Sejak Maryam mengatakan hal itu, Reza langsung diselimuti oleh rasa bersalah. Ia selalu menggubris perasaan itu dan meyakinkan diri nya, bahwa semua yang dilakukan Reza adalah keputusan yang tepat. Reza turun dari angkot lalu membayar ongkos nya, hari ini ia ingin sekali bertemu dengan ibu nya. Reza menatap ibu nya yang sedang menyapu, sesekali terbatuk-batuk.
"Uhuk.. Uhuk.. " Batuk Lili mengusap mulut nya.
"Bu kalau cape istirahat" Ujar Reza yang menahan tubuh Lili yang terus mundur, Lili tersentak kaget lalu setelah nya tersenyum.
Walau keliatan masih awet sebenar nya umur Lili ini sudah masuk ke 39, fisik nya yang mulai memendek namun wajah nya yang masih terlihat awet muda. Walau begitu Reza tetap saja mengkhawatirkan kesehatan ibu nya, terlebih lagi sudah memasuki usia tua seperti ini.
"Ibu kira siapa bang" Ucap Lili
Reza memapah Lili untuk duduk didepan teras, lalu mendudukan ibu nya ke bangku kayu yang ada. "Assalamu'alaikum" Salam Reza mencium hangat tangan Lili
"Waalaikumsalam" Jawab Lili mengelus puncak kepala Reza.
"Sudah makan? " Tanya Lili, Reza yang duduk di samping ibu nya mengangguk membenarkan.
"Nak Rea dimana? " Tanya Lili penasaran
"Kenapa nyariin dia? " Kesal Reza. Padahal angan-angan nya ibu nya menanyakan kabar tentang diri nya, atau menanyakan sekolah nya. Namun Lili malah menanyakan keberadaan Rea.
"Ibu udah janji buat masakin sayur asem, padahal ibu udah buat loh" Ucap Lili
Reza tak menggubris ucapan Lili, Lili yang menyadari ada nya pertengkaran terkekeh kecil. "Abang berantem sama Rea? " Tanya nya lembut
"... "
Lili terkekeh lalu menggeleng kan kepala nya, benar-benar anak muda. "Dia anak nya unik banget bang, pas awal dateng dia celingak-Celinguk didepan gerbang"
"Terus udah nya diem aja, mungkin karena gatau rumah kamu. Pas ibu samperin dia ketawa-ketawa sendiri, terus kayak nya kesel gitu" Kekeh Lina semakin menjadi-jadi
"Dia juga nanya-nanya tentang abang. Tanggal lahir, rumah nya dimana sama Pin kos-kosan kamu" Ucap Lina
Reza terdiam meresapi ucapan Lili yang merembet masuk kedalam otak nya, ucapan Maryam serta Lili berhasil membuat jantung Reza berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Reza memejamkan mata nya, menahan gejolak rasa amarah pada diri nya. Reza salah apalagi sudah mengatakan hal yang seperti itu pada Rea.
"Ibu kasih aja, kata nya sih dia mau ngasih abang sesuatu kata nya"
Lili menatap Reza yang sedang termenung lalu kembali menatap langit yang mulai menggelap. "Ibu juga udah tau masa lalu Rea dari bu inah tetangga kita, dia dulu pembantu dirumah Rea" Ucap Lili
Reza menatap ibu nya penasaran.
"Rea anak dari kesalahan orang tua nya, bisa dibilang dia anak haram. Tapi ayah nya masih mau menafkahi dan bertanggung jawab, kata nya Rea baru ketemu ayah nya pas umurnya 4 tahun. Itu juga karena ibu nya yang udah meninggal karena penyakit"
"Ibu sedih banget denger nya, ibu jadi ngerti kenapa Rea seperti itu. Pasti sakit banget ditinggal orang yang selalu ada buat diri nya" Ucap Lili meneteskan air mata nya.
Sama hal nya seperti Rea, Lili juga merupakan anak dari kesalahan orang tua nya. Beda nya Lili dibuang ke panti asuhan, dan menjalani hidup dengan kemiskinan yang melanda.
"Abang sebagai laki-laki, harus bisa jaga perempuan. Ibu mengerti sakit nya ditinggalin sama orang yang disayang, kamu juga pasti tau rasa nya" Ucap Lili tersenyum manis.
Hati Reza terenyuh, rasa bersalah dalam diri nya semakin menjadi-jadi. Reza harus menyelesaikan ini dan meminta maaf pada Rea, karena yang dilakukan nya tadi siang sudah kelewatan. Ucapan lirih Rea tadi semakin membuat Reza semakin frustasi, Reza berdiri lalu menyalami ibu nya dan buru-buru pergi.
"ABANG MAU KEMANA? " kaget Lili yang melihat Reza berlari kencang
"ADA URUSAN!! " Teriak Reza yang mulai menjauh.
Lili geleng-geleng kepala tak mengerti tingkah anak nya. "Abang kenapa bu? " Tanya Ajeng yang memakan camilan nya.
"Gatau, lagi mengejar cinta nya kali" Ucap Lili laut masuk kedalam rumah.
***
Setelah kejadian tadi siang Rea memilih untuk terduduk di halte bus yang cukup jauh dari sekolah maupun rumah nya, ponsel nya terus bergetar. Banyak pesan masuk, hampir 99% semua pesan nya merupakan cacian. Belum lagi beberapa pejabat yang terus menelpon Rea, Rea yang kesal mematikan ponsel nya.
Bagi seorang anak konglomerat yang ingin mewarisi harta, ia sama sekali tidak boleh ada rumor buruk. Jika itu terjadi, akan sangat mudah untuk menggantikan warisan harta ke anak yang lain, terlebih lagi saat ini harta warisan nya terdapat warisan ketiga harta terdahulu.
"Ini mereka gaada niatan pensiun jadi manusia apa ya? " Gumam Rea menatap orang yang berlalu lalang.
"Apa gue kumpulin duit buat beli sertifikat bumi?, ahh sekalian buat rumah di Mars? " Tanya Rea pada diri nya sendiri
Rea menghela nafas nya lantaran kesal, hari ini ia sama sekali tidak mempunyai selera hidup. Ah tidak bukan hanya hari ini tapi seluruh hari nya, Rea sama sekali tak mempunyai selera hidup. Gampang badmood adalah sebuah bakat yang gaguna, Rea berjalan selangkah demi langkah untuk pulang kerumah.
Saat sampai dilangkah ketiga, kaki Rea terasa panas dan memilih untuk memberhentikan taksi. Lagipula uang nya banyak kenapa harus berjalan kaki?, Rea ini harus pintar-pintar menghabisi uang nya tau.
"Apartemen di jalan xxx" Ucap Rea menatap kaca mobil, ia memperhatikan motor dan mobil yang berlalu lalang.
Setelah beberapa menit berada didalam taksi, Rea akhirnya sampai di apartemen nya. Saat ini Rea hanya ingin mandi dengan banyak bunga lalu tidur diatas kasur empuk nya, ahh jangan lupakan camilan serta film yang akan menemani nya melewati hari.
Rea berjalan masuk kedalam apartemen nya, ia terdiam didepan pintu ketika melihat pintu apartemen nya yang hancur. Rea menghela nafas nya berat, masalah apalagi sekarang. Tidakkah bisa Rea hidup dengan tenang?
Rea masuk kedalam rumah mendapati seorang Pria yang duduk arogant dengan empat bodyguard dibelakang nya, Rea berdecih malas lalu duduk di sofa yang setengah hancur. Apartemen nya sudah hancur berantakan akibat ulah pria arogant didepan nya.
"Haruskah saya memanggil polisi? " Tanya Rea menatap wajah pria itu seolah menantang.
"Ahh mereka semua kan sudah anda bayar" Lesu Rea saat tak mendapatkan jawaban.
Wajah Pria itu tampak mengeras, "Apa yang kamu lakukan dengan kontrak keluarga Vincent?! "
"Ahh.. Menyetujui nya, kenapa? " Tanya Rea kelewatan santai
"Masalah apa lagi yang akan kamu buat nanti Reanna" Desis Pria itu
"Membunuh Tuan Gilsha"
Krek...
Empat pistol diluncurkan kepada Rea, Rea reflek angkat tangan. Walau begitu wajah nya sama sekali tak menunjukkan kesan takut, Rea malah santai-santai saja dan malah bergumam bernyanyi.
Dihadapan nya ini adalah ayah nya Reno Gilsha.
Reno mengkode bawahan nya untuk menurunkan senjata nya, "Kamu tau ayah tidak pernah main-main dengan pistol Rea? " Ucap Reno
Rea hanya mengangguk. "Anda hampir membunuh saya waktu itu"
Reno menghela nafas berat, mempunyai anak dengan sifat yang sama persis. Seperti dihadapkan dengan kaca yang memantulkan diri sendiri, Reno sudah tidak bisa mengatur Rea yang sangat melunjak ini.
"Kali ini tindakan kamu gegabah Rea" Ujar Reno menjelaskan
"Gegabah? Menurut saya tidak tuh"
"Kita kehilangan omset sampai 2%!! " Bentak Reno
Rea menyunggingkan senyum tipis nya, "Semua kendali perusahaan ada ditangan saya tuan Gilsha, apapun yang saya lakukan itu demi kebaikan perusahaan" Jelas Rea
"Anda tidak mau menjadi pengemis kan? "Tanya Rea memantulkan bibir nya.
Reno terdiam. Selama 10 tahun, keluarga Gilsha memang memiliki sebuah tradisi. Yaitu memberikan harta warisan 3 pendahulu untuk generasi perempuan pada generasi ke kelipatan 10,dan yah kali ini Rea beruntung menjadi generasi ke tiga puluh dan mendapatkan banyak sekali harta. Apapun yang Rea mau, bisa Rea dapatkan tanpa ada yang membantah.
Jika sampai ada yang membantah, akan dikeluarkan dikeluarkan Gilsha dan dijamin akan hidup menjadi mengemis. Itulah isi perjanjian kontrak buyut dari buyut buyutnya buyut Rea, benar-benar sebuah berkah bukan?
Reno terdiam, " Saya adalah ayah kamu Rea, setidak nya hargai saya yang menjalankan perusahaan selama bertahun-tahun "
"Ayah ya? " Gumam Rea
"Tapi seperti nya saya tidak berfikir seperti itu, anda dan saya adalah rekan kerja yang terikat oleh status keluarga"
Reno mengepalkan tangan nya emosi, "Kalau bukan berkat kerja keras saya, kamu sudah mati dari dulu! "
"Saya juga menginginkan hal itu, tapi nyata nya saya hidup"
"Berhentilah berbicara seakan-akan kamu benar" Sentak Reno
"Lalu siapa yang benar, anda? Atau ketiga bodyguard itu? " Ledek Rea
Reno menghela nafasnya, "Batalkan kontrak itu apapun yang terjadi"
"Kamu hanyalah anak dari seorang wanita ****** yang tanpa sengaja terikat darah oleh keluarga Gilsha, saya harap kamu paham soal itu. "
Ucapan Reno berhasil membuat Rea terdiam sembari mengepalkan tangan nya, Reno melenggang pergi. Rea ingin memukul Reno menggunakan vas yang ada disamping nya, tapi berhenti ntah karena apa. Perlahan Reno mulai menjauh meninggalkan Rea sendirian didalam apartemen yang berantakan.
Prang!!..
"BANS*T BIAD*P BAJINGAN!!!! " Teriak Rea menghancurkan seluruh benda yang ada didekat nya.
"Berhenti Reanna"
Deg...
Rea terdiam dengan nafas yang tersenggal, mata nya mengerjap-ngerjap bingung. Ia membalikkan badan nya lalu menatap seorang laki-laki yang tengah berdiri di tengah-tengah kekacauan, Rea terdiam tak menjawab. Wajah nya nampak sangat frustasi dan putus asa, tangan nya berdarah akibat terkena pecahan vas. Reza yang melihat itu memandang miris, ia tak tau Rea sekacau ini. Ia begitu bodoh mengatakan hal yang menyinggung perasaan Rea tanpa sadar, Reza benar-benar tak tau. Reza merasa bersalah, amat sangat bersalah.
"Lo ngapain disini? " Tanya Rea menatap Reza. Pasal nya wajah nya saat ini benar-benar sedang tidak bagus untuk dipandang, Rea malu apalagi seperti nya Reza mengetahui soal keluarga nya.
"Nemuin lo"
Deg...
Lagi-lagi jantung Rea berdetak abnormal, ia menatap Reza seolah tak percaya. Selama ini bukankah Reza nampak acuh dan belum lama mereka ribut besar, kali ini Rea benar-benar tak mengerti jalan pikir Reza
"Gue minta maaf" Ujar Reza memecah keheningan. Mata nya menyorot sendu menatap Rea
"Buat apa? " Tanya Rea lirih
"Karena udah nyakitin lo! "
Deg...
Kata yang terdengar begitu tulus, Rea sama sekali tak pernah mendengar kata setulus ini dari Bara. Apakah kali ini, keputusan nya memang sudah benar
"Gue minta maaf karena gatau seluk belum keluarga lo, gue minta maaf karena ngungkit masalah ibu lo maupun keluarga lo" Ucap Reza panjang lebar. Reza melihat tangan Rea yang bergetar, namun tak nampak sama sekali wajah Rea yang ingin menangis. Tatapan nya begitu putus asa, bahkan sangat amat putus asa.
Reza berjalan mendekat kearah Rea tanpa memperdulikan kaki nya yang terkena pecahan Vas dan berdarah, Rea terbelalak melihat itu berusaha menghentikan Reza.
"Jangan hentiin gue Rea, gue pantes dapet ini. Anggap aja ini hukuman buat diri gue, karena nyakitin lo" Ujar Reza
Rea kembali terdiam di tempat.
Reza sudah tepat berada didepan nya dengan senyum tipis nya, Rea terkesima wajah nya benar-benar cocok jika tersenyum. Sangat manis dan memabukkan.
"Keluarin semua nya Rea" Ucap Reza berhasil membuat Rea terdiam.
"Gue siap jadi sandaran lo, jangan tahan lagi tangis lo"
"Gue bukan orang lemah gue--"
"Nangis bukan berarti lemah, lo bertahan sampai hari ini itu sebuah tindakan yang hebat Rea. Jangan pendam rasa sakit lo sendiri"
"Kata nya lo mau jadi cewe gue kan?, Nangis Rea" Ucap Reza
Tanpa sadar air mata Rea mengalir begitu saja, Reza langsung mendekap Rea kedalam pelukan nya. Rea menangis begitu histeris, mengeluarkan semua yang ia pendam selama bertahun-tahun lama nya. Ia memukul tubuh Reza melampiaskan amarah nya, Reza tak merasakan sakit. Ia malah merasakan sakit begitu dalam di lubuk hati nya, perempuan yang ia anggap hidup nya begitu sempurna dan perempuan yang begitu ceria. Mempunyai sebuah masa lalu kelam dan rasa yang selalu dipendam nya. Masih ada berapa topeng lagi untuk menutupi rasa sakit ini, Reanna?
"Menangislah Reanna, gue bakal seneng banget kalo lo ngeluarin semua unek-unek lo didepan gue" Ucap Reza
Seseorang yang berada dibalik tembok terdiam, ia tersenyum bahagia menggenggam erat tas yang dipegang nya. Rasa bahagia dan rasa lega memenuhi relung hati perempuan itu, seperti nya memang sudah saat nya ia menerima semua nya.
"Gue rasa, lo udah punya sandaran yang pas. Reanna" Ucap Perempuan itu lalu melenggang pergi.
Meninggalkan dua orang yang sedang berpelukan saling menyalurkan rasa kuat satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments