"Dasar gila!" aku mendesis pelan. Lalu melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
Karna ulah Abdul Ro'uf barusan, mood kerjaku jadi kacau. Dasar. Entah apa maunya orang itu, kenapa selalu saja dia membuatku muak dan merasa tertekan dengan kelakuan gilanya. Apalagi dia suda berhenti dari pekerjaannya membuatku semakin resah, karna dia pasti akan ada seharian di rumah ini, membuatku tak nyaman. Kenapa tak pulang saja sih ke rumah orang tuanya, padahal jarak dari sini khan gak terlalu jauh juga. Huh!
🍓🍓🍓
Pagi-pagi
Kulihat madam tengah bersiap-siap dengan tas dan abaya-nya. Nampak anggun sekali. Tapi kenapa sepertinya ia tak akan mengajakku ya? hm, tak biasanya seperti ini.
"Madam anda mau pergi bersama tuan Khaber?" tanyaku hati-hati. Ia tengah bersiap memakai sepatu pantopel miliknya.
"Ia, kami berdua ada urusan sedikit. Kamu jaga rumah dan jangan biarkan siapa pun masuk, oke?" ia berdiri saat suaminya menghampiri.
"Oke, Noorah, kami pergi dulu" tuan Khaber berucap lalu pergi beriringan dengan istrinya menuju pintu keluar. Sedangkan aku hanya mengangguk saja.
Pesaanku mulai tidak enak. Kenapa mereka tidak membawa serta adiknya?, huh, menyebalkan. Semoga saja makhluk nakal itu tidur dengan lelap dan tak akan keluar kamar sampai sore tiba. Amiin...
"Ya Noorah, kenapa pagi-pagi kamu sudah melamun, hah?" seketika aku terkaget. Orang yang sedang ku lamjnkan malah berdiri tepat di belakangku. Dasar, sial.
Kulihat dia sedang tersenyum. Ih, seram. Kegantengan di wajahnya sama sekali berbeda dengan akhlak dan kelakuannya.
Aku memilih segera pergi ke kamar dan tak menghiraukannya. Namun saat melewatinya, sepertinya ia menarik kerudungku. membuatku tertahan.
"Aw..." aku menoleh ka arahnya dan mencoba melepaskan kerudung dari genggaman tangannya. Sedang ia hanya terkekeh, meledek.
"Kamu tak menjawab pertanyaan ku, ya Noorah." ia mendekat dan memangkas jarak antara kami. Badannya yang tinggi menjulang, sedang aku yang hanya setinggi bahunya membuatku hanya mampu menatap dada bidnagnya, ia mengangkat daguku hingga mendongak ke atas.
"Lepaskan, aku mau pergi" aku menatapnya tajam, berharap ia membiarkan ku pergi.
"Kenapa kamu begitu sombong, hah?" ia mendekatkan wajahnya, sesaat aku berpaling, hembusan napasnya terasa hangat di bagian kanan telingaku, membuatku bergidig ngeri.
Ia makin memajukan badannya membuatku mundur perlahan dan saat ia akan menyentuh tanganku, segera aku menepisnya dan menginjak kakinya. Jleb!
"Aw...!" ia meringis menahan sakit. Mumpung ada kesempatan aku segera berlari ke kamarku. Namun sayang kerudungku yang masih di genggam tangan kirinya itu, terlepas. Hingga memperlihatkan rambut panjang ku.
Aku tak perduli, yang penting aku segera jauh darinya.
Blug!
pintu kamar ku tutup dan tak lupa menguncinya.
cekrek! cekrek!
Dadaku rasanya dag dig dug tak karuan. Takut dan gelisah jadi satu. Main lama dia makin kurang ajar dan makin berani
Kupandangi wajah Oomar kecil yang nampak lucu dan dak berdosa. Seketika air mata mengalir. Aku ingat ankku Adit yang ada di tanah air. Sedang apa dia? dan bagaimana keadaanya sekarang. Jujur aku sangat rindu dengannya. Semoga dia dalam keadaan baik dan sehat selalu.
Entah berapa lama aku tertidur, tiba-tiba terdengar suara Oomar kecil menangis. Aku mengerjapkan mata. Sudah bangun rupanya dia. Biasanya ia jarang menangis keras kalau bangun, namun kali ini sepertinya terlalu lama di abaikan hingga tangisannya makin menjadi. Kasihan...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments