Devina terlihat celingak-celinguk. Menatap keadaan rumah yang masih sepi. Kedua kaki jenjang itu kembali melangkah mendekati pintu bercat hitam tanpa ukiran apapun. Ia memutar engsel pintu kamar Kaiden. Pria itu adalah orang yang pelupa dalam mengunci pintu kamar. Atau memang tidak ingin mengunci pintu kamarnya. Karena yakin tidak ada yang berani memasuki kamar tanpa izin dari tuan dingin satu itu.
KLIK!
Pintu kamar terbuka. Devina dengan penuh kehati-hatian mendorong kecil pintu kamar. Hingga pintu terbuka. Aroma maskulin langsung menyeruak masuk ke dalam paru-paru.
Devina terlihat mengintip. Ia hapal betul dengan kebiasaan Kaiden. Tiga tahun hidup dalam satu rumah yang sama. Membuat Devina menjadi hapal. Setiap hari minggu. Sang suami akan bangun siang. Benar saja. Kaiden masih asik terlelap dibalik selimut tebalnya. Kedua kaki Devina melangkah masuk dengan pelan. Bak maling yang sedang beraksi.
Sebisa mungkin Devina untuk tidak mengeluarkan suara apapun. Hingga ia sampai di samping ranjang. Ia sedikit berjongkok di samping ranjang. Tangannya bergerak. Sedikit menurunkan batas selimut tebal yang sedikit menghalangi indra penglihatannya.
Menik mata almond itu memperhatikan wajah tenang Kaiden. Yang terlihat begitu polos saat tertidur.
"Aku senang bisa melihatmu setiap pagi minggu seperti ini," gumam Devina dengan nada rendah.
Gadis ini selama dua tahun diam-diam melakukan kebiasaan seperti ini. Memperhatikan wajah bantal sang suami. Meskipun tidak bisa melakukan hal lebih. Devina ingin bisa melakukan hal lebih. Devina mengulas senyum.
TING!
Suara ponsel di atas nakas, tepat di samping tubuh Devina berbunyi pelan. Gemuruh jantung Devina membawa ribut. Pupil mata Devina membesar. Takut-takut Kaiden terbangun dari tidur nyenyaknya. Hati kecil Devina bersyukur. Karena bunyi pesan masuk itu tidak membangunkan Kaiden.
Devina memutar sedikit kepalanya ke samping. Ia melirik benda pipih di atas meja. Penasaran. Itulah yang gadis ini rasakan. Bibir bawahnya digigit pelan. Tangannya bergerak menyentuh ponsel Kaiden. Hatinya mulai perang batin. Apakah ia boleh melihat pesan masuk itu? Atau tidak usah melakukan hal itu.
Beberapa kali menimbang-nimbang. Devina pada akhirnya dikalahkan oleh rasa keingintahuan. Jari jemarinya terlihat menarik notifikasi pesan.
Arumi ❤️
Terima kasih atas makan malamnya, semalam. Ternyata kamu adalah pria yang menyenangkan untuk berbicara banyak hal.
DEG!
Devina membeku. Darahnya berdesir keras. Arumi? Ia tidak tahu siapa perempuan ini. Selama mereka menikah. Nama ini tidak pernah satu kali pun terdengar. Baik sebagai teman apa lagi sebagai mantan pacar dari Kaiden Louis. Makan malam. Satu kata lagi yang membuat Devina merasa denyutan sakit di balik hatinya.
Pandangan mata Devina kembali dibawa ke arah wajah Kaiden. Pandangan terlihat sedih.
"Apakah karena dia? Kamu menginginkan perpisahan ini?" tanya Devina pelan.
Meskipun paham sang suami tidak akan menyahut. Lucunya, Devina merasa menjadi orang yang paling bodoh sedunia karenanya. Ponsel Kaiden kembali diletakan di atas nakas. Sebelum ia berdiri perlahan. Melangkah lebar meninggalkan kamar Kaiden.
Perasaannya kacau. Harusnya Devina tidak harus banyak tahu. Jika akan membuat perasaannya tersakiti.
...***...
"Kaiden!" seruan keras itu membuat langkah kaki Kaiden berhenti mendadak.
Ia membalikkan tubuh atletisnya. Menghadap ke arah Devina. Dahinya berlipat tipis.
Devina melangkah cepat mendekati Kaiden.
"Apa ada yang ingin kamu bicarakan?" Kaiden langsung bertanya.
Devina mengangguk kecil."Ya," sahut Devina cepat.
"Apa?"
"Kamu ingin berpisah dengan aku, bukan?" tanya Devina memastikan.
"Ya." Kaiden menjawab dengan tegas.
Devina menarik paksa kedua garis bibirnya ke atas. Meskipun terasa sulit. Namun ia terlihat tegar.
"Kalau begitu. Tolong kabulkan syarat yang aku tawarkan padamu!" ujar Devina.
Kedua hitam legam terlihat menelisik wajah Devina. Syarat? Apakah sang istri tengah bermain-main dengan dirinya.
"Syarat?" ulang Kaiden dengan nada rendah.
"Ya, syarat. Bukankah kamu menginginkan perpisahan secara baik-baik diantara kita?" sahut Davina pelan.
Tentu saja Kaiden menginginkan perpisahan baik-baik untuk mereka berdua. Agar tidak banyak terjadi huru-hara. Yang sangat tidak penting. Apa lagi sampai merugikan perusahaan miliknya.
"Kalau begitu mari kita dengarkan. Syarat apa yang kamu tawarkan padaku," sahut Kaiden pelan.
...***...
Dua cup kopi tergeletak di depan keduanya. Uap mengepul di udara. Di sinilah keduanya pada akhirnya berada. Di dalam ruangan kerja Kaiden. Pria itu terlihat menatap tajam Devina. Tatapan yang sudah biasa diterima oleh Davina.
"Sekarang. Katakan apa yang kamu inginkan!" titah Kaiden.
Devina terlihat mengedipkan kedua matanya. Jari jemari di bawah sana terlihat saling bertautan. Perempuan satu ini terlihat begitu gugup. Karena ini kali pertamanya ia duduk hanya berdua dengan Kaiden. Dalam satu ruangan yang hanya ada mereka saja. Rasanya sedikit canggung dan membuat hatinya berdebar keras. Aroma maskulin. Aroma khas Kaiden.
"Itu," sahut Devina pelan.
Dahi Kaiden semakin berlipat dalam. Mendengar sahutan ragu dari Devina. Gadis yang sudah dia nikahi tiga tahun. Gadis ini sempat mengatakan jika ia telah jatuh cinta pada dirinya. Wanita mana yang tidak akan terpikat oleh pesona dari seorang Kaiden Louis. Saat pernikahan terjadi diantara Kaiden dan Devina.
Ada banyak wanita yang patah hati. Banyaknya pria sehebat dan setampan Kaiden. Malah menikah dengan Devina. Gadis yang tidak terlalu terkenal. Saat diusut. Mereka tidak bisa berbicara banyak. Devina Deborah adalah anak dari keturunan kaya. Apa lagi wajah yang juga cantik. Membuat mereka terpaksa bungkam. Menelan rasa tidak rela sendirian.
"Kenapa malah ragu?" tanya Kaiden dengan nada datar dan dingin.
"Aku akan setuju untuk menandatangani surat perceraian tanpa ribut. Namun sebelum itu, aku berharap kamu memberikan aku kesempatan lebih dahulu. Aku ingin merubah hatimu," jelas Devina pelan.
"Merubah hatiku?" balas Kaiden,"aku rasa tidak akan semudah itu."
"Ya, aku tahu. Tapi setidaknya aku ingin berjuang terlebih dahulu. Seandainya, aku tidak bisa merubah perasanmu. Kita akan bercerai dengan baik-baik," jawab Devina,"dengan begitu aku tidak akan memiliki penyesalan dalam hidupku," lanjut Devina pelan.
Kaiden terlihat diam beberapa saat. Seakan tengah menimbang-nimbang. Apakah harus ia berikan kesempatan untuk Devina. Memperjuangkan cinta? Hah. Rasanya sangat lucu.
"Kalau aku menolak?" sahut Kaiden.
"Aku akan membuat perceraian kita menjadi konsumsi publik."
"Hah? Kau berani?"
"Ya, aku berani."
"Kau tetap akan kalah."
Davina mengeleng."Tidak. Aku tidak akan kalah. Aku akan mengiring opini publik pada hal-hal yang akan sangat merugikan perusahaan dan keluarga besarmu!"
Kaiden keterkejutan. Bagaimana bisa Devina yang lemah lembut dan pendiam berkata seperti ini. Mengancam dirinya. Apakah ini adalah kulit asli gadis ini? Perempuan yang berbahaya.
"Kau tetap akan kalah. Saranku jangan mempermalukan dirimu!" tukas Kaiden dengan nada datar.
Devina menarik sisi bibirnya ke atas. Sebelum ia mengeluarkan ponsel yang sedari tadi di saku switer.
"Ini! Ini dan ini. Kamu tahu topik yang akan diangkat. Kaiden Louis berselingkuh dibelakang istrinya. Tajuk kedua, siapakah perempuan cantik itu. Arumi Kasandra. Dokter cantik yang menjadi selingkuhan Kaiden Louis!" Devina mengulirkan foto ke samping kanan.
Foto pertama makan malam ia dan Arumi. Foto kedua adalah biodata Arumi. Pupil mata Kaiden membesar. Devina menarik kembali ponselnya. Menyimpan ditempat semula.
"Bukankah ini sangat layak dikonsumsi publik? Jika kamu mau memberikan kesempatan untuk aku mencoba. Jika hatimu tidak berubah sekalipun. Kamu tidak akan dirugikan. Aku akan mundur teratur. Dan menghilang!" sambung Devina.
"Kau memata-mataiku?" Kaiden bertanya dengan kedua sisi rahang mengetat.
Devina tidak menjawab. Dia hanya diam. Kedua kelopak mata Kaiden tertutup perlahan. Sebelum terbuka.
"Tiga! Aku berikan waktu tiga bulan. Dalam waktu tiga bulan kau tidak bisa merubah hatiku. Kau harus menandatangani surat cerai. Dan keluar dari rumahku secepatnya!" putus Kaiden.
Devina mengangguk pelan. Ia setuju. Meskipun harus dalam waktu tiga bulan. Ia akan berusaha keras.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
beby
setidaknya kamu berusaha
2023-08-12
0
indah-yt27🍒
q mampir thor sprti nya Menarik..tpi knp yg like dikit amat ya..💪💪
2023-01-05
0
gina Ristanti
lbh baik di cintai drpd mencintai.. semangat Devina.. taklukan kaiden..
2022-09-26
1