Hari sudah mulai sore, Rea sudah berada didepan sebuah rumah mewah yang ada didepan nya. Ia menghela nafas berat, perlahan membuka pintu coklat yang besar nya melebihi titan. Suasana yang cukup tenang, tanpa ada nya satupun manusia didalam nya. Rumah yang sebesar ini memang jarang diisi oleh para human-human, hanya siang hari para pelayan bekerja dan sore hari mereka sudah pulang. Maka dari itu rumah ini selalu sepi di sore dan malam hari.
Ting...
Suara notifikasi membuyarkan lamunan Rea, ia langsung membuka handpone nya. lalu mengklik aplikasi berwarna hijau dan membaca pesan singkat dari salah satu kurir makanan.
Aji maskano...
Mba pesenan nya saya batalin ya
Rea terdiam lalu mendengus kesal, perut nya sudah cukup lapar tapi kenapa malah dibatalin. Lagian juga ini kurir nya memang tidak niat mencari uang ya?
^^^Lah kenapa?^^^
Saya mau top up diamond˙˚ʚ(´◡')ɞ˚˙
"Ini orang niat dagang kaga sih" Dengus Rea, lalu meletakan ponsel nya sembarangan
Ia mengelus dada nya sabar. "Cobaan orang beriman"
Tok... Tok...
"Permisiiii.. Gopuddd" Teriak seseorang
Rea langsung membuka pintu nya, lalu menatap gojek itu bingung. "Lah kata nya gajadi? "
Pria yang sudah cukup tua itu menatap Rea bingung, "lah saya ga bilang gajadi mba"
"Terus? Ini emang apaan? "
"Ini salmon-salmon gitu mba, aduh apa ya nama nya" Bingung Pria itu
Rea mengambil makanan yang disodorkan, ia menatap makanan itu. Ini termaksud makanan kesukaan nya, mungkin saja Bara yang memberikan nya. Dasar, kenapa tidak memberitahu nya
"Yaudah makasih ya pak" Ucap Rea, pria itu mengangguk sebagai tanda jawab lalu pergi.
Rea langsung masuk dan mengambil piring untuk menikmati makanan ini, Ia tersenyum tipis. Memang Bara saja yang mengerti diri nya, tapi kenapa Bara tidak memberitahu nya?. Rea beralih menatap ponsel nya, lalu menatap room chat Bara. Benar-benar tidak ada notifikasi apapun.
"Suprise gitu ga si? " bingung Rea.
Belum mulai ia melanjutkan makan, suara bel kembali berbunyi membuat Rea mengepalkan tangan nya. Padahal sedikit lagi makanan itu akan masuk kedalam mulut nya, tapi ada aja gangguan nya.
"Apalagi sih! Ga liat orang lagi mau makan apa ya! " Sentak nya kesal lalu kembali membuka pintu.
"Kenapa lagi p-" ucap nya terhenti ia menatap laki-laki yang berpakaian casual itu.
"Cih.. Inget pulang lo" Ucap Rea, ia berjalan pergi dengan tangan yang terkepal.
Keluarga nya bukan termaksud keluarga yang harmonis, Rea tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Ayah nya pergi meninggalkan ibu nya dan diri nya, walau begitu ayah nya tidak melupakan tanggung jawab nya untuk menafkahi diri nya maupun ibu nya. Bertahun-tahun ibu nya hidup didalam kesendirian, diri nya pun lahir hanya karena kesalahan semata. Saat umurnya 4 tahun, ibu nya meninggal karena penyakit yang menggerogoti tubuh nya.
Memang sangat miris, bahkan dihari pemakaman ibu nya ayah nya bahkan tidak datang. Ia juga kenal ayah nya hanya dari foto pernikahan ibu nya, Rea benci itu. Saat umurnya 5 tahun, ia diajak untuk pergi menemui ayah nya oleh orang suruhan ayah nya. Lagi-lagi kabar buruk menimpa diri nya, ayah nya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Anak kecil yang seharus nya sibuk bermain, berbeda dengan Rea yang sibuk memikirkan masa depan nya.
Rea tidak tahan tinggal dirumah ini.
Rea ingin pergi.
Pergi meninggalkan seluruh orang yang membuat malaikat nya harus pergi meninggalkan diri nya.
Dan laki-laki yang tadi adalah kakak tiri nya, Andrea Triyas Gilsha. Hubungan mereka berdua pun tidak baik, bahkan sangat buruk. Andre yang berfikir bahwa ayah Rea yang menyebabkan keluarga nya hancur, dan Rea yang berfikir ibu Andre adalah seorang penjilat.
Memuakan.
Sedari kecil tidak pernah terlintas dibenak mereka untuk saling berdamai, mereka layak nya sebuah minyak dan air. Tidak bisa disatukan.
"Ayah nanya kabar lo" Ucap Andre
"Terus? " Acuh Rea
Andre menatap sinis Rea. "Seharus nya lo bersyukur masih ada yang mau merhatiin lo! "
"Dari awal gue ga pernah minta diperhatiin atau apapun itu, hidup gue sendiri itu udah lebih dari cukup" Ucap Rea berusaha menahan emosi nya.
"Anak gatau diri" Sinis Andre
"Anak pungut belagu banget"Ujar Rea tak kalah sinis
" lo dapet nama Gilsha itu cuma gara-gara ibu lo yang ngegoda ayah gue, coba kalo nggak? "Ucap Rea tersenyum sinis
"Jadi gelandang hidup emak lo! "
"GAUSAH GA SOPAN LO! " Bentak Andre
"Apa? "
"Emang bener kan, emak lo yang ngegoda ay-" Ucap Rea terhenti
Badan nya sedikit terhuyung karena dorongan dari Andre, "Bukan ibu gue yang bermasalah, tapi ayah lo. Mata nya yang jelalatan gabisa liat cewe cakep"
"Emak lo juga murahan" Sinis Rea, Andre mengepalkan tangan nya. Ia berusaha untuk mengontrol emosi agar tidak berbuat diluar batas kepada gadis keras kepala didepan nya ini.
"Dengerin gue ya, kakak tersayang. Mau lo ngejelekin si Reno ayah lo yang lo sayang itu ke gue. Gabakal mempan, Gue bukan orang yang sayang sama orang tua" Ucap Rea
"Dan juga, bilang ini sama ibu lo. Jangan hasut ayah biar gue dateng kerumah menjijikkan punya kalian"
"REANNAAA!! " Bentak seseorang
Jantung Reanna berdetak dengan kencang, kepala nya menoleh kearah samping. Bukan Andre yang membentak nya, melainkan Bara yang baru saja datang. Mata nya benar-benar berkilat menahan amarah, sedangkan Rea mata nya benar-benar berkaca-kaca.
"Bara.. Lo bentak gue? " Tanya nya perlahan
"Iya!, Lo udah keterlaluan Rea" Sinis Bara
Rea terkesiap, ucapan Bara selain emosi marah dan kecewa. Bara tidak memanggil nya seperti biasa, Rea adalah panggilan ketika Bara sudah sangat amat marah.
"T-ttapi lo gausah bentak gue Bar.. " Lirih nya
"Kalo gue ga bentak lo, lo gabakal ngerti Rea. Stop bertingkah kekanak-kanakan" Sentak Bara
Rea mengepalkan tangan nya, "kekanak-kanakan? " Gumam Rea
Rea kembali menatap tajam Andre yang berada didepan nya, "INI SEMUA GARA-GARA ULAH LO-"
PLAK....
"Cukup Rea cukup, Jangan sampe gue ngulangin hal yang sama" Tekan Bara
Rea memegangi pipi nya yang terasa panas, bibir nya berdarah akibat tamparan yang kencang itu. Rea perempuan dan Bara laki-laki bisa dibedakan bagaimana tenaga nya, apalagi dengan tubuh Bara yang seperti ini. Rea meneteskan air mata nya secara perlahan. Selain pipi nya yang merasa perih, Rea juga merasakan ulu hati nya yang sakit.
"Bara... lo beneran nampar gue? " Ucap Rea tak percaya
Bara terdiam, ia spontan melakukan hal itu karena Rea sudah diluar kendali.
"Lo emang pantes dapet tamparan, Rea" Ucap Andre, Rea mengacuhkan Andre dan masih menatap Bara tak percaya.
"Bara.. Kenapa lo malah gini, Se-seharusnya lo ga nampar gue Bar.. "
"Kita temen kalau lo lupa, kita selalu bareng-bareng kemana-mana Bar. Tapi kenapa lo malah.. "
Rea terdiam.
"KENAPA LO MALAH BELAIN ANAK PUNGUT INI BARA!!! "
Air mata milik Rea sudah turun layak nya air terjun, Bara langsung menarik lengan Rea dengan kencang.
"Lo emang harus dihukum biar kapok" Tegas Bara
"Bara.. Hik... j-jjjangan.. " Mohon Rea.
Bara semakin berjalan dengan cepat, hal itu membuat Rea harus mati-matian mengikuti langkah Bara yang lebar dan cepat. Tangan nya juga begitu sakit akibat cengkraman Bara, Hatinya sakit. Orang yang ia kira akan membela nya malah berbalik membela orang yang jelas-jelas diri nya benci, Rea benci. Rea benci semua orang, Rea benci ketika diri nya tidak bisa melakukan apapun.
Rea butuh seseorang, Rea tidak mau hidup seperti ini.
Rea lelah.
Brak...
Rea membutuhkan seseorang.
Bara membuka sebuah pintu yang tampak usang dengan tendangan nya, Rea tersentak kaget. Jantung nya berdegup dengan sangat kencang, sebuah ruangan yang gelap dan kotor.
Rea benci ini.
Sebuah pengalaman menyakitkan ada didalam kegelapan.
Bahkan Rea tidak tau ia harus kemana, Rea takut akan kegelapan namun Rea tidak bisa menjangkau sebuah cahaya. Apa yang harus diri nya lakukan?
Kenapa, dunia tidak seadil ini.
"Diem didalam sana, Sampe gue yang ngeluarin lo. Ngerti! " Ucap Bara
"Bara pliss.. jangan gini g-ggue takutt" Ucap Rea bergetar.
"G-ggue bakal lakuin apapun asal jangan masukin gue kesana" Mohon Rea, Rea menatap Bara berkaca-kaca.
"Lo mau minta maaf sama kakak lo? "
Rea terdiam, ia tidak merasa bersalah. Kenapa ia harus meminta maaf? Apa yang harus ia sesali, kenapa Bara ambis ingin diri nya untuk meminta maaf. Ada apa dengan Bara ?
"Bahkan hal kecil aja lo gabisa Rea"
"Masuk."
Rea menggeleng keras, Tangan nya sudah bergetar lantaran ketakutan.
"Masuk Rea." Kecam Bara menatap tajam Rea.
"Bara pliss... j-jjangan"
Bara menarik tangan Rea lalu menghentakkan nya kedalam ruangan itu. Rea meraung-raung agar bisa dilepaskan, dengan tidak tega nya Bara menginjak jari-jari Rea. Hal itu membuat Rea mengerang kesakitan, ia menarik tangan nya sehingga pintu itu bisa ditutup
Brak... Brak...
"BARAAA BUKAIN GUE TAKUTTT!!! " Tangis Rea kembali pecah.
"BARA HIK.... MAAF GUE TAKUTT... BARAAAA!! "
Bara sama sekali tak bergeming, bahkan sama sekali tidak ada rasa penyesalan. Rea memang sesekali harus diberi pelajaran, Rea harus mengerti arti hidup didalam sana.
"Jangan pernah keluar sebelum gue jemput, Reanna" Ucap Bara dari balik pintu, lalu ia pergi meninggalkan Rea yang masih menggedor-gedor pintu
Teriakan nya bahkan terdengar sangat keras, suara rintihan yang bisa membuat orang merasa kasihan.
"Lo keterlaluan" Ucap Andre yang bersender pada salah satu Tembok.
Berbeda dari laki-laki lain yang maco, Andre malah terlihat seperti perempuan. Andre tidak memiliki kulit eksotis atau setidaknya rahang yang tegas. Andre malah memiliki kulit putih susu dengan bulu mata yang lentik dan rahang yang hampir menyerupai wanita, Perumpamaan nya seperti uke!.
"Dia emang harus dikasarin, sesekali" Ucap Bara sendu
"Jangan dibukain pintunya, Atau.. "
"Lo bakal bernasib sama kayak adek lo" Tegas Bara menatap Andre tajam
Ia mengungkung Andre sehingga membuat Andre terpojok, Aura Bara memang sangat kuat. Tidak diragukan lagi, Melihat tatapan nya saja sudah membuat Andre merasa takut. Bagaimana bisa adiknya berteman dengan orang seperti ini?, terlebih lagi bagaimana bisa ia takut pada anak yang jauh lebih muda dari nya
"Jangan nganggep ucapan gue ini sepele, Andre"Bisik Bara ditelinga Andre.
Andre menegang dengan mata yang melotot, sedangkan Bara tersenyum miring lalu segera pergi dari mansion itu meninggalkan Rea yang ada didalam gudang dan Andre yang terdiam ditempat. Andre memegangi jantung nya yang berdetak tak karuan
"S-ssialan.. " Desis Andre
Pipinya jadi bersemu merah karena itu, ada apa dengan diri nya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments