiden,"kau mau menjadi sekretarisku? Hanya karena itu. Bagaimana dengan pekerjaanmu di kantor cabang? Kau benar-benar tidak memiliki tanggung jawab atas pekerjaan yang sedang kau kerjakan. Kau adalah orang yang suka main-main, huh!" lanjutnya menekan Devina.
"Kamu tenang saja. Aku adalah perancang busana. Aku yang mendesain baju yang akan di keluar menjadi modelnya. Masih ada waktu senang untuk itu. Aku tidak melepas tanggung jawabku, kok!" sahut Devina membela diri.
Gadis berpipi chubby ini merasa dia bisa melakukan dua pekerja sekaligus. Baik sebagai sekertaris Kaiden maupun sebagai desainer utama perusahaan.
Kaiden mengacak kasar rambut hitam legam miliknya."Siapa yang memberikan kamu izin melakukan hal seperti ini?"
"Papa dan Mama!" jawab Devina ceria.
"Kau mengatakan apa pada Papa dan Mamaku!" hardik Kaiden keras.
Tubuh Devina terlonjak kaget mendengar hardik Kaiden. Kaiden mendengus kesal. Bagaimana bisa gadis ini selalu semaunya. Bikin darahnya mendidih saja.
"Aku ... aku hanya meminta untuk menjadi sekretaris sementara saja. Bukan sekretaris utama. Jadi jangan marah begitu, Kaiden!" ucap Devina mencicit.
Kedua tangan milik Devina bergetar. Ia takut. Sungguh. Karena baru kali ini Kaiden menghardi dirinya. Selama mereka menikah tiga tahun. Tidak pernah pria ini membentaknya dengan keras.
Kaiden mengusap kasar wajahnya."Kau! Keluarlah dulu!" usir Kaiden dengan kasar.
Devina membuka mulutnya. Lalu kembali terkatub. Ia melangkah meninggalkan ruangan CEO itu dengan kedua sisi bahu jatuh dan tangan yang masih bergetar hebat.
Bersambung...
Jahatnya Kaiden🙁🙁🙁🙁
mohon dukungan dengan cara masukan ke perpustakaan, jangan lupa like dan komentarnya kakak-kakak. Gak usah kasih vote koin/poin, santai aja. Yang penting jangan lupa like aja😉😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
v_cupid
like this novel so much
2023-08-26
0
v_cupid
devinaa.. just give up and start your new life..
2023-08-25
0
beby
gak apa2 berjuang lah davin
2023-08-12
0