04. Hukuman

Ruangan yang gelap dengan sedikit pencahayaan. debu-debu berterbangan kesana kemari, Ruangan itu tampak pengap karena sedikit ventilasi udara membuat Seorang gadis terbatuk-batuk. Belum lagi sinar matahari yang masuk sedikit didalam ruangan, Ia bersender pada dinding tembok dengan mata yang tertutup, Bibir nya pucat serta keringat yang berjatuhan dari dahi nya. Tangan dan kaki nya membiru dan dingin, Rea sama sekali tak bisa beranjak dari posisi nya saat ini.

Dua hari ia dikurung didalam ruangan yang sempit,pengap dan gelap ini. Dua hari juga ia tidak makan atau sekedar minum air, bahkan air liur nya saja sudah sangat kering. Bertahan diposisi ini dengan keadaan yang mengenaskan sudah termaksud baik, Rea sama sekali tidak berani pingsan atau setidak nya tiduran dilantai.

Hal seperti ini bukan sekali dua kali ia alami, mungkin beberapa kali akibat Bara yang marah lalu dirinya yang keras kepala. Ada masa dimana Rea benar-benar sudah tidak kuat dan memilih menidurkan diri, setelah itu dada nya seperti diserang oleh pistol bertubi-tubi dan berakhir pingsan. Bukan nya kasihan atau mengobati Rea, Bara malah semakin menghukum diri nya.

Rea dibuang ke sebuah hutan dan harus bertahan hidup, Selama satu minggu ia sudah seperti tarzan. Itu akibat karena Rea berani pingsan saat masa hukuman, Menurut Bara pingsan hanya seperti sebuah pengalihan masalah. Dimana saat seseorang mengalami masalah lalu pingsan sama saja seperti lari dari kenyataan, Dan Bara tidak menyukai hal itu.

Sial nya, Rea benar-benar tidak bisa lepas dari Bara.

Brak!!!

Pintu dibuka menampilkan beberapa orang berpakaian rapih dan cahaya yang menelisik masuk, perlahan mata Rea terbuka. Mata nya menyipit menyesuaikan cahaya yang bertabrakan dengan pupil nya, lalu menatap segerombolan orang yang Rea yakini adalah suruhan Bara.

"Maaf Nona kami datang untuk membawa anda" Ucap salah satu penjaga itu.

Rea kenal orang itu.

"Pergi" Ucap Rea

Laki-laki dengan jas hitam serta kacamata hitam itu menatap Rea datar, dia adalah tangan kanan milik Bara. Biasa nya semua masalah yang Bara perbuat akan diselesaikan oleh nya, Samuel.

"Saya tidak bisa pergi sebelum membawa anda Nona" Ucap Samuel menundukan badan nya, setelah nya ia mengulurkan tangan nya.

"Gue bilang pergi kan? " Ucap Rea menatap tajam Samuel.

"Nona jika anda tidak ikut bersama saya, Saya akan mati ditangan Tuan Muda Vincent" Ucap Samuel

"Terus? kalau lo selamat tanda nya gue yang mati" Ucap Rea, perlahan ia berdiri dengan menumpu tangan nya pada dinding tembok. Ia berdiri dengan sempoyongan, kepala berputar-putar kesana kemari. Pandangan nya benar-benar buram, tapi ia tidak boleh sampai pingsan.

"Kalau begitu maafkan saya jika saya harus mengambil tindakan kasar" Tegas Samuel lalu mengkode empat bawahan nya, Ditangan mereka sudah ada Pisau masing-masing sedangkan Samuel membawa pistol yang sudah diarahkan ke Rea. Rea terdiam, ia sedikit kaget dengan ancaman itu

Mau berusaha bagaimana pun juga, Rea tidak akan menang. Selain kalah jumlah Rea juga kalah senjata, ia tidak bisa melakukan apapun selain balik mengancam pria disamping nya.

"Heyy tuan Samuel, Bukankah ini tidak adil? " Ucap Rea menggelengkan kepala nya agar bisa berdiri dengan benar.

"Anda menyerang saya seolah saya adalah musuh keluarga Vincent" Lanjut Rea

"Apa reaksi Kepala keluarga Vincent jika tau hal ini? "

Samuel terdiam, ia menjatuhkan pistol yang ada ditangan nya. Tak disangka ia malah balik diancam, walau bawahan Bara Samuel tidak boleh melakukan tindakan gegabah. bagaimana pun juga didepan nya ini adalah pewaris sah keluarga Gilsha, melawan berarti mati.

Prangg..

Suara benda jatuh berhasil membuat Rea menyeringai, menyerang keempat orang ini. Rea tidak yakin akan bisa menang, Rea bahkan berfikir berapa kali tusukan yang akan ia dapat. Perut nya yang mulus ini akan jadi jelek karena banyak luka tusukan, Semoga saja suami nya nanti tidak menceraikan nya karena melihat perut nya yang berbekas luka.

Rea memasang kuda-kuda lalu mengangkat kedua tangan nya dengan tangan terkepal, Ia menatap ke empat orang itu. Ia tersenyum miris

"Maju" Tegas Rea

Satu orang berpakaian jas hitam itu langsung maju seraya menodongkan belati nya, Rea mulai menggerakan kelihaian tubuh nya untuk menghindar. Karena tidak mungkin ia menyerang dengan kondisi nya yang seperti tikus kejepit.

Bugh...

Srekk..

Pak...

Bugh...

Detak jantung Rea sudah tidak normal, kepala nya berputar kesana kemari membuat diri nya kehilangan fokus. Laki-laki itu masih menyerang nya, saat sudah menyiapkan posisi siap dan akan menghindar tiba-tiba..

Singg......

Kepala nya seperti di tusuk beribu jarum, kuping nya berdengung hingga membuat kepala nya semakin sakit.

"Akkhh... "

Jleb....

Rea terdiam dengan reflek ia memegangi perut nya yang ditusuk oleh pisau, pria yang menusuk nya langsung mencabut pisau itu membuat darah berceceran keluar dari perut Rea. Rea terhuyung kebelakang dan terjatuh, ia menekan luka nya agar tidak kehabisan darah.

Tenaga nya benar-benar sudah habis, apalagi dengan kejadian seperti ini.

"Baru satu orang lo kena satu tusukan" Ucap seseorang dari arah belakang.

Pria-pria yang ada didalam ruangan langsung menunduk hormat, mereka memundurkan diri untuk memberikan tuan nya ruangan. Rea menatap Bara dengan tatapan yang tak bisa dimengerti, antara sedih, marah bahagia benar-benar tercampur.

Bara berjongkok lalu melihat luka diperut Rea, cukup besar dan lebar. Salah nya sendiri yang tidak mau diatur. Bara mengambil pisau yang berlumuran darah itu lalu memperlihatkan nya pada Rea.

"Gimana? Sakit? " Tanya Bara, ia mengusap darah yang ada di pisau itu dengan tangan nya hingga membuat tangan nya terbeset dan berdarah.

"Pshycopat gila" Desis Rea, Ia terkekeh namun perut nya jadi semakin sakit.

"Lo tau itu Rea, Tapi kenapa masih gamau diatur hm? " Tanya Bara, perlahan ia mengusapi pipi tangan dan kaki Rea dengan darah yang ada ditangan nya.

"Gue gamau lukain lo lagi, jadi gue kasih darah ini aja sebagai perumpamaan" lugas Bara.

"Kalo lo masih nakal, Siap-siap aja berdarah kayak gini"

Rea memejamkan mata nya, Ia hidup sudah seperti di militer. Tidak ada ke bahagiaan nya sama sekali, bahkan lebih buruk dari seorang tentara.

"Perut gue sakit Bar, gue takut pingsan" lirih Rea.

"Pingsan aja"

"Ntar lo buang gue ke hutan Amazon lagi" Ujar nya

"Mending kalo dikebon pisang, ini bener-bener hutan. Berasa lagi cosplay tarzan" Ujar Rea

Bara menyunggingkan senyum nya.

Krekk...

"ARGHHH SIALL!!! " Teriak Rea kesakitan

Luka nya ditekan dengan sangat keras dan itu sangat sakit, Bara menatap tajam Rea.

"Lo mau mulut nya robek? " Kecam Bara, Rea menggeleng keras. Perut nya bener-bener sakit, mau ngomong jadi susah.

Bara berdiri lalu membersihkan tangan nya yang berlumuran darah dengan sapu tangan, Ia melempar pisau itu sembarang arah.

"Ayo" Ucap Bara mengulurkan tangan nya, Rea menatap Bara sinis.

"Gabisa bangun.. " Lirih nya menatap Bara sendu

Bara berdecak malas, Lalu berjongkok dan menggendong Rea ala briday style. Rea merintih kesakitan akibat gesekan,Bara menatap tajam Rea.

"Gausah ngerintih, lo mau gue tambahin luka nya? " Kesal Bara.

Rea menggeleng, bisa-bisa mati diri nya kalau ditusuk lagi.

Mereka langsung keluar, Bara harus melewatkan ruang tengah yang terdapat Andre yang tengah bersiap pergi. Mata Andre membulat kala melihat Rea yang berlumuran darah dengan bibir yang pucat, apalagi tatapan sayu itu. Ia kira Rea sudah dikeluarkan dari kemarin, dan ntah apa yang diperbuat Bara hingga membuat Rea sampai seperti itu.

Tatapan Bara dan Andre tiba-tiba bertemu, Andre sedikit terkesima dengan mata tajam dan kelam milik Bara sedangkan Bara menyorot sendu. Rea yang melihat itu menatap Bara bingung, sebenar nya apa yang tengah terjadi

Kenapa tatapan Bara jadi berbeda saat melihat Andre?

Kemana tatapan tajam yang dilayangkan untuk nya?

Bara tidak pernah menatap seseorang selembut itu bahkan diri nya tidak pernah mendapatkan tatapan itu, kenapa disini seolah diri nya lah sang antagonis. Kepala langsung nya berdenyut nyeri, Bara langsung mengambil langkah menuju kamar Rea sehingga Rea dapat diobati.

Sedangkan Andre memegang jantung nya yang berdetak dengan cepat.

"Sialan, gue masih normal kan? " Gumam Andre seperti tak percaya.

"Arghhh kenapa makin deg-degan gini? "

Apa mungkin ia mulai...

Belok?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!