Kuceritakan yang baru saja terjadi di ruang kerja pada Husnah. Dan kutanya kenapa madam memotret wajahku tanpa hijab dan cadar.
Rupanya itu hal yang biasa. Dan aku tak perlu takut. Itu bertujuan bila nanti aku kabur, beliau dengan mudah akan menemukanku, kata Husnah.
Setelah puas dengan jawaban Husnah, aku pun segera sholat dzuhur dan bersiap pergi dengan madam.
Di dalam mobil, Nasheer, Mariam, madam, dan seorang sopir sudah menunggu dengan tidak sabar.
Aku duduk tepat dibelakang sopir. Sedang madam duduk di depan.
"Ya salam... Cadarmu ya Noorah..." madam melotot, geram sepertinya dengan sifat lupaku. Aku tersenyum malu, lalu melirik pada sopir. Ia pun nampak sedang menatap dari arah kaca spion depan. Orang india sepertinya dia, terlihat dari perawakan badannya yang besar, mirip Husnah.
Jalanan di kota Thaif berkelok-kelok namun cukup lengang. Karna jalannya yang sangat lebar, tidak perlu khawatir macet seperti di tanah air. Cuacanya pun sejuk, bahkan padang tandus Seperi di kota mekkah tidak terlihat di sini.
Di sini terdapat gunung- gunung tinggi dengan rumput hijau. kanan kiri pemandangan diselimuti kabut yang cukup tebal meski ini tengah hari. Kalau disandingkan dengan negri kita, mungkin seperti di kawasan puncak.
Di pinggir jalan terdapat pohon-pohon besar. Yang besar itu namanya pohon zaquum kata madam. Ya aku baru ingat, pohon itu tertulis dalam Al-Qur'an dan katanya rasanya sangat pahit.
Madam berbelanja di pertokoan, sementara aku mengikuti dari belakang sambil menuntun Nasheer. Sedang Mariam bergandengan tangan dengan ibunya.
Madam berbelanja di Factory Of Rashied, membeli bahan dan kebutuhan rumah, tak lupa membeli beberapa teh mawar kering dan juga parfum. Memang kota Thaif terkenal dengan kualitas mawarnya yang mendunia dan kualitas buah-buahan dan madunya yang tak perlu diragukan lagi, seperti itulah menurut yang kudengar.
Melihat kanan kiri pusat pertokoan yang besar dan megah membuat kakiku pegal dan lelah. Madam sepertinya mengerti dan menyuruhku ke taman membawa serta Nasheer. Di themepark ini ada arena Playground meski tidak terlalu besar. Nasheer senang bermain-main dan aku duduk memperhatikan.
Orang berlalu lalang di tempat ini, memang kebanyakan memakai abaya, namun banyak juga yang tidak ditutupi kerudung dan niqob. Mungkin mereka non muslim, entahlah.
Perjalananan dilanjutkan ke pusat buah-buahan. Madam memborong kebutuhan untuk sebulan ke depan. Semuanya akan diantarkan oleh jasa pengiriman ke rumah.
****
Sampai di rumah lewat ashar. Pekerjaan besar menanti. Barang belanjaan baru turun dari mobil box. Aku dan Husnah segera mengangkatnya lalu memasukkan ke dalam gudang penyimpanan.
Lepas magrib pekerjaan baru selesai, masih dilanjut dengan menghidangkan makan malam untuk keluarga besar. Dan setelahnya dilanjutkan dengan membersihkan kamar mandi. Dua puluh tujuh kamar mandi harus selesai dalam waktu dua hari, begitu kata madam.
Membersihkan kamar mandi bukan di kosrek seperti di tanah air, melainkan di pel dan di lap, hanya bagian klosetnya saja yang benar-benar harus di sikat sampai bersih. Dindingnya pun tak lepas dari sentuhan, dilap dari bawah sampai dinding paling atas menggunakan tangga. Harus sampai mengkilap kata madam.
Madam sangat cinta kebersihan, namun beliau dan keluarganya jarang sekali mandi. Kalau di tanah air kita biasa mandi dua sampai tiga kali sehari, disini justru sebaliknya.
Keluarga madam tiga hari sekali baru mandi, kalau pun mandi pagi biasanya habis junub. Pantas saja madam menatap heran saat aku memandikan Nasheer pagi tadi. Termasuk juga Husnah, dari bau badannya dapat ketahuan seberapa sering ia mandi.
Baru dua kamar mandi yang beres di lap dan di bersihkan, Nasheer sudah merengek minta ditemani di kamarnya. Padahal kerjaan harus beres besok sore. Madam menyuruhku tetap mengurus Nasheer. Mana mungkin aku berada di dua tempat yang berbeda sekaligus. Huh, dasar madam.
Kuabaikan tangisan anak itu, ia berdiri di depan kamar mandi sambil merajuk dan mengulurkan kedua tangannya. Kasihan. Aku jadi ingat dengan anakku Adit di tanah air. Ah, sedang apa dia di sana?
Husnah beberapa kali sempat mengajak dan merayu Nasheer, namun anak itu menolak dan menangis makin keras. Terpaksa aku mengalah.
Kupapah tubuhnya cepat menuju kamarnya agar ia lekas tidur. Kata Husnah, daya tahan tubuh Nasheer lemah dan dia sering sekali sakit. Kalau sudah begitu madam dan suaminya akan kelimpungan dan segera memanggil Sheikh untuk mendoakan.
Di dalam kamar segera kuberikan dia susu yang di siapkan oleh Husnah. Kuusap usap rambutnya. Sesekali kutepuk pantatnya agar ia lekas tertidur. Rasa lelah dan mengantuk membuatku ikut dibuai mimpi.
Sesaat seperti ada yang mengelus pipi, seperti mimpi namun terasa nyata. Lalu terasa hangat di bagian wajah. Lambat laun badan serasa berat. Ah apakah yang sebenarnya terjadi. Ada yang berusaha membuka cadarku. Tangan berusaha mencegah, namun kelopak mata tak kunjung terbuka.
Sampai akhirnya terasa ada yang menghangat di bagian bibir. Cup! Nafasnya memburu. Membuatku tersentak kaget.
"Ah...!"
Seketika mata terbuka. Ada seseorang tepat di atas badanku. Menatap tajam penuh nafsu.
Segera ku dorong agar menjauh namun tenagaku tak sebanding dengan badannya yang tinggi besar.
"Si si si siapa kamu?"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Hujan~Rain~petir 🌧️⚡Mυɳҽҽყ☪️
Apa jgn" kk s nasheer td ya 🤔🤔🤔
2020-09-23
0