"Eugh!" Kaiden mengerang sembari merenggangkan tubuhnya.
Rasanya persendiannya terasa begitu letih. Bibirnya terbuka hanya untuk menguap kecil. Kelopak mata Kaiden terbuka. Ah, dia baru ingat jika sudah dua malam ia berada di kamar Devina. Menjaga gadis itu yang sedang sakit. Kepalanya menoleh ke samping.
Kosong. Ranjang di sampingnya kosong. Kaiden langsung menggelepar bangkit dari posisi tidurnya. Ia langsung bergerak turun dari ranjang milik Devina.
"Devina!" panggil Kaiden.
Pemuda ini mendadak panik. Kaki panjang itu melangkah cepat ke arah kamar mandi. Telapak tangan besar Kaiden langsung bergerak memutar engsel pintu. Dan mendorongnya ke dalam. Mau ada atau tidak adanya Devina di dalam kamar mandi. Kaiden terlihat tidak peduli.
KRIET!
Pintu kamar mandi terbuka lebar. Namun ia tidak mendapati keberadaan Devina di dalam kamar mandi. Kaiden membalikkan tubuhnya. Melangkah ingin keluar dari kamar Devina.
KRIET!
Pintu depan malah terbuka. Menampilkan gadis cantik yang masih terlihat pucat. Gadis itu terlihat terkejut mendapati Kaiden berada di belakang pintu kamarnya. Dengan wajah khawatir.
"Devina!" seru Kaiden dengan nada panik.
Kedua kaki panjang Kaiden melangkah mendekati Devina. Hingga berhadapan. Devina memiringkan wajahnya.
"Ada apa, Kaiden?" tanya Devina,"kenapa dengan ekspresi wajahmu itu?" lanjut Devina.
Kaiden sadar. Baru saja sadar dengan apa yang terjadi. Ia baru saja khawatir pada gadis di depannya. Lah? Bukankah itu adalah hal wajar. Gadis ini adalah tanggung jawab dari Kaiden Louis. Karena Devina Deborah adalah istrinya. Jika terjadi sesuatu pada Devina. Sudah pasti dirinya yang akan langsung disalahkan. Tanpa harus bertanya banyak hal.
Terutama oleh kedua orang tua Devina. Yang sedang tidak berada di Indonesia.
"Hah! Kamu kemana saja?" tegur Kaiden dengan volume berak dan serak.
"Minta minum susu coklat di bawah," sahut Devina tanpa dosa.
"Kenapa tidak membangunkan aku jika kamu ingin susu coklat hangat. Aku akan mengambilnya di bawah," balad Kaiden.
"Bagaimana caranya? Melihat wajahmu yang tidur dengan pulas. Rasanya aku tidak tega menganggu tidurmu."
"Jika kamu tiba-tiba pusing dan pingsan saat menuruni tangga bagaimana?"
"Aku baik-baik saja. Buktinya kembali ke kamar dengan selamat."
"Itukan seandainya, Devina! Kamu mengerti tidak kata seandainya!" ucap Kaiden menekankan perkataannya.
Devina tidak langsung menjawab perkataan Kaiden. Gadis satu ini malah terlihat mengerutkan dahinya. Sebelum menarik kedua sisi bibirnya ke atas. Saat sesuatu yang menyenangkan terlintas di otaknya.
"Kamu khawatir dengan aku? Jika aku kenapa-napa, bukan?" ucap Devina ceria.
Kondisi tubuhnya sudah lebih baik dari beberapa hari yang lalu. Apa lagi kondisi hatinya yang sudah berangsur baik. Semuanya berkat kehadiran Kaiden di sisinya. Hatinya merasa sembuh lebih cepat.
"Te—tentu saja aku khawatir. Jika kamu kenapa-napa sudah pasti aku akan dimarahi habis-habisan oleh kedua orang tuaku. Sebelum orang tuamu, Devina!" jawab Kaiden tergagap.
Devina terlihat memberikan ekspresi aneh. Dengan senyuman lebar. Kedua kaki panjang Devina kembali melanjutkan langkah kakinya. Yang sempat berhenti karena keberadaan Kaiden di belakang pintu.
TAP!
TAP!
HAP!
Kedua tangan Devina langsung memeluk tubuh Kaiden saat jarak diantara mereka sudah terkikis. Kaiden membantu saat ia merasakan tubuh kecil Devina masuk mendadak memeluk tubuhnya.
"Terima kasih, telah mengkhawatirkan aku," ujar Devina lembut,"tidak peduli apapun alasan yang kamu berikan. Yang pasti akan sangat senang dengan kehadiranmu di sisiku. Kamu yang merawatku sepanjang malam ini. Dan bahkan mengkhawatirkan diriku. Bagiku itu semua sudah lebih dari cukup, Kaiden!" sambung Devina.
Kaiden diam seribu bahasa. Tidak memberikan banyak reaksi. Hanya diam saja, menerima pelukan erat dari sang istri. Tubuh Devina masih terasa panas. Meskipun tidak sepanas dua hari yang lalu.
"Hem!" sahut Kaiden hanya deheman kecil.
Ia akan sedikit mengalah. Mengingat kondisi Devina masih belum sehat. Dan bukankah orang sakit tidak boleh dibawa bertengkar. Setidaknya, Kaiden masih sadar dengan hal ini.
Devina membenamkan wajahnya ke dalam dada bidang Kaiden. Menghirup aroma segar dari tubuh sang suami. Andaikan waktu bisa berhenti saat ini. Devina memohon. Hanya untuk saat ini saja. Disaat ia berada di dalam pelukan Kaiden. Pelukkan entah kapan lagi akan Devina rasakan.
...***...
Wajah letih langsung ditangkap oleh penglihatan Zeno. Ada ada apa dengan sang sahabat. Sudah dua hari tidak kunjung masuk kantor. Keduanya berada di kafe yang berada tak jauh dari gedung pencakar langit.
"Wajahmu terlihat tidak baik-baik saja, kawan! Apakah terjadi sesuatu padamu?" tanya Zeno dengan nada penasaran.
Ekspresi wajah Zeno terlihat mengesalkan mendadak di mata Kaiden. Punggung belakang Kaiden langsung bersandarkan di kursi.
"Hah! Letih sekali," gumam Kaiden pelan,"itu, Devina sakit dua hari ini. Dan kau tahu, dia benar-benar menyusahkan!" sambung Kiaden.
"Hah? Istrimu sakit? Kok mendadak?" tanya Zeno. Kedua mata Zeno malah terlihat memicing curiga ke arah sang sahabat di depannya,"jangan katakan jika istrimu sekarang sedang hamil?" sambung Zeno.
Kedua pupil mata Kaiden terlihat membesar mendengar duga dan prasangka Zeno pada sang istri. Sebenarnya apa yang salah. Orang-orang akan beranggapan jika istrinya hamil. Malah itu menjadi kabar baik jika Devina benar-benar hamil.
Pandangan orang luar tentu saja begitu. Mereka sudah menikah tiga tahun. Namun Devina belum ada kabar kehamilan sama sekali. Lalu tiba-tiba sakit mendadak. Tidak ada yang jika orang-orang berpasangan seperti itu.
"Eh, ada apa dengan ekspresimu itu. Aku cuma menebak-nebak saja. Toh, waktu itu bertemu dia baik-baik saja. Terlihat ceria, lalu malah tiba-tiba sakit. Tentu saja aku jadi penasaran," sambung Zeno.
Kaiden menghela nafas berat mendengar perkataan Zeno. Kenapa rasanya semakin berat saja. Di sisi lain, kehadiran Devina mulai menggucang dirinya. Apa lagi melihat bagaimana perempuan itu sangat mencintai dirinya. Kaiden meski terlihat begitu dingin.
Pria ini tetaplah manusia yang punya hati. Melihat Devina seperti itu cukup membuat ia mendadak tidak tega. Namun di sisi lain. Ia telah memiliki hati untuk perempuan lain.
Perempuan yang membuat ia merasa sangat bersemangat dalam menjalani kehidupan kembali. Ia harus bagaimana?
"Hah! Sekarang tidak usah membicarakan hal seperti itu dulu," tukas Kaiden berat.
Zeno membuka mulutnya. Namun tidak ada suara yang keluar dari bibir Zeno. Sahabatnya ini mendadak aneh. Sungguh! Gelagatnya terasa mencurigakan. Tapi Zeno tidak tahu apa yang salah sebenernya.
"Kau mau kita berbicara tentang keuangan kantor? Atau memasukan? Begitu?" tandas Zeno kesal,"padahal kiat sedang berada di luar kantor, loh!" dumel Zeno.
"Apapun itu. Asalkan janagn membicarakan tentang rumah tanggaku," tegas Kaiden.
Oke, sepertinya benar terjadi sesuatu dengan rumah tangga sang sahabat. Sampai Kaiden menolak membicarakan rumah tangga pria ini. Tapi apa? Zeno dituntut rasa penasaran saat ini.
Bersambung...
🙁 Kalau Kaiden nikah lagi boleh nggak ya?🙃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
v_cupid
open your heart kaiden
2023-09-15
0
mamah lia nia
semoga kau bucin parah ama devina.... 😈😈😈
2022-01-16
1
mamah lia nia
boleh banget nikah sono ama si wanita sampah tapi lepaskan dulu devina.... 😡😡😡
2022-01-16
0