TAK!
TAK!
Dua cup teh hijau hangat terhidang di atas meja. Perempuan cantik itu terlihat duduk berhadapan dengan Devina.
"Jadi?" tanyanya pelan.
"Aku melakukannya," sahut Devina pelan.
"Kau melakukannya? Kau yakin?" tanya Nia menyelidik.
"Ya, aku yakin dengan keputusanku," jawab Devina pelan.
Nia menghela nafas kesal."Bukankah ini sudah sangat jelas? Dia tidak akan pernah mau melihat ke arahmu. Sudah ada wanita lain yang dia sukai, Devina. Jangan membuang-buang waktumu!" nasehat Nia.
"Aku rasa ini adalah pilihan yang terbaik, Nia."
"Oke, kita anggap saja. Kau melakukannya. Dimana kau berjuang untuk membuat dia jatuh cinta padamu. Lalu dalam kurun waktu tiga bulan. Dia tidak kunjung mencintaimu. Kau akan tetap bercerai dengan dia," kesal Nia.
Davina mengangguk lemah. Sudah beberapa kali ia berpikir sendiri. Berbicara sendiri dan menjawab sendiri pula. Apa yang harus ia lakukan. Pada kenyataannya. Ia tidak mampu untuk melepaskan Kaiden. Membayangkan berpisah dengan Kaiden saja, sungguh sangat sulit bagi Devina.
"Aku ... akan menyerah," gumam Devina pelan.
Nia mengerang kesal."Perasanmu. Bagaimana dengan perasanmu?"
"Tentu saja akan baik-baik saja," sahut Devina pelan.
Nia menatap Devina dengan pandangan tidak percaya. Ia bangkit dari posisi duduknya. Sebelum duduk tepat di samping Devina. Ibu satu orang putri ini terlihat meraih tangan sang sahabat. Menggenggamnya dengan erat.
"Ini tidak akan mudah, Devina. Aku pikir sebelum kau benar-benar terluka terlalu dalam. Lebih baik lepaskan saja. Ada banyak lelaki di luar sana. Yang akan mencintai kamu dengan tulus, Devina. Dari pada bertarung pada sebuah pertandingan yang tidak seimbang."
Devina mengigit pelan bibir bawahnya. Kenapa rasanya hatinya sakit sekali. Ia sudah berusaha dan berjuang dengan sangat keras. Hanya untuk bisa terlihat baik-baik saja. Namun pada kenyataannya Devina tidak baik-baik saja. Hatinya sakit.
Karena perasaannya bertepuk sebelah tangan. Devina pikir jika ia terus menunggu. Maka Kaiden akan bersedia membuka hati padanya. Pada akhirnya, tidak begitu.
"Aku tidak bisa, Nia!" tolak Devina keras kepala.
...***...
...PUK!...
Sebelah telapak tangan besar itu jatuh di atas bahu lebar itu. Sang pemilik tubuh tersentak. Ia menengadah mendapati sosok lain di samping tubuhnya. Pria bermata blow itu terlihat melangkah berdiri di samping meja kerja CEO Lounge Company.
"Kau terlihat tidak fokus sedari tadi, Kaiden!" ucap Zeno melirik Kaiden dengan ekspresi penasaran.
"Kapan kau datang?" tanya Kaiden dengan nada bariton.
Kedutan di dahi Zeno semakin terlihat."Aku sudah mengetuk beberapa kali. Karena tidak mendapatkan sahutan dari dalam. Kau tahu? Aku kembali ke meja sekretarismu di depan. Menayangkan apakah kau ada di dalam. Sebelum kembali mengetuk pintu. Tidak ada sahutan. Aku langsung masuk saja. Siapa sangka malah mendapati kau malah bengong!" jelas Zeno.
Pemuda kemeja hitam itu bahkan menelisik ekspresi wajah Kaiden. Ada apa dengan temannya satu ini. Tidak bisanya terlihat termenung begini. Kaiden yang Zeno tahu adalah pria yang begitu energik dan sedikit menakutkan. Karena aura pemimpin yang kuat.
"Ada masalah apa?" sambung Zeno.
"Hah!" Kaiden menghela nafas kasar,"ya, anggap saja begitu," lanjutnya begitu enteng.
"Tidak biasanya. Selama ini kau tidak pernah terlihat begini. Tapi sekarang malah terlihat begini. Apa ada masalah?"
"Ya."
"Masalah apa?" ulang Zeno bak kaset rusak.
"Rumah tangga," sahut Kaiden jujur.
"Hah? Aku tidak salah dengar bukan? Seorang Kaiden Louis mendadak ada masalah keluarga? Bukankah selama ini kamu tidak pernah menganggap jika sudah berkeluarga. Lalu kenapa bisa mendadak begini?" tanya Zeno penasaran.
Kaiden berdecak kecil."Zeno!" panggil Kaiden.
"Apa?"
"Jika seandainya. Pria yang sudah bersuami di mata Agam dan hukum. Tertangkap kamera tengah makam malam dengan wanita lain. Lalu tersebar kabar perceraian si pria dengan istri sahnya. Apakah ini akan menjadi rumor yang akan merugikan bagi si wanita yang makan malam dengan si pria yang sudah menikah itu?" tanya Kaiden mendadak bodoh.
Kerutan di dahi Zeno semakin berlipat dalam."Tentu saja. Opini publik itu sangat berbahaya kawan. Bahkan kecaman publik saja bisa memberikan dampak kematian untuk orang yang tidak mereka sukai. Karena akan ada judul dan aroma perselingkuhan yang tercium. Dan ini tentunya akan membuat wanita yang makan malam itu mendapat banyaknya kecaman netizen. Kalau dibilang, topik hangat!" papar Zeno dengan lugas.
Kaiden tercekat. Jika pemberitaan itu akan membuat Arumi terluka. Kaiden merasa tidak suka. Hatinya mengerang kesal. Membayangkan wajah sedih Arumi saja membuat hatinya berdenyut tak suka. Tidak. Itu tidak boleh terjadi.
Sialan. Kalau begini otomatis ia harus memberikan jarak beberapa bulan ini dengan Arumi. Padahal ia baru saja ingin merajuk kisah asmara dengan gadis bermata abu-abu bening nan indah itu.
"Memangnya kau melihat berita menarik begitu di mana?" tanya Zeno penasaran.
Kaiden tidak menyahut. Pria itu terlihat membalikkan kursi singgasananya membelakangi Zeno. Pria itu decak kesal.
"Cih! Kau pelit sekali. Aku juga ingin baca," dumel Zeno.
"Kau mau apa ke sini?" tanya Kaiden.
"Ha? Oh iya. Aku jadi lupa. Aku membawa data penjualan dari cabang perusahaan. Kau tahu? Pembelian baju desain dari istrimu itu. Laris manis di pasaran tahu! Ada banyak yang mengatakan jika Devina adalah ratunya penjualan baju." Zeno berucap semangat.
"Apa bagusnya dia?"
"Hei! Kau bagaikan sih, sebagai suami. Devina adalah wanita hebat. Kau tahukan, Hera. Kekasih hatiku. Satu sekolah dengan Devina. Ia bilang Devina adalah perempuan hebat. Banyak yang menyukai Devina. Apa lagi bakat desain yang Devina memiliki. Perusahaan kita beruntung bisa menjadikan Devina sebagai desainer utamanya," jelas Zeno dengan senang.
Melihat angkat pejualan mereka yang selalu meroket. Saat Devina meluncurkan desain baju terbaru untuk wanita. Membuat mereka banjir pesanan.
"Keluarlah. Nanti aku periksa dokumennya!" sahut Kaiden dengan nada dingin.
Zeno membuka bibirnya. Namun kembali terkatub. Ia pikir tidak ada gunanya banyak tanya. Pria itu kembali melangkah keluar dari dalam ruangan Kaiden.
...***...
"Yang ini cantik tidak?" tanya Devina meminta pendapat dari sang sahabat.
"Coba berputar perlahan!" titah Nia.
Tubuh gadis cantik itu langsung berputar perlahan. Nia tersenyum kecil.
"Selalu terlihat cantik kok," sahut Nia tersenyum kecil.
Devina tersenyum lebar."Apakah dia akan menyukainya?" tanya Devina bergumam pelan.
"Pasti suka. Matanya katarak jika tidak suka!" sahut Nia keras.
Devina menoleh ke belakang. Terkekeh kecil mendengar perkataan Nia. Ibu satu itu cukup bar-bar di mata Devina. Meskipun begitu, Nia adalah perempuan yang baik.
"Haha ... ya, matanya pasti katarak jika dia tidak suka!" balas Devina cepat.
Keduanya malah terkekeh kecil setelahnya. Nia senang melihat senyum di bibir Devina. Setidaknya Devina masih bisa tertawa. Itu sudah membuat Nia senang.
Bersambung...
Mohon dukungannya Kakak-kakak, awal bulan author insyaallah up 3 bab perhari sampai END. Pesan author, gak usah kasih vote koin/poin. Cukup baca dan kasih komentar aja. Biar ramai☺️☺️☺️ dan jangan lupa follow Ig resmi author di dhanvi_hrieya buat bisa internasi langsung sama author ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
v_cupid
buatlah menyesal
2023-08-22
0
v_cupid
kaiden tak bs melihat yg dekat.. mmg yg jauh akan terlihat lbh indah..
2023-08-20
0
v_cupid
bagus nih..
2023-08-19
0