15. Dibawah Hujan

Hening nya malam ditemani suara hujan,Pada rintikan melodi sang hujan yang menjadi penenang diri.  Daun-daun terasa lebih subur berkat hadir nya hujan, Mata nya menutup tertampar air hujan  yang membasahi tubuh nya sayup-sayup seorang gadis mendengar suara langkah kaki yang begitu berat. Tetes hujan semakin riuh seiring dengan langkah kaki itu, sang gadis terdiam menikmati suasana malam yang cukup tenang.

"Itu lo kan" Ujar seseorang yang datang.

Sang gadis membuka mata nya, menatap kosong ke arah depan. Gelap nya malam menutupi pemandangan yang indah pada siang hari, Gadis itu menyunggingkan senyum tipis nya. Menoleh kesamping mendapati satu laki-laki yang basah kuyup terkena air hujan.

"Ternyata lo tau" Jawab Gadis itu

Laki-laki itu terdiam, "Orang bodoh mana yang gatau ini ulah seseorang"

Rea terdiam, beberapa memori menilisik paksa masuk kedalama kepala nya. Semua bergentayangan membuat sang gadis menghela nafas nya, tanpa disadari siapapun terdapat satu tetes air yang begitu samar ada di pelupuk mata Rea.

"Iya, ini semua guee yang lakuin" Ujar Rea

Reza menghela nafas berat nya, menatap gadis cantik yang menatap awan-awan hitam.

"Gue ga butuh itu"Tegas Reza

"Kenapa? "

Rea menatap Reza dalam, "Saat ini lo butuh uang buat biaya pengobatan ibu kan?, walau ini berkat bantuan gue. Tapi lo akan tetep bayar nanti nya"

Reza terdiam, memang benar apa yang dikatakan Rea. Hanya saja Reza tidak menyukai itu, rasa nya ia hanya memanfaatkan koneksi dari Rea saja. Tapi sayang nya, ia bukan orang beruntung yang memiliki uang banyak.

"Gue masih punya tabungan, itu cukup buat biayain pengobatan ibu gue sekarang" Tolak Reza sekali lagi.

"Ga akan bertahan lama Za, uang lo cuma mampu buat bayar muka nya. Sisa nya? " Ujar Rea menyangkal.

"Semua orang punya keinginan, tapi keadaan punya kenyataan" Ujar Rea berhasil membuat Reza diam tak berkutik.

Reza meneguk ludah nya kasar, kepala nya sakit karena ditimpa masalah bertubi-tubi. Tadi pagi ia baru mendengar bahwa toko milik ibu nya, baru saja kemalingan. Saat ini Reza sedang dikuras habis-habisan apalagi mendengar dua kabar buruk, ntah bagaimana lagi ia harus menyelesaikan masalah ini bertubi-tubi.

"Gue gabisa.. " Ucap Reza membuat Rea menaikan sebelah alis nya, kesempatan seperti ini tidak akan datang lagi dua kali. Kenapa malah bertele-tele.

"Apa yang ga lo bisa Za. Lo pinter, dan gue yakin suatu saat nanti lo bakal bayar uang itu" Ucap Rea menjelaskan

Reza terdiam.

"Saat ini lo lagi butuh kesempatan ini, hal kayak gini gaakan bisa dateng dua kali"

"Kali ini gue bantu lo Za, tapi mungkin suatu saat nanti lo yang bantu gue"

"Jangan egois Za, ibu butuh it--" Ucap Rea terhenti ketika Reza berbicara

"GUE GAMAU MANFAATIN LO REA! "ucap Reza membuka Rea terdiam.

Sudut bibir Rea naik, ia tertawa kecil lalu kembali menatap awan-awan hitam. Rea berdiri menatap Reza dengan senyum yang mengembang, Reza tak mengerti jalan pikir Rea saat ini. Gadis itu terlalu abstrak.

" GUE SUKA DIMANFAATIN! "Teriak Rea tersenyum

" Selama gue hidup, gue selalu dimanfaatin. Gue ga pernah marah atau kesel Za, karena gue emang cukup. Mereka manfaatin gue, ga akan buat gue mendadak miskin"

Rea tersenyum menampilkan deretan gigi nya yang rapih, "MANFAATIN GUE SESUKA LO ZA! "

Deg...

Reza terdiam tubuh nya begitu kaki hingga tak sanggup untuk melangkah, ntah hidup apa yang sudah Rea jalani selama ini sampai bisa seperti ini. Terus bergentayangan berlarian di otak Reza, Rea berlari menuju Reza memeluk nya dibawah hujan yang membasahi.

Grep...

"Gue suka sama lo Za! " Ucap Rea menyatakan apa yang di rasa nya.

Reza menatap sendu kepala seorang gadis yang berada didalam dekapan nya, apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Jangan pernah pergi ya Za, cukup beberapa orang yang pergi. Jangan lo! "

Reza terdiam.

"Hujan pernah merebut seseorang dari gue. Dia merampas kebahagiaan yang tumbuh di hidup gue. Dia juga yang maksa gue buat jadi diri sendiri Za" Tangis Rea.

Rea tidak suka menangis, ia wanita kuat tak pernah sekalipun dalam hidup nya selalu menangis didepan orang yang tak dikenal nya. Hanya saja saat ini, didepan orang asing yang mendadak masuk kedalam lingkup lingkungan nya membuat Rea selalu bisa mengekspresikan perasaan nya seperti orang normal. Laki-laki didepan nya ini, membuat Rea merasa seperti manusia normal seperti yang lain. Rea juga wanita, Rea juga pernah ada dititik terendah.

Jadi apapun yang Rea lakukan saat ini, sama seperti kebanyakan perempuan lain nya.

Ia menjadi sosok manusia normal.

Reza merengkuh pinggang rapuh itu, menenggelamkan kepala nya diceruk-ceruk leher sang gadis. Menghirup rakus aroma yang keluar dari tubuh gadis itu, Rea tersenyum dengan sangat amat bahagia. Senyum yang begitu tulus dan asli,

"Lo perempuan terkuat yang gue temuin selain ibu dan Ajeng" Ucap Reza

"Jangan pernah nunjukin sisi lo yang ini ke siapapun Rea" Ucap Reza dengan wajah flat nya.

Rea mengangguk begitu antusias mendengar nya, perkataan reza mampu membuat semangat nya membara. Rasa senang dan bahagia menjalar keseluruh tubuh nya, ia tidak akan pernah melepas genggaman tangan yang sedang bersama nya ini. Dunia nya serta kebahagiaan nya, laki-laki yang mampu membuat seorang perempuan pendosa tak tau diri menjadi manusia normal.

Apakah ini yang dinamakan sebuah cinta?

Saat jantung berdetak beribu kali lebih cepat, saat rasa panas menjalar di pipi dan telinga nya. Saat bibir yang selalu menarik keatas, saat hati seolah mendapatkan tempat ternyaman nya dan saat seseorang mendapatkan tempat dimana ia bisa pulang. Membuat sisi baru dari diri sendiri

Benarkah itu cinta? Atau hanya perasaan semata?

Tak ada yang tak tau persis bagaimana itu cinta, saat seseorang jatuh cinta. Terkadang banyak dari kata cinta yang hanya merupakan cinta sesaat.

Reza mengusap air mata yang berjatuhan membasahi pipi Rea, Rea sudah tak bisa menahan rasa bahagia nya. Ia tersenyum dengan sangat tulus dan bahagia.

"Cukup nangis nya" Ucap Reza yang masih mengusap air mata itu

"Kalau senyum lo itu sebuah sedekah, maka gue orang yang termiskin yang menginginkan senyum lo"

Rea tersenyum dan sedikit tertawa, menarik kencang ingus nya yang mengalir tanpa izin. Reza ikut terkekeh.

Rea mengangguk dengan sangat antusias, lalu kembali memeluk erat tubuh Reza.

Reza mengelus surai rambut Rea yang basah

"Dunia ga pernah bertanggung jawab atas perasaan lo dan cuma lo yang dapat melindungi diri lo sendiri" Ucap Reza

"Jadi, jangan pernah jadikan manusia menjadi rumah. Karena pada dasar nya manusia adalah makhluk fana"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!