"Umah... Umah...!" Nasheer mengguncang-guncang tubuhku. Wajahnya tertutup kerudung panjang yang kukenakan. Kuedarkan pandangan, masih di kamar Nasheer. Rupanya tadi aku bermimpi. Syukurlah. Pyuh!
"Umah, sakit?" tanyanya polos, matanya tak henti menatapku. Kedekap tubuhnya. Kubilang bahwa aku baik-baik saja.
"Umah, cantik" katanya polos sambil memegang pipiku.
"Umah khan wanita, ya pasti cantik" jawabku malu. Kuusap-usap rambutnya.
"Tapi Umah gak pake cadar, jadi lebih cantik" deg, kuraba mukaku. Benar, aku tak memakai cadar. Kain hitam panjang itu teronggok di bawah tempat tidur. Astagfirullah, apakah tadi aku bermimpi atau benar-benar terjadi? Lalu apakah ada yang berniat membuka cadar dan menciumku? Entah kenapa aku tidak ingat.
Kutidurkan kembali Nasheer. Mendongak ke atas, kulirik jam. Hampir lewat tengah malam. Segera bergegas ke kamar mandi, berwudhu. Lalu menjalankan perintahnya. Tak perlu mukena, karna pakaian sudah lebih dari cukup menutupi aurat.
Jam lima kurang, aku menghampiri Husnah. Ia nampak kerepotan di dapur. Sorot matanya menyisakan amarah. ia mengacuhkanku. Dan sibuk dengan bahan masakan. Aku tahu ia marah. Sempat menatap dengan tatapan, entah. Aku memaklumi. Mungkin ia lelah bekerja sendiri.
Aku ambil alih wajan dan mulai menggoreng samboosa. Husnah menyerahkan susuk dengan menghentakannya ke minyak panas. Otomatis minyaknya menciprat ke bajuku. Aku meringis dan mengangkat abayaku. Perih dan panas sekali. Segera aku pergi ke kamar mandi, dan memeriksa pahaku. Merah dan perih. Aku berusaha tak menangis dan mulai mengoleskan obat luka yang terdapat di rak dinding kamar mandi. Husnah kamu jahat, pikirku.
Husnah masuk dan memeriksa lukaku. Ia kaget dan meminta maaf.
"Husnah, kamu marah?" tanyaku hati-hati. Aku beralasan membersihkan semua kamar mandi dari tengah malam tadi. Ia tak menjawab tapi langsung memelukku dan menangis. Berkali-kali meminta maaf.
Hari ini Husnah membuat sarapan tidak seperti biasanya. Kali ini lebih banyak. Jus dan kopi arab pun hampir dua kali lipat dengan yang biasa kami buat. Banyak sekali.
Kata Husnah, anak majikan yang kuliah di Dammam baru kembali bersama dua orang temannya. Jadi harus dijamu dengan baik. Kata Husnah pula, orang arab sangat royal dan baik pada tamu. Mereka tak segan memberikan pelayanan yang terbaik agar tamunya betah berlama-lama. Namun itu tak berarti dengan kami para pekerja.
Setelah hidangan siap. Segera pintu menuju arah dapur ditutup. Kami pun sarapan juga di meja makan yang ada di dapur. Walau samar, namun masih terdengar gelak tawa dan obrolan ringan dari ruang makan. Mereka nampak bahagia. Sedang aku, entah kenapa pikiranku melayang pada kejadian tadi malam.
Semua keluarga sudah pergi dari ruang tamu. Babah sudah berangkat ke tempat kerjanya, pun anak-anak sudah tak terihat. Hanya Nasheer saja yang mengikutiku bulak-balik ke dapur untuk mengangkat cucian perabotan.
Dan begitulah seharian berkutat dengan pekerjaan hingga malam. Mengganti sprei ruang tidur yang terhenti, sudah dibereskan oeh Husnah, pun kamar mandi telah selesai aku bersihkan. Terakhir membuang sampah keluar gerbang harus dengan pengawalan.
****
Keadaan di dapur sangat sibuk. Malam ini akan diadakan pesta. Keluarga dan kerabat madam dan babah telah datang dari berbagai pelosok kota, ada juga yang rumahnya masih satu kota dengan madam. Mereka datang dengan keluarga dan pekerjanya masing-masing. Demikian dengan ketujuh anak madam yang tinggal di luar kota. Mereka turut hadir juga.
Syukurlah, banyak tangan yang membantu. Kami para pekerja yang jumlahnya tak kurang dari tujuh belas orang sibuk di dapur mempersiapkan sajian. Mereka yang membantu adalah asisten yang dibawa oleh majikannya masing-masing. Kebanyakan mereka berasal dari tanah air sama sepertiku, namun ada beberapa juga yang berasal dari negara lain, seperti Filipina.
Orang arab sangat senang menghadiri pesta. Mereka bahkan sering mengadakan pesta-pesta besar hanya untuk merayakan hal-hal yang kurang penting. Misalnya ulang tahun atau kelulusan. Orang arab pun dikenal sangat royal dan kaya. Meski itu hanya aparat sipil bahkan guru, mereka digaji cukup tinggi dan mendapatakan tunjangan yang layak. Untuk kalangan mahasiswa sendiri, mereka mendapat jaminan penuh dalam belajar dan mendapatkan tunjangan khusus dari negara. Tak heran orang arab jarang yang hidupnya susah, karna sudah dijamin oleh negara.
Pesta dibagi dua ruangan. Satu ruangan khusus untuk kaum pria, sedangkan satu ruangan lagi khusus untuk para wanita. Mereka tahu batasan dan tak berbaur. Alias masing-masing. Pesta untuk kaum pria, mereka mengunakan baju biasa khas orang arab yaitu thab/thobe dan kain penutup kepala bernama ghutrah.
Sedangkan untuk kaum wanitanya, mereka biasa memakai pakaian seperti orang barat. Gaun pendek blink-blink dengan rambut warna-warni.
Orang arab sendiri senang berlama-lama dalam berpesta. Mereka senang mengobrol sambil menghirup shisya, alias rokok arab.
Pesta biasanya diadakan setelah isya sampai larut malam bahkan ada yang sampai subuh.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Hujan~Rain~petir 🌧️⚡Mυɳҽҽყ☪️
Kata ny horang kaya.. Masa art cuma 2 org d rmh gedongan begitu 🤔🤔🤔😒😒😒😒
2020-09-23
1