16. Sakit

Setelah acara india-india an kemarin malam, Rea menyesali perbuatan itu. Sekarang ia malah menjadi flu dan bergelung didalam selimut, Lili yang melihat itu menggelengkan kepala nya lucu.

"Nih kak" Ucap Ajeng membawa teh hangat kedepan Rea.

Rea terdiam menatap teh itu, saat ini ia masih berada di rumah sakit. Ia tak mau pulang dan ingin menginap disini, awal nya lili menolak mentah-mentah karena kondisi Rea yang kurang fit. Namun Rea tetaplah Rea

Slurp...

Teh hangat itu membasahi tenggorokan Rea, secara perlahan tubuh nya mulai menghangat membuat Rea sedikit lebih rileks.

"Gimana enak? " Tanya Lili

Rea mengangguk, menarik ingus yang keluar dari hidung nya. "Iya bu enakan" Jawab Rea

Lili tersenyum lega, "Kamu pulang aja Rea, nanti malah tambah parah. Kan disini ada Reza sama Ajeng yang jagain ibu"

"Tau, ngerepotin orang aja"Sinis Ajeng

Rea mendelik menatap tajam Ajeng jika saja ia tidak sedang flu saat ini, ia akan membalas seluruh perkataan Ajeng lebih tajam. Terlepas dari rasa sakit, disini Rea menghargai lili.

" Ajeng.. "Peringat lili menatap Ajeng.

" maaf Bu"Gumam Ajeng merasa bersalah. Bukan pada Rea melainkan ibu nya.

"Bu, ibu sejak kapan punya penyakit ini? " Tanya Rea memecah keheningan

Ajeng terdiam, jika dipikir-pikir benar juga. Ibu nya makin hari makin mengurus, dan juga saat insiden kemarin kenapa penyakit ibu nya sudah masuk ke stadium 3. Jika penyakit ini baru, mungkin masih stadium awal kan.

"Ibu gatau" Ucap Lili membuat Rea terdiam.

"Bu, ibu mau oprasi diluar negri aja ga? " Tanya Rea menatap lili dalam.

Lili tersenyum lembut menatap gadis yang ada di depan nya, ia terkekeh melihat Rea yang bergulung di selimut. Wajah nya memerah akibat terkena flu, rambut nya berantakan tak karuan

"Gausah, sebentar lagi juga sembuh" Ucap Lili menolak begitu halus

Rea mendengus, "Emang ada orang penyakit ampe stadium 3 sembuh secepat itu? "

Lili menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, suara pintu terbuka menampilkan suara decitan yang cukup kencang. Seorang laki-laki dengan pakaian casual nya membawa paper bag di sebelah tangan nya, ia menaruh paper bag itu keatas meja lalu membuka isi nya. Didalam nya ada berbagai makanan membuat suara bunyi perut Rea berbunyi.

"Makan" Ucap Reza menyodorkan tupperware yang berisi sayuran kearah Rea, Rea menerima nya dengan senang hati. Lalu memakan nya dengan sangat khidmad.

Ajeng maupun lili memakan masakan yang di buat oleh Reza, walau laki-laki Reza orang yang cukup ahli memasak dan membereskan rumah. Awal nya Reza hanya ingin membantu ibu nya dan malah menjadi kebiasaan, berkat itu pekerjaan rumah ibu nya menjadi lebih ringan. Padahal awal nya lili tidak mengizinkan Reza bekerja seperti ini, ia hanya mau Reza fokus pada pelajaran nya dan mendapatkan prestasi yang luar biasa.

"Enak banget, besok-besok buatin ya! " Seru Rea ketagihan

Reza hanya berdehem saja, "Miskin banget minta-minta mulu" Celetuk Ajeng

Rea terdiam, ia menatap Ajeng cukup tajam. "Lo punya masalah idup apa sih, sirik mulu heran" Kesal Rea

Ajeng terdiam, ia mendengus lalu kembali memakan makanan nya. Lili hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak-anak nya, pemandangan yang begitu hangat. Walau ada dua orang yang Seolah saling melemparkan bom kemarahan.

Seorang dokter masuk, ia tersenyum lembut. "Maaf saya ingin mengganti infus nya"

Karena Rea merupakan penyokong besar dirumah sakit ini, jadi secara sukarela seorang dokter langsung turun tangan hanya untuk mengganti infus.

Rea menatapi dokter itu dengan pandangan yang sulit diartikan, "Jadi dokter itu enak ya" Gumam Rea

"Iya seperti itu, memang nya ada apa nona? "saut dokter itu

" Tuhan yang nyembuhin, dokter yang Terima bayaran"Beo Rea membuat wajah dokter itu mendadak lemot.

Ajeng menahan tawa nya dengan menutup mulut, sedangkan Reza memalingkan wajah nya. Lili sudah tertawa terbahak-bahak mendengar itu.

"Saya ga maksa nona, kalau mau ketemu Tuhan duluan ya silahkan " Ujar dokter itu

Setelah nya dokter itu menutup mulut nya, ia melihat Rea yang menggerakan tangan nya atau dengan kata lain mengusir nya. Dokter itu langsung menunduk dan segera pergi, punya mulut yang asal ceplos memang tidak ada baik nya.

"Hahahaha ada-ada aja kamu nak Rea" Tawa Lili

"Kok bisa sih kepikiran.. "

Perlahan Rea malah ikut tertawa, dan satu ruangan itu diisi oleh suara tawa yang menggema. Suara pintu terbuka berhasil membuat ke empat orang yang ada diruangan terdiam, mata mereka langsung fokus menuju pintu yang berdecit.

Ceklek..

Seorang gadis dengan pakaian modis nya tersenyum sambil membawa paper bag ditangan nya, disamping nya terdapat laki-laki yang sambil tersenyum sembari menarik ujung baju sang gadis.

"Reaaaa.. " Gemas El memeluk Rea

"Aduh.. Aduh.. Sesek Ell.. " Kesal Rea, El langsung melepaskan pelukan nya.

"Kok bisa sakit sih, perasaan dulu kena pistol aja ngga amp-hmptt.. " Ucap El tersendat ketika tangan menutup mulut nya.

"Maaf bu, temen saya ini" Ucap Rea tersenyum canggung.

Lili mengangguk kecil, "Aahh tante... " Seru El memeluk lili

Lili membalas pelukan El, Ajeng mendengus. Ternyata orang yang seperti Rea tidak hanya satu, benar-benar menyebalkan.

"Kenalin aku El anak paling cantik seantero sekolah" Ucap El dengan bangga

"Saya Rey pacar nya El" Sapa Rey

Plak..

"Ngga tante bohong, Rey babu saya"

Rey tersenyum manis, "Akhirnya gue diakuin.. " Gemas nya

El membola, ia kembali menggeplak kepala Rey kesal.

"Aku cuma bawa ini tan, maaf kalau terlalu sederhana" Ucap El memberikan paper bag itu

"Gapapa, ibu makasih banget lo kamu udah jauh-jauh dateng kesini" Ucap Lili mengambil paper bag itu, lalu memberikan nya kepada Ajeng.

"Saya juga mau nengok temen laknat saya, dia kalau sakit kan setaun sekali"Ujar El

Rea mendengus, " Lo kira gue apaan"

"WAH!! " Pekik Ajeng ketika melihat isi paper bag

"I-iini kan BERLIAN! "

Lili dan Reza langsung menoleh, melihat benda yang dipegang Ajeng. Sedangkan El tersenyum lembut.

"Sebenar nya aku ga pernah datengin orang sakit, jadi gatau biasa nya mereka bawa apa. Karena Rey nyaranin suruh beli berlian, ya aku beli deh" Enteng El

"Oh ya, Rey juga beli ini! " Seru El

Sebuah kotak yang berisi bulatan berwarna emas, namun itu bukanlah emas melainkan obat yang berasa dari China. Obat yang dibandrol dengan cukup mahal, Rey cukup sulit membeli obat ini karena hanya ada beberapa didunia.

"Tenang aja ini halal kok"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!